67 Berdasarkan catatan dokumentasi tersebut, metode story telling tanggal 30
September diselenggarakan di ruangan multimedia yang menjadi satu ruangan dengan perpustakaan. Didalam ruang tersebut terdapat pendingin ruangan dan
suasanya yang nyaman, anak juga dapat diperkenalkan dengan buku-buku yang ada diperpustakaan hal ini juga merupakan stimulus guru supaya anak mau datang
keperpustakaan untuk melihat-lihat dan membaca buku cerita yang digemari. Berdasarkan hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa setting
ruangan yang sering digunakan dalam metode story telling yakni ruang kelas, taman bermain, ruang multimedia dan perpustakaan. Penggunaan setting ruangan
yang berbeda ini bertujuan untuk memeberikan pelayanan yang terbaik dari guru kepada anak didiknya supaya anak didiknya tidak jenuh dan dapat meresap
pembelajaran yang diperoleh dengan baik dengan rasa gembira.
2. Pelaksanaan Metode Story telling pada Kemampuan Membaca
Permulaan di Kelompok B3 TK Budi Mulia 2 Pandeansari Yogyakarta
Pelaksanaan metode story telling pada kemampuan membaca permulaan di kelompok B3 TK Budi Mulia Pandeansari terdiri dari beberapa langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Menyiapkan Posisi Duduk untuk Metode Story telling
Guru menyiapkan posisi duduk secara matang sebelum metode story telling karena posisi duduk akan menentukan terjangkau atau tidaknya pandangan
anak dapat melihat guru bercerita atau tidak pada metode story telling. Hal tersebut sesuai pernyataan berikut:
“…Saya menyeting posisi duduk anak dinamis kadang duduk di kursi, kadang duduk bersila di karpet membentuk dua baris, kadang duduk
68 bersila membentuk huruf “O” atau “L” berubah-ubah agar anak tidak
jenuh…”lampiran 2, CW 2.1.7
Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil observasi tanggal 7 September 2015 guru melakukan metode story telling dengan posisi guru duduk di kursi kecil
anak bersila dikarpet membentuk dua baris CD 1.2. Hari berikutnya guru guru berdiri sedangkan anak-anak tetap duduk dikursinya masing-masing seperti yang
tertera pada CD 2.2.
Gambar 13. Posisi Guru dan Anak saat Story telling Tipe1 dan 2 Sumber: lampiran 4, CD1.2, CD 2.2
Pelaksanaan penelitian pada tanggal 9 September 2015 guru menggunakan posisi duduk yang berbeda yaitu duduk bersila dikarpet membetuk lingkaran.
Gambar 14. Posisi Duduk Guru dan Anak saat Story telling Tipe3 sumber: lampiran 4, CD 3.4
69 Pelaksanaan metode story telling pada tanggal 29 September 2015 guru
melaksakan metode story telling di outdoor sehingga guru mengkondisikan anak dengan cara berbeda, berikut adalah catatan lapangannya:
“….anak-anak, hari ini buguru akan bercerita di taman, sekarang kita menuju kesana lalu sesampainya disana sepatunya jangan lupa dilepas,
ditata yang rapi kemudian duduk bersila di tikar yang membentuk huruf “L” mengerti?...”lampiran 3, CL 4.1
Berdasarkan catatan lapangan tersebut setting posisi duduk yang digunakan guru berbeda yaitu menggunakan posisi duduk di kursi besar
sedangkan anak duduk bersila membentuk huruf “L” di tikar diarea taman bermain seperti pada CD 4.3.
Gambar 15. Posisi Duduk Guru dan Anak saat Story telling Tipe 4 Sumber: lampiran 4, CD 4.3
Penerapan metode story telling pada tanggal 30 September 2015 yaitu posisi guru duduk di kursi besar terkadang berdiri sedangkan anak duduk bersila
di karpet membentuk dua baris di dalam ruang perpustakaan.
70 Gambar 16. Posisi Duduk Guru dan Anak saat Story telling Tipe 5
Sumber: lampiran 4, CD 5.2 Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa guru
menggunakan posisi duduk yang berbeda-beda dalam setiap metode story telling telling yang pertama posisi anak-anak duduk bersila membentuk dua baris di
karpet sedangkan guru duduk di kursi kecil, kedua anak-anak duduk dikursi kecil masing-masing dan guru berdiri di depan kelas, ketiga anak-anak duduk bersila di
karpet membentuk lingkarang sedangkan posisi guru ditengah, keempat anak- anak duduk bersila membentuk huruf “L” sedangkan guru duduk di kursi besar,
dan yang kelima anak-anak duduk di karpet membentuk dua baris sedangakn guru berdiri. Guru menggunakan posisi duduk yang berbeda-beda bertujuan supaya
anak tidak jenuh dengan posisi duduk yang monoton dan anak juga dapat melihat guru saat bercerita dengan leluasa.
b. Mengkomunikasikan Tema dalam Bentuk Bercerita kepada Anak.