95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
H. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan secara keseluruhan tentang pelaksanaan metode story telling pada kemampuan membaca permulaan di
kelompok B3 TK Budi Mulia Dua Pandeansari Yogyakarta, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Persiapan guru dalam melaksanakan kegiatan story telling yaitu persiapan
program dan persiapan mengajar. Persiapan program yakni guru menyiapkan cerita yang sesuai dengan tema diri sendiri dan menentukan waktu untuk story
telling dalam kegiatan insidental di akhir kegiatan harian dan konsisten yakni hari Senin, Selasa, dan Rabu diakhir kegiatan harian sebelum pulang sekolah,
sedangkan persiapan mengajar meliputi guru membaca buku cerita agar paham isi cerita yang akan disampaikan pada metode story telling, guru
menyiapkan buku cerita yang sesuai dengan tema diri sendiri yaitu dengan judul Mona Lisa, Aku selalu hati-hati, Aku bisa potong kuku sendiri,
Thumbelina Si kembar dan merah putih di panjat pinang, guru menyiapkan setting ruangan untuk metode story telling di ruang kelas dengan menyiapkan
karpet di sudut ruangan, taman bermain menyiapkan tikar dengan membentuk huruf “L” dan perpustakaan menyesuaikan suhu ruangan.
2. Pelaksaan yakni guru menyiapkan anak dengan posisi duduk bersila
membentuk dua baris, posisi duduk anak membentuk huruf “O” dan posisi anak membentuk huruf “L”, guru mengawali story telling dengan mengaitkan
96 tema cerita dan pengalaman yang pernah dialami anak melalui cara tanya-
jawab sehingga anak bisa memprediksi topic cerita untuk stiry telling, guru melakukan kegiatan pembukaan dengan recalling yaitu tanya jawab tentang
cerita sebelumnya kemudian mengaitkan cerita yang akan dibawakan selanjutnya dengan kehidupan yang dekat dengan anak. Guru
mengembangkan cerita dengan ekspresi mimik wajah sedang sedih, senang, dan marah, membedakan suara anak laki-laki, anak perempuan, ayah dan ibu,
sedangkan gerak yakni guru memaksimalkan peran tokoh yang lincah dan lembut, guru menyisipkan humor ditengah-tengah cerita dengan melakukan
improvisasi yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari anak. Guru menyampaikan nasehat dalam cerita dengan bahasa yang mudah dipahami
anak tentang watak yang patut dan tidak patut dicontoh. Dan kegiatan penutup cerita guru melakukan tanya jawab terhadap isi cerita sehingga anak dapat
menyimpulkan. 3.
Evaluasi hasil belajar kegiatan story telling yaitu guru mendampingi anak secara individu untuk membaca ulang buku cerita secara bergiliran. Saat
melakukan pendampingan guru mengobservasi mengamati anak saat membaca ulang buku cerita sambil menulis catatan kemampuan membaca
permulaan. Evaluasi hasil belajar dilakukan secara bergantian dan dibatasi hanya untuk tiga anak setiap kegiatan story telling yang dituliskan dalam
evaluasi harian, kemudian guru mendata anak dalam catatan harian sehingga anak yang belum membaca diamati pada pertemuan selanjutnya.
97
I. Saran
Berdasarkan data hasil dan kesimpulan penelitian, peneliti memberikan saran yakni:
Guru Kelompok B3 TK Budi Mulia 2 Pandeansari Yogyakarta hendaknya melengkapi administrasi persiapan metode story telling dengan menuliskan
rencana metode story telling secara tertulis dan lebih rinci sehingga dalam pelaksanaan dan evaluasi metode story telling pada kemampuan membaca
permulaan lebih terstruktur dengan langkah-langkah yang kongkrit.
98
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid Abdul Azis. 2001. Al-Qissah fi Al-Tarbiyah Mendidik dengan Cerita. Alih Bahasa: Neneng Yanti KH Iip Dzulkifli Yahya.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Bachtiar S. Bachri. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita di Taman Kanak- kanak Teknik dan Prosedurnya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Carol Seefeldt Barbara A. Wasik. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah.
Alih Bahasa: Pius Nasar. Jakarta: PT Indeks.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Pedoman Pembuatan Cerita untuk Taman Kanak-kanak. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.
