87
Pada kelompok keaksaraan fungsional yang lain terdapat warga belajar dimana menggunakan waktu di luar jam pelajaran untuk
mengulas materi pembelajaran bersama tutor. Dalam hal ini warga belajar memiliki insiatif untuk melaksanakan kegiatan belajar secara
mandiri kepada tutor. Pernyataan tersebut disampaikan oleh warga belajar yakni ibu “SYN” bahwa:
“Kadang tanglet bu ST, moro neng griyane”. CW 8, 23 02 2016
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan waktu belajar di luar jam pelajaran oleh warga belajar dimanfaatkan dengan baik meskipun
tidak semua didampingi oleh tutor keaksaraan fungsional. Warga belajar memiliki inisiatif untuk mengulang materi pembelajaran yang
disampaikan oleh tutor di rumah dengan meminta bantuan bimbingan dan pengarahan dari pihak keluarga dan berupaya untuk mendatangi
tutor untuk meminta bimbingan dan pengarahan.
b. Ulet dalam menghadapi kesulitan
Warga belajar memiliki motivasi belajar jika peserta didik yakni warga belajar keaksaraan fungsional ulet dalam menghadapi kesulitan
yang dapat dilihat dari sikap dan usahanya menghadapi kesulitan. Sikap dan usaha dalam menghadapi kesulitan ditemukan saat
pembelajaran keaksaraan sedang berlangsung. Sikap dan usaha warga belajar mengatasi kesulitan terlihat dari pengamatan peneliti. Hal ini
ditegaskan oleh ibu “MRN” warga belajar bahwa:
88
“Werni kalih bu apel ijo kalih wortel, menawi darah tinggi ngagem jipan nggeh saget to bu?
”. CL 3, 14 01 2016 Usaha bertanya yang dilakukan oleh salah satu warga belajar
saat pembelajaran keaksaraan fungsional dengan tema kesehatan berupa pencegahan penyakit stroke. Warga belajar mengalami
kesulitan dengan penjelasan tutor terkait upaya pencegahan penyakit stroke. Tutor menjelaskan bahwa upaya pencegahan dapat dilakukan
dengan dengan campuran sari buah apel dan wortel, kemudian warga belajar menanyakan buah jipan apakah dapat mencegah penyakit
darah tinggi. Sikap ingin tahu melalui usaha bertanya oleh warga belajar tersebut menggambarkan keuletan dalam menghadapi
kesulitan. Sikap dan usaha menghadapi kesulitan melalui bertanya kepada
tutor secara langsung saat pembelajaran. Warga belajar tidak merasa sungkan untuk bertanya dikarenakan telah terjalin hubungan yang
akrab antara tutor dengan warga belajar sehingga tidak adanya rasa takut dan minder dengan yang lain. Hal tersebut ditegaskan oleh ibu
“SYN” selaku warga belajar, bahwa: “Nggeh nek mboten saget tanglet kalih bu ST mbak, ora tekon
kancane lha kancane yo podo wae. Mpun biasa mbak, wong bu ST ora galak
”. CL 13, 28 02 2016 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa warga belajar
keaksaraan fungsional memiliki keuletan dalam menghadapi kesulitan yang ditunjukkan dengan sikap keingintahuan melalui usaha bertanya
kepada tutor terkait hal yang belum dimengerti. Sikap keingintahuan
89
warga belajar keaksaraan fungsional melaui usaha bertanya dilakukan dengan lapang tanpa adanya rasa takut dan sungkan, karena adanya
hubungan yang akrab antara tutor dengan warga belajar.
c. Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar
Dimensi motivasi belajar pada aspek minat dan ketajaman perhatian dalam belajar dapat dilihat dari subindikator yakni kebiasaan
dalam mengikuti pelajaran dan semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar. Minat belajar seseorang dapat dilihat dari tingkat
semangat mengikuti pembelajaran. Artinya bahwa warga belajar yang memiliki tingkat semangat yang bermacam-macam maka warga belajar
tersebut dapat dikatakan memiliki minat terhadap kegiatan pembelajaran tersebut. Demikian pula aspek ketajaman perhatian
dalam belajar ditunjukkan dengan melihat kebiasaan warga belajar saat proses pembelajaran keaksaraan fungsional.
Kebiasaan belajar merupakan perilaku yang berulang-ulang intensitas kejadian dalam suatu pembelajaran. Kebiasaan warga belajar
cukup variatif namun memiliki kecenderungan yang sama oleh sebagian besar warga belajar kelompok keaksaraan fungsional.
Kebiasaan bertanya oleh beberapa warga belajar yang tergolong aktif, namun ada juga yang sekedar mengikuti alur pembelajaran. Hal ini
disampaikan oleh ib u “MN” selaku tutor keaksaraan fungsional bahwa:
“Memang ada yang satu dua yang aktif bertanya, ada yang sekedar mengikuti alur juga. Ada yang minta saya dekati jadi
dibimbing terus, misalnya menulis angka, mengeja satu dua kata
90
bisa tapi kalau sudah disus un kalimat sudah lupa”. CW 5, 19
02 2016 Hal tersebut sesuai oleh pernyataan ibu “NTJ” selaku warga
belajar bahwa: “Nggeh tanya jawab niku umpami kula dibetheki, napa kula
tanglet. Umpami prau supire napa kula sing jawab ngoten. Nek mboten ngerti nggeh kula tanglet
”. CW 3, 6 02 2016 Hal serupa juga dikatakan oleh ibu “MRN” selaku warga belajar
bahwa: “Nggeh nggeh to nggeh, ejaan baru kalih mbiyen kan bedo to
yo, dadi yo kerep salahe takon mbak ”. CW 6, 21 02 2016
Kebiasaan bertanya yang dilakukan oleh warga belajar diperkuat oleh pernyataan ibu “SGR” selaku warga belajar pada kelompok yang
berbeda bahwa: “Nggeh nek mboten ngertos nggeh tanglet. Mengke kadang
tulisan kula tangletke kalih bu MN mbok menawi enten kesalahan. Nggeh manut wae apa sik diulangke
”. CW 9, 02 03 2016
Disamping kebiasaan bertanya terdapat beberapa warga belajar
yeng memiliki inisiatif mengeluarkan pendapat dengan harapan mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan. Sebagai
contoh adalah pendapat warga belajar terkait materi yang akan disampaikan oleh tutor, namun pendapat di tengah-tengah
pembelajaran seperti usul menambahkan poin saat pemberian tugas oleh tutor. Hal ini disampaikan oleh ibu “SYN” selaku warga belajar
bahwa: