Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar

92 Minat dalam pembelajaran keaksaraan fungsional dapat dilihat dari tingkat semangat warga belajar mengikuti kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional. Tingkat semangat warga belajar ditunjukkan dengan adanya permintaan penambahan jam pelajaran yang pada awalnya sekali dalam seminggu menjadi dua kali. Semangat yang tergolong bermacam-macam. Tingkat semangat tersebut dikarenakan keinginan untuk belajar dan rasa ingin tahu yang tinggi, keinginan memiliki keterampilan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan ibu “MN” selaku tutor keaksaraan fungsional bahwa: “Biasanya seminggu sekali, kelompok ini malah minta seminggu dua kali mbak. Ada yang memang dia pengen belajar, ada yang rasa ingin tahunya tinggi itu ada. Ada juga yang pengen ikut keterampilan aja. Tapi ini kan baru awal. Misalnya kita praktik masak, kan harus ada resep. Ibu-ibu harus bisa baca gr itu apa kg itu apa. Jadi semacam dikasih teori dulu gitu lho mbak ”. CW 1, 7 01 2016 Tingkat semangat warga belajar dapat dilihat dari aspek kehadiran warga belajar mengikuti pembelajaran, aspek hasil belajar warga b elajar. Hal ini disampaikan oleh ibu “ST” selaku tutor keaksaraan fungsional bahwa: “Bisa digolongkan semangat untuk ukuran ibu-ibu. Dilihat dari prosentasi kehadiran mereka. Misalnya pas nggak buat lempeng pasti berangkat, kadang disambi dibawa kesini. Kalo nggak semangat males to mbak, ah mending golek duit”. CW 7, 23 02 2016 Hal ini diperkuat oleh pernyataan ibu “MN” selaku tutor keaksaraan fungsional bahwa: 93 “Ya dilihat dari kehadiran, dari tugas mereka. Kadang pas ada yang tidak berangkat tahu-tahu kok sudah selesai. Nah saya tanya ternyata dikerjain di rumah tanya temennya”. CW 5, 19 02 2016 Semangat warga belajar disebabkan oleh adanya keinginan menuntut ilmu dimana tidak ada batas usia untuk mencarinya dan jarak rumah warga belajar dengan tempat pembelajaran yang dekat juga menjadi faktor pendukung adanya semangat belajar. Hal tersebut disampaikan oleh ibu “NTJ” selaku warga belajar keaksaraan fungsional bahwa: “Kula niku semangat. Jenenge ilmu ki ra eneng batese, tua nggeh mboten nopo-nopo. Kajenge tambah ilmu ”. CW 3, 6 022016 Tingkat semangat belajar juga digambarkan oleh beberpa warga belajar. Seperti yang dikatakan oleh ibu “PJY” selaku warga belajar bahwa: “Nggeh semangat mawon mbak”. CW 4, 18 02 2016 Hal serupa disampaikan oleh ibu “MRN” bahwa: “Jane kula ki seneng mbak, nggeh semangat”. CW 6. 21 02 2016 Hal tersebut didukung oleh ibu “SYN” bahwa: “Nggeh semangat mbak”. CW 8, 23 02 2016 Pernyataan tersebut diperkuat oleh ibu “SGR” bahwa: “Semangat mbak, wong mik gari mlumpat wis tekan”. CW 9, 2 02 2016 Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat semangat belajar. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya 94 meliputi adanya rasa ingin tahu yang tinggi, keinginan untuk belajar, keinginan untuk memiliki keterampilan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, jarak yang dekat antara rumah warga belajar dengan tempat pembelajaran dan adanya kesadaran bahwa menuntut ilmu tidak ada batas usia. Tingkat semangat yang bermacam-macam, berbeda-beda dapat dilihat dari aspek kehadiran dan semnagat dilihat dari hasil wawancara dan mencermati hasil belajar warga belajar.