Enny Zubaidah. 2004. Teknik Mendongeng. Yogyakarta: LPM Universitas Negeri Yogyakarta.
. 2006. Teknik Mendongeng dan Manfaat Dongeng Bagi Anak. Yogyakarta: Buletin PADU Universitas Negeri Yogyakarta.
Farida Rahim. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Goodchild, R. 2004. Teaching Children: The Joy of Reading Mengajak Anak Gemar Membaca. Alih Bahasa: Sri Meilyana. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Hary Karyono 2007. Menumbuhkan Minat Baca Sejak Usia Dini. Diakses dari digilib.um.ac.idindex.phpJurnal-Perpustakaan-Sekolahmenumbuhkan-
minat-baca-sejak-usia-dini.html pada 17 Desember 2015, jam 13.45 WIB
Heny Djohaeni 2005. Pengembangan Potensi Anak Usia Dini melalui Penerapan Kelas yang Berpusat pada Anak.
Diakses dari http:file.upi.eduDirektoriFIPJUR_PGTK197007241998022-
99 HENY_DJOEHAENIJURNALPENDEKATAN_KELAS_BERPUSAT_
PADA_ANAK.pdf pada 12 Maret 2015, jam 10.45 WIB.
Hilda Karli. 2010. Membaca dan Menulis Permulaan untuk Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Penabur Nomor 15 Tahun 9 hlm. 62-84. Diakses dari
eprints.ums.ac.id1999315 pada 18 Februari 2016 jam 16.00 WIB.
Lexy J. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
M. Nur Mustakim. 2005. Peran Cerita dalam Pembentukan Perkembangan Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Moeslichatoen R. 2009. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta.
Mohammad Faudzil Adhim. 2004. Membuat Anak Gila Membaca. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Morrow, L. M. 1993. Literacy Development in the Early Years. Boston: Allyn and Bacon.
Munawir Yusuf. 2005. Pendidikan
bagi Anak
dengan Problema
Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan
Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Miles, M. B. Hubberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Alih Bahasa: Tjetjep Rohidi. Jakarta: UI Press.
Novi Romawati. 2007. Metode Bercerita Sebagai Penanaman Pendidikan Agama Islam pada Anak Usia Pra-Sekolah di Taman Kanak-kanak Bait
Al-Falah Pondok Ranji. Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Otib Satibi Hidayat. 2010. Metode Pengembangan Moral dan Nilai Agama. Jakarta: Universitas Terbuka.
100 Nurbiana Dhieni,dkk. 2009. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta:
Universitas Terbuka. Rini Hildayani. 2009. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas
Terbuka. Santrock, J. W. 2007. Perkembangan Anak.. Alih bahasa: Mila Rachmawati
Anna Kuswanti. Jakarta: Erlangga. Slamet Suyanto. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini: Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan
Tinggi.
Slamet Suyanto. 2005. Pembelajaran untuk Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktoral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan
Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Soemiarti Patmonodewo. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta:Rineka Cipta.
Sofia Hartati. 2005. Perkembangan Belajar Pada Anak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat
Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Stephanie Muller. 2005. Panduan Belajar Membaca Jilid I dengan Benda-benda di Sekitar Kita untuk Anak Usia 3-8 Tahun. Alih Bahasa: Teuku Kemal
Husein. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suyono Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Suharsimi Arikunto. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Tadkiroatun Musfiroh. 2005a. Cerita untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.
101 . 2005b. Bercerita untuk Anak Usia Dini. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan
Tinggi.
. 2008. Memilih, Menyusun, dan Menyajikan Cerita untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.
Titik Asroriyah. 2014. Peningkatan Kemampuan Membaca Awal Melalui Penggunaan Media Papan Flanel Pada Anak Kelompok B Di TK ABA
Kalikotak Sendangsari Minggir Sleman. Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakutas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Diakses dari
www.komnasham.go.idinstrumen-ham-nasional pada
tanggal 15 Desember 2015 jam 11.35 WIB. Masitoh, Ocih Setiasih, Heny Djohaeni. 2005. Pendekatan Belajar Aktif.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi.
102
LAMPIRAN 1
Surat Ijin Penelitian
103
104
105
106
107
LAMPIRAN 2
Catatan Wawancara
108
CATATAN HASIL WAWANCARA PENERAPAN METODE STORY TELLING PADA KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN DI KELOMPOK B3 TK BUDI MULIA DUA PANDEANSARI YOGYAKARTA CW1
HariTanggal : Rabu, 9 September 2015 Tempat : Ruang tamu guru
Waktu : 11.00 – 11.30 WIB
Sumber : Bapak Ja’far Kepala Sekolah No
Pertanyaan Hasil wawancara
Kode Data
Refleksi 1.
Apa visi dari TK Budi Mulia Dua Pandeansari?
Visi dari sekolah kami yaitu terwujudnya lembaga pendidikan yang mampu menyiapkan
generasi bangsa berakhlak mulia, cerdas, terampil, dan bijaksana
CW1.1 Visi TK: terwujudnya lembaga pendidikan yang mampu menyiapkan
generasi bangsa berakhlak mulia, cerdas, terampil, dan bijaksana
2. Apa Misi dari TK Budi
Mulia Pandeansari? Misi dari sekolah kami yaitu
mengimplementasikan PAIKEM Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif, efektif, dan
Menyenangkan, membangun iklim sekolah yang aman, nyaman dan damai, memanfaatkan
teknologi tepat guna dalam sistem pembelajaran, menerapkan nilai-nilai karakter melalui sikap
jujur, disiplin, hidup bersih, dan sehat, serta melengkapi sarana dan prasarana yang memadai
untuk pembelajaran inquiry dan kontekstual CW
1.2 Misi TK: mengimplementasikan
PAIKEM Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif, efektif, dan
Menyenangkan
3. Apakah di sekolah ini
ada motto sebagai dasar untuk melaksanakan
sistem pembelajaran? Ya, ada seperti yang terlihat di dinding dekat
dengan gerbang masuk yaitu “Bersekolah dengan senang dan senang di sekolah” sehingga
diharapkan metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah ini dapat menyenangkan
CW 1.3
Motto sekolah yaitu “Bersekolah dengan senang dan senang di sekolah”
109 dan anak tidak merasakan kalau sebenarnya dia
sedang belajar. Jadi diharapkan anak-anak belajar dengan gembira, tidak ada tekanan, tidak
ada rasa taku, khawatir, dan hakan juga bosan sehingga sekolah punya motto tersebut
4. Apakah tindakan nyata
dari sekolah bapak untuk mewujudkan visi misi
dan motto tersebut? Tindakan nyatanya ya dengan memberikan
pelayanan pembelajaran dengan metode yang unggulan yang dapat memberikan hasil yang
maksimal terutama untuk perkembangan anak contohnya seperti metode eksperimen, wisata,
field trip, home visit, dan story telling dll. CW
1.4 tindakan nyata dari sekolah bapak
untuk mewujudkan visi misi dan motto dengan memberikan pelayanan
pembelajaran dengan metode unggulan
5. Mengapa metode story
telling menjadi metode unggulan?
Iya story telling merupakan salah satu metode pembelajaran yang happy learning, sebenarnya
tergantung dengan cara penyampaian juga, karena kalau dalam penyajian seorang guru tidak
menarik ya kurang maksimal juga hasilnya, tetapi ketika ceritanya memang bagus, cara
penyampaian guru juga sangat menarik, dan seakan-akan anak itu dilibatkan dalam story
telling itu lebih menarik lagi CW
1.5 story telling merupakan salah satu
metode pembelajaran yang happy learning, sebenarnya tergantung
dengan cara penyajian guru
6. Apakah pemilihan
metode pembelajaran selalu didiskusikan
antara kepala sekolah dan guru kelas ?
Nah kalau untuk pemilihan metodenya itu saya memberikan otonomi kepada guru kelas selama
metode itu bagus untuk menstimulus aspek- aspek perkembangan anak, karena yang
namanya metode itu, yang jelas semua metode itu bagus namun penggunaan metode yang tepat
itu yang penting diterapkan saat melihat kondisi kelas yang bagaimana, misalkan di RKH itu
CW 1.6
pemilihan metodenya kepala sekolah memberikan otonomi kepada guru
kelas selama metode itu bagus untuk menstimulus aspek-aspek
perkembangan anak
110 sudah tertulis guru menggunakan metode
observasi, atau wawancara, namun di prakteknya bisa berubah melihat kondisi kelas. Yang jelas
saya sebagai kepala sekolah memberikan rambu- rambu bahwasanya penggunaan metode itu
disesuaikan dengan kebutuhan dikelas masing- masing, toh walaupun sama materinya namun
dikelas satu dan lainnya bisa berbeda metode pembelajarannya, tapi memang ada panduan
standarnya
7. Apakah kepala sekolah dan guru kelas selalu
mengadakan pertemuan untuk membahas
rencana untuk pembelajaran?
