33 cerita, menirukan suara binatang atau tokoh ayang akan diperankan dengan
ekpresi yang maksimal, mengatur intonasi atau tinggi rendahnya suara, menghayati tokoh yang diperankan, menampilkan ekpresi pada raut muka
menangis, tertawa tersenyum, njenggureng, berteriak, lalu memaksimalkan gerak sesuai dengan kegiatan yang dilakukan tokoh, dan komunikatif dengan anak.
Sedangkan menurut Abdul Majid 2001: 47 menyampaikan hal-hal yang perlu diperhatikan saat story telling yaitu: a tempat bercerita; b posisi duduk; c
bahasa cerita; d intonasi guru; e pemunculan tokoh-tokoh; f penampakan emosi; g peniruan suara; h penguasaan terhadap siswa; dan i menghindari ucapan
spontan. Dari beberapa teori tersebut dapat ditegaskan bahwa langkah-langkah
pelaksanaan metode story telling dapat dilakukan di awali dengan kegiatan tanya jawab yang berkaitan dengan topik cerita yang akan disampaikan, membuka cerita
dengan nyanyian atau dengan menirukan suara tokoh dalam cerita, mengembangkan cerita dengan humor, didalam cerita guru memasukan pesan
moral berupa nasehat-nasehat, dan penutup guru melakukan tanya jawab yang berkaitan tentang isi cerita. Langah-langkah tersebut sebaiknya dilakukan guru
secara urut sehingga cerita dapat disajikan secara urut sesuai alur supaya tidak membingungkan anak.
c. Evaluasi Hasil Belajar Kegiatan Story telling
Menurut Johnson dalam Masitoh dkk, 2005: 183 mengemukakan bahwa evaluasi adalah suatu proses memilih, mengumpulkan, dan menafsirkan informasi
34 untuk membuat keputusan. Maka dari itu, evaluasi bertujuan untuk memperbaiki
program, menghentikan program, atau membandingkan program. Menurut “The National Association of Early Childhood Specialist
NACS,1991 dalam Masitoh dkk, 2005: 183 tujuan mengevaluasi anak usia dini untuk: 1 merencanakan pembelajaran individual dan kelompok untuk
berkomunikasi dengan para orang tua, 2 mengidentifikasi anak yang memerlukan bantuan atau layanan khusus, 3 mengevaluasi apakah tujuan program pendidikan
anak usia dini sudah tercapai atau belum. Pada Taman kanak-kanak terdapat berbagai cara melakukan penilaian.
Bachtiar S.Bahri, 2005: 183-194 menjelaskan cara tersebut:
1 Pengamatan observasi: cara untuk mendapatkan keterangan mengenai situasi
dengan melihat dan mendengar apa yang terjadi, kemudian dicatat dengan cermat, untuk kemudian diinterpretasi
2 Tes Formal: cara yang dilakukan untuk mengukur sesuatu dengan alat tes
yang sudah tersetandar kuantitatif. Misalnya tes untuk mengetahui kemampuan pengetahuan anak tentang konsep yang sifatnya verbal Boehm
Test of Basic Concept 3
Tes yang informal: cara yang dilakukan untuk mengukur sesuatu dengan pendekatan informal kualitatif, dengan tujuan memperbaiki program
kegiatan pembelajaran tersebut. 4
Inventori sikap dan minat: cara untuk mendapatkan keterangan atau informasi tentang bagaimana anak mengahayati berbagai kegiatan dan minat dengan
memberikan sejumlah pertanyaan langsung pada anak.
35 5
Penilaian diri: ungkapan anak mengenai kesukaan dan ketidaksukaan dirinya terhadap sesuatu. Melalui berbagai ungkapan diri, anak akan menggambarkan
bagaimana suasana hatinya. 6
Portofolio: Hasil berbagai pekerjaan anak, catatan anak, catatan guru, dan evaluasi diri yang dilakukan anak.
Sedangkan menurut Masitoh, dkk 2005: 186- 188 ada berbagai metode untuk melakukan evaluasi pada anak usia dini sebagai berikut:
1 Observasi pengamatan yaitu cara pengumpulan data penilaian yang
pengisiannya berdasarkan pengamatan langsung terhadap sikap anak. 2
Catatan anekdot anecdotal record yaitu kumpulan catatan tentang sikap dan perilaku anak secara khusus baik perilaku positif negative
3 Percakapan interview yaitu penilaian melaui bercakap-cakap atau
wawancara antara anak dengan guru. 4
Pemberian tugas yaitu guru memberikan tugas kepada anak setelah melihat hasil kerjanya baik secara individu maupun kelompok.