d. Need of Achievement

Prestasi belajar merupakan dampak dari sebuah kegiatan belajar yang didapat dari usaha warga belajar melalui sebuah proses belajar. Seseorang yang memiliki prestasi belajar dapat dilihat dari adanya keinginan untuk berprestasi dan memiliki kualifikasi hasil belajar yang baik. Berprestasi dalam belajar merupakan indikator motivasi dimana keinginan untuk berprestasi dan kualifikasi hasil belajar sebagai subindikatornya. Bentuk keinginan berprestasi dalam belajar digambarkan oleh tutor keaksaraan fungsional dalam bentuk keingintahuan melalui usaha bertanya. Hal ini disampaikan oleh ibu “MN” selaku tutor keaksaraan fungsional bahwa: “Ingin tahu mbak. Untuk ingin bisanya belum sepertinya mbak. Ya bentuk keinginannya masih sebatas ingin tahu dengan mereka bertanya”. CW 5, 19 02 2016 Keinginan berprestasi selain dalam bentuk keingintahuan melalui usaha bertanya, pada kelompok keaksaraan fungsional yang 95 lain ialah dalam bentuk usulan selain materi membaca dan menulis. Materi lain yang menjadi topik terkini yang sedang dibutuhkan oleh warga belajar seperti materi kesehatan tentang pencegahan penyakit demam berd arah. Hal ini disampaikan oleh ibu “ST” selaku tutor keaksaraan fungsional bahwa: “Dalam bentuk usulan dari mereka dicariin materi jadi nggak Cuma membaca menulis. Misal bu mbok dikei materi jentik- jentik pas musim demam berdarah itu. Terus saya kasih sosi alisasi”. CW 7, 23 02 2016 Keinginan berprestasi dalam belajar berupa adanya keinginan memiliki keterampilan membaca dan menulis, menambah ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, dan sebagai upaya agar tidak mudah lupa akan keterampilan membaca dan menulis. Hal ini sesuai dengan pernyataan ibu “NTJ” selaku warga belajar bahwa: “Kula bukai bukune, ngapalke ngoten. Kula apalke niki kencur gunane ngilangke rasa nyeri, air ki gunane untuk apa wae. Kula pun saget nulis aksara jawa, ning dereng jelas sandangane niku kaya pepet, taling ngoten. Nggeh pengene tambah garapan nopo kajenge ngertos. Nggeh pengene tambah garapan nopo kajenge ngertos. Ngertos aksara arab, aksara jawa mbak ”. CW 3, 6 02 2016 Hal tersebut juga disampaikan oleh ibu “PJY” selaku warga belajar bahwa: “Nggih pengen to mbak saget maca, nulis. Saget maca nulis, wong kula niku mboten sekolah ”. CW 4, 18 02 2016 Hal serupa disampaikan oleh ibu “MRN” bahwa: “Jane niku yo pengen mbak, ben ra lali sik nulis niku mbak. Isoh maca nulis, ben ra lali mbak ”. CW 6, 21 02 2016 96 Pernyataan tersebut diperkuat oleh ibu “SGR” selaku warga belajar bahwa: “Nggeh nggeh mbak, wong bodho pengene pinter nambah ilmu. Sik maringi bu MN mboten sepinteno mbak, dadi yo piye carane nggeh pengen isoh nulis maca, aksara arab jawa ra ketang dereng sae ”. CW 9, 2 03 2016 Keinginan berprestasi dapat diamati dengan perilaku warga belajar dalam kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional. Usaha warga belajar dapat menggambarkan keinginan berprestasi dalam belajar dimana usaha tersebut ialah membuat dirinya berupaya belajar mandiri. Hal ini ditegaskan oleh ibu “SYN” selaku warga belajar bahwa: “Kadang nyambut nggeh bu, bukune dibeto mantuk, disinau teng griya. Kajenge saget nek ngepasi mboten mangkat ”. CW 8, 23 02 2016 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa warga belajar memiliki keinginan untuk berprestasi dalam belajar. Bentuk keinginan berprestasi dalam belajar tersebut bermacam-macam diantaranya adalah keingintahuan yang tinggi yang diwujudkan melalui usaha bertanya kepada tutor, keinginan berprestasi dalam bentuk usulan konsep pembelajaran terkait materi terkini yang dibutuhkan oleh warga belajar dan keinginan untuk memiliki keterampilan membaca dan menulis serta peningkatan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Berprestasi dalam belajar juga dapat ditunjukkan dengan pengamatan melalui dokumen hasil belajar warga belajar. Hasil 97 belajar yang baik membuktikan bahwa warga belajar berprestasi dalam belajar. Kualifikasi hasil belajar warga belajar sangat variatif. Hasil belajar yang berbeda-beda tersebut disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya ialah faktor usia yang menyebabkan sering lupa, latar belakang pendidikan yang rendah sehingga tidak mengenal aksara. Seperti yang dikatakan oleh ibu “MN” selaku tutor keaksaraan fungsional bahwa: “Ada yang kurang ada yang sudah bagus. Kurangnya memang mungkin belajar sendiri. Misalnya menulis mencontoh Siti beli baju, kadang baju ditulis bau, huruf j hilang berarti dia belajar sendiri mbak”. CW 5, 19 02 2016 Hal serupa disampaikan oleh ibu “ST” selaku tutor keaksaraan fungsional bahwa: “Ada yang rapi, ada yang masih tarafnya pelan ada juga. Memang dari dulunya tidak kenal aksara, kalau mencontoh masih bisa”. CW 7, 23 02 2016 Hasil belajar yang baik ditunjukkan dengan adanya peningkatan penguasaan keterampilan dan pemahaman oleh warga belajar. Adanya peningkatan keterampilan dan pemahaman dirasakan oleh warga belajar sebagai dampak dari keikutsertaannya dalam pembelajaan keaksaraan fungsional. Hal ini disampaikan oleh ibu “NTJ” selaku warga belajar bahwa: “Nggih saget ngertos niki riyen ngaji namung apalan sakniki sampun saget nulis aksara arab ”. CW 3, 6 02 2016