O ya pertemuan rutin itu pasti setiap seminggu sekali, biasanya setelah guru selesai mengajar,
jadi bagaimana mengajarkan, bagaimana guru menyampaikan, kemudian apa hasil yang sudah
dicapai nah dipertemuan itu kita akan menyiapkan dalam bentuk RKM Rencana
Kegiatan Mingguan nah nanti umumnya kebutuhannya apa, metode pembelajaran itu
untuk kompetensi apa gitu CW
1.7 pertemuan rutin itu pasti setiap
seminggu sekali, biasanya setelah guru selesai mengajar
8. Dimana lokasi kepala
sekolah dan guru mengadakan diskusi atau
rapat? Biasanya kami mengadakan pertemuan di ruang
pertemuan meeting room disebelah kelompok B3 gedung barat
CW 1.8
Pertemuan antar guru dan kepala sekolah diadakan di ruang pertemuan
meeting room disebelah kelompok B9 gedung barat
9. Apakah semua guru
kelas selalu diberi kesempatan untuk
mengikuti seminar tentang mendongeng?
Ya, setiap guru kelas dari Kelompok Bermain sampai TK semua berhak mendapatkan giliran
untuk mengikuti seminar tentang mendongeng atau story telling supaya setiap guru mempunyai
bekal atau wawasan yang lebih luas tentang CW
1.9 Setiap guru kelas dari Kelompok
Bermain sampai TK semua berhak mendapatkan giliran untuk mengikuti
seminar tentang mendongeng atau story telling
111 ketrampilan story telling yang baik
10. Apakah setiap guru kelas juga diberi giliran
untuk mengikuti lomba story telling dalam
setiap kesempatan ? Ya, jadi saya melihat eventnya karena di UNY
juga sering mengadakan lomba seperti itu, ya kalau eventnya spektakuler ya kami mengirim
duta pasti yang dipilih guru yang terbaik dibidang story telling bukan guru yang cara
mendongengnya masih biasa CW
1.10 Kepala sekolah melihat event yang
diadakan apakah event biasa atau spektakuler untuk menentukan duta
yang akan dikirim untuk mengikuti lomba story telling
11. Apakah guru di TK Budi Mulia Dua ini pernah
ada yang menjuarai lomba story telling?
Ya, ada namanya ibu Sri Winarni yang mengajar di kelompok B3. Belia itu menjuarai lomba story
telling di tingkat Kecamatan, Kabupaten, sampai Provinsi. Ada lagi namanya ibu
Kamaratul Jannah juga bagus dalam mendongeng.
CW 1.11
Guru di TK Budi Mulia Dua yang sering menjuarai lomba story telling
namanya ibu Sri Winarni dan ibu Kamaratul Jannah
12. Bagaimana kepala sekolah menyikapi ada
guru berprestasi di Budi Mulia Dua ?
Sangat bersyukur dan menjadi kebanggan bagi sekolah kami mempunyai guru-guru yang
berprestasi sehingga guru-guru juga dapat saling bertukar pikiran tentang prestasi masing-masing
sehingga saling melengkapi dalam memberikan pelayanan pembelajaran yang terbaik untuk
anak. CW
1.12 Kepala sekolah sangat bangga dan
memberikan waktu untuk membahas metode pembelajaran untuk saling
bertukar pikiran
112
CATATAN HASIL WAWANCARA PENERAPAN METODE STORY TELLING PADA KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN DI KELOMPOK B3 TK BUDI MULIA DUA PANDEANSARI YOGYAKARTA CW 2
HariTanggal : Rabu, 9 September 2015
Tempat : Meeting Room
Waktu :10.00 – 11.00 WIB
Sumber : Ibu Sri guru
No Pertanyaan
Hasil wawancara Kode
Data Refleksi
A. Persiapan kegiatan