Sarana dan Prasarana Deskripsi Program Keaksaraan Fungsional
85
Kemudian hal tersebut disampaikan oleh tutor keaksaraan fungsional ibu “ST” bahwa:
“Sekitar sini ada 15 orang, yang tidak aktif ikut anaknya kehadiran. Tapi tiap dateng ada 10 orang, ganti-ganti yang dateng. Ya
sekitar 70 kehadiran”. CW 7, 23 02 2016. Kehadiran warga belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya cuaca, kepentingan-kepentingan di masyarakat dan kesibukan masing-masing warga belajar. Hal ini disampaikan oleh
tutor keaksaraan fungsional pada kelompok yang berbeda yakni ibu “MN” bahwa:
“Sini kalau hujan memang libur mbak. Kadang ada orang meninggal, pada rewang itu lho mbak. Jadi banyak yang tidak
berangkat. Ada juga yang kalau temennya berangkat ikut b
erangkat”. CW 2, 23 01 2016 Dilihat dari keseluruhan warga belajar kelompok keaksaraan
fungsional, tingkat kehadiran mengikuti proses belajar mengajar berbeda-beda namun terdapat beberapa warga belajar yang aktif
mengikuti kegiatan belajar mengajar keaksaraan fungsional. Hal dibuktikan dengan intensitas kehadiran beberapa warga belajar yang
aktif mengikuti kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional melalui proses pengamatan oleh peneliti. Kemudian didukung oleh pernyataan
warga belajar “NTJ” bahwa: “Kula niku nggeh semangat, remen. Ning nek wonten sik
mangkat nggeh kula melu mangkat ”. CW 3, 06 02 2016
Terdapat beberapa warga belajar yang mengikuti kegiatan
pembelajaran keaksaraan fungsional untuk mengisi waktu luang
86
mereka, karena sebagian warga belajar merupakan ibu rumah tangga. Hal ini disampaikan oleh warga belajar yang merupakan ibu rumah
tangga ya kni ibu “MRN” bahwa:
“Nggeh kula ajeg mangkat, lha teng omah ora due gawean niku
”. CW 6, 21 02 2016 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi warga
belajar ditinjau dari aspek kehadiran warga belajar adalah cukup berbeda. Meskipun tingkat kehadiran berbeda-beda namun terdapat
beberapa warga belajar yang aktif mengikuti pembelajaran keaksaraan fungsional. Disamping itu terdapat satu kelompok keaksaraan
fungsional dimana tingkat kehadiran warga belajar mencapai 70 pada setiap pertemuan.
Aspek kedua yang merupakan bagian dari dimensi ketekunan dalam belajar ialah upaya warga belajar untuk belajar di rumah.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa terdapat beberapa warga belajar yang melakukan kegiatan belajar di rumah baik bersama tutor maupun
belajar secara mandiri dengan didampingi oleh anggota keluarga. Hal ini disampaikan oleh warga belajar yaitu ibu “NTJ” bahwa:
“Mboten mbak. Ning kula njaluk ken ngajari anak kula si setri teng griya mbak
”. CW 3, 06 02 2016 Pernyataan yang sama disampaikan oleh warga belajar yang lain
yakni ibu “MRN” bahwa: “Mboten tau, ning nek putune rene sok ngajari”. CW 6, 21 02
2016