5 Portofolio yaitu penilaian yang didasarkan pada kegiatan yang dilakukan anak
beserta hasil karyanya yang emnunjukkan pemikiran dan perkembangan anak. Sejalan dengan teori tersebut Permendikbud tahun 2014 no.146
menyatakan teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan adalah sebagai berikut:
1 Pengamatan atau observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan
selama kegiatan pembelajaran baik secara langsung maupun tidak langsung
36 dengan menggunakan lembar observasi, catatan menyeluruh atau jurnal, dan
rubrik. 2
Percakapan merupakan teknik penilaian yang dapat digunakan baik pada saat kegiatan terpimpin maupun bebas.
3 Penugasan merupakan teknik penilaian berupa pemberian tugas yang akan
dikerjakan anak dalam waktu tertentu baik secara individu maupun kelompok serta secara mandiri maupun didampingi.
4 Unjuk kerja merupakan teknik penilaian yang melibatkan anak dalam bentuk
pelaksanaan suatu aktivitas yang dapat diamati. 5
Penilaian hasil karya merupakan teknik penilaian dengan melihat produk yang dihasilkan oleh anak setelah melakukan suatu kegiatan.
6 Pencatatan anekdot merupakan teknik penilaian yang dilakukan dengan
mencatat sikap dan perilaku khusus pada anak ketika suatu peristiwa terjadi secara tiba-tibainsidental baik positif maupun negatif.
7 Portofolio merupakan kumpulan atau rekam jejak berbagai hasil kegiatan anak
secara berkesinambungan atau catatan pendidik tentang berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai salah satu bahan untuk menilai
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Berdasarkan uraian cara penilaian tersebut untuk objek bidang
pengembangan anak Taman Kanak-kanak yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu evaluasi terhadap hasil belajar kegiatan metode story telling dengan cara
observasi atau pengamatan. Hal ini didasarkan karena melalui pengamatan saat anak diminta membaca ulang cerita, guru akan mengetahui kemampuan anak
37 dalam hal membaca permulaan. Informasi seperti ini hanya diperoleh melalui
observasi. Evaluasi hasil belajar yang dimaksud yaitu cara guru mengevaluasi anak
dalam hal kemampuan membaca permulaan pada anak usia kelompok B. yakni dengan cara guru mendampingi anak saat membaca ulang buku cerita bergambar
yang berjudul Mona dan Lisa, Aku selalu hati-hati, Thumbelina, dan Aku bisa potong kuku sendiri, kemudian mengamati anak saat membaca kata-kata atau
kalimat yang ada di dalam buku cerita bergambar. Kemudian guru melakukan penilaian anak usia 5-6 tahun berdasarkan
Permendikbud tahun 2014 no.146 sebagai berikut: Tabel 1. Indikator Pencapaian Perkembangan
INDIKATOR PENCAPAIAN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI LAHIR-6 TAHUN
Kompetensi Dasar KD 4-5 thn
5-6 thn 3.10. Memahami bahasa
reseptif menyimak dan membaca
Mencerita-kan kembali apa yang didengar
dengan kosa kata yang terbatas
Menceritakan kembali apa yang didengar
dengan kosa kata yang Lebih
4.11. Menunjuk- kan kemampu-an berbahasa
ekspresif mengung- kapkan bahasa secara
verbal dan non verbal Mencerita-kan gambar
yang ada dalam buku Menunjuk- kan perilaku
senang membaca buku terhadap buku-buku yang
dikenali
Bertanya dengan mengguna-kan lebih dari
2 kata kata tanya seperti: apa, mengapa,
bagaimana, dimana Mencerita- kan kembali
isi cerita secara sederhana
Berdasarkan Indikator pencapaian tersebut, guru menggunakan indikator pencapaian tersebut sebagai pedoman untuk mengevaluasi hasil belajar story
38 telling pada kemampuan membaca permulaan diamati dari kemampuan anak usia
5-6 tahun.
C. Kerangka Pikir