44 mendokumentasi tentang langkah-langkah pelaksanaan metode story telling
supaya dapat berhasil serta melakukan pengamatan dan dokumentasi pembelajaran story telling berlangsung.
3. Minggu ketiga bulan September 2015, peneliti menemui informan kedua dan
ketiga yakni guru utama dan pendamping untuk melakukan wawancara seputar perkembangan anak selama menjalani metode story telling.
4. Minggu keempat bulan September 2015, peneliti menemui informan utama
untuk mewawancarai, observasi, dan mendokumentasi tentang metode story telling yang diikuti dan hubungan dengan kemampuan membaca permulaan
pada anak kelompok B3.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1. Wawancara mendalam
Moleong 2002: 135 juga menegaskan bahwa wawancara dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan
yang di wawancarai interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Oleh karena itu pertanyaan-pertanyaan terlebih dahulu disusun kemudian
diajukan kepada informan. Wawancara dengan informan bertujuan untuk memperoleh wawancara yang mendalam.
Wawancara mendalam dengan informan seperti kepala sekolah dan guru diharapkan dapat menemukan hal-hal atau fenomena yang lebih spesifik yang
45 belum tentu diperoleh melalui cara observasi. Adapun kegiatan wawancara yang
akan dilakukan oleh peneliti yakni : a.
Wawancara dengan informan pertama subyek penelitian untuk mengetahui profil sekolah serta kerjasama antara kepala sekolah dengan guru dalam
memilih metode pembelajaran yang tepat untuk anak. b.
Wawancara dengan informan kedua yakni dengan guru Kelompok B3 sebagai fasilitator metode story telling yang mengetahui proses pelaksanaan metode
story telling pembelajaran di Kelompok B3 yang meliputi persiapan, langkah- langkah pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajar kegiatan.
c. Untuk melakukan cross-check tentang hasil wawancara dengan informan
pertama khususnya tentang kerjasama antara kepala sekolah dan guru dalam memutuskan pemilihan metode pembelajaran yang tepat untuk anak.
2. Dokumentasi
Peneliti memperkuat hasil wawancara dengan data penelitian dokumentasi. Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dapat dimanfaatkan
untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan Moleong,2002:161. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang Sugiyono, 2012: 328. Oleh karena itu dokumentasi akan memudahkan peneliti dalam hal memberikan informasi yang berkaitan dengan metode story
telling. Data dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: video
dan foto metode story telling meliputi persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajar, dokumen naskah cerita untuk story telling, dokumentasi media pendukung
46 meliputi buku cerita yang digunakan untuk story telling, serta dokumen hasil
belajar kegiatan berupa data anak yang sudah mampu membaca permulaan.
3. Observasi