84 Berdasarkan catatan lapangan tersebut guru menasehati anak tentang
pentingnya memotong kuku, caranya dengan menggunakan tanya jawab, supaya anak bisa berfikir kenapa kuku tidak boleh di biarkan panjang. Hal tersebut juga
merupakan stimulasi untuk anak supaya berfikir aktif dengan gejala-gejala-gejala dalam kehidupan disekitar.
Berdasarkan hasil penelitina tersebut cara guru dalam mengkomunikasikan sebuh nasehat kepada anak yaitu dengan cara memberi pertanyaan kepada anak
sehingga anak akan berfikir aktif dan mencari sendiri jawaban menurut pemikiran mereka agar anak dapat mengambil hikmah dari setiap cerita.
f. Kegiatan Penutup Metode Story telling dengan Mengajukan Pertanyaan
yang Berkaitan dengan Cerita.
Kegiatan penutup yakni kegiatan guru mengakhiri sebuah story telling. Dengan begitu dalam kegiatan penutup guru dapat mengajukan pertanyaan yang
berkaitan dengan cerita , hal ini dilakukan untuk mematangkan ingatan anak-anak dalam memahami isi cerita. Hal tersebut sesuai dengan catatan wawancara dengan
guru kelas sebagai berikut: “…Saya menutup cerita dengan mengambil kesimpulan dari cerita, dan
mengkomunikasikan hikmah dalam cerita tersebut, lalu menawarkan pada anak siapa yang mau membaca ulang cerita…” lampiran 2, CW 2.2.22
Adapun catatan wawancara tersebut sejalan dengan cuplikan catatan lapangan dari kegiatan penutup pada cerita “Mona dan Lisa” yang dilakukan oleh
guru utama sebagai berikut: “…Guru:”Nah, akhirnya mereka merasa beruntung punya saudara. Tadi
siapa yang kalau tertawa terbahak-bahak ? Anak: “Mona”
85 Guru: “Patut di contoh tidak seperti itu ?”
Anak : “Tidak” Guru : “Ayok sebutkan sifat-sifat dari Mona?
Anak:”Kalau tertawa terbahak-bahak, kalau berbicara selalu berteriak. Hobinya renang, kesukaannya warna merah”
Guru::”pinter, siapa yang mau membaca buku cerita Mona dan Lisa lagi ?” Guru menawarkan kepada anak…” lampiran 3, CL 1.4
Selain itu, kegiatan penutup yang dilakukan guru saat membacakan cerita sebagai berikut:
“Aku selalu hati-hati” terkutip dalam catatan lapangan berikut: “…Guru :”Nah anak-anak, tadi Sally ngapain saja?”
Anak-anak:”Main pisau, Makan obat, main korek api” Guru:”Iya pinter makanya kalau main benda-benda berbahaya tersebut
harus hati-hati harus ada orang tua yang mendampingi, nah sekarang siapa yang mau membaca cerita?...” lampiran 3, CL 2.4
Berdasarkan catatan lapangan dari kegiatan penutup tersebut, kegiatan penutup diisi dengan kegiatan tanya jawab yang berkaitan dengan cerita dan
disisipi pesan moral yang dapat dijadikan bahan pelajaran untuk anak kemudian dilanjutkan guru menawarkan anak untuk membaca ulang cerita.
Namun berbeda dengan penelitian keempat saat bercerita tentang “Thumbelina”, guru mengakhiri dengan pertanyaan yang membuat anak
penasaran karena cerita Thumbelina begitu banyak dan tidak dapat terselesaikan dalam satu hari.
Berikut ini cuplikan catatan lapangangannya: “…Guru: iya namanya tikus werong besar, nah apakah yang terjadi di
rumah tikus? Apakah anak-anak tikus mau menerima Thumbelina ? kita lanjutkan besok
Anak : yaaaa Guru: yang kemarin yang belum lancar membaca, membaca ulang ya…”
lampiran 3, CL 4.4
86 Berdasarkan catatan lapangan tersebut terlihat bahwa guru menutup cerita
dengan kalimat penuh tanda tanya, sehingga anak-anak penasaran dengan kelanjutan cerita Thumbelina. guru memberikan kalimat pertanyaan yang dapat
menstimulus daya imjanisai anak terhadap kelanjutan cerita dari Thumbelina. Berdasarkan hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa guru
melakukan kegiatan penutup dengan mengambil kesimpulan pada isi cerita, dan dengan cara tanya jawab terhadap isi cerita. Jika cerita belum selesai guru juga
memberikan kalimat pertanyaan yang dapat memancing daya imajinasi anak untuk menebak peristiwa selanjutnya.
3. Evaluasi Hasil Pembelajaran Metode Story telling di Kelompok B3 TK