48
bahan baku kayu tersebut bisa bertahan hingga satu setengah tahun. Menurut Benny Silalahi ada beberapa pengukir Batak yang biasanya menggunakan kayu muda untuk
ukirannya. Untuk pengadaan bahan baku terutama kayu, sebenarnya pengukir mulai sulit mendapatkannya. Hal ini dikarenakan Pemkab setempat kuatir dengan maraknya kasus-
kasus pembalakan yang terjadi di Samosir. Kesalahan pahaman yang terjadi antara polisi kehutanan dengan warga juga tak dapat dihindari. Informan menyebutkan ketika
pengukir memasuki hutan, kemudian bertemu dengan polisi maka pengukir tersebut akan ditangkap meskipun memang pada akhirnya dilepaskan karena memang tidak terbukti
mengambil kayu pinus milik pemerintah. Kayu yang diambil pengukir bukan merupakan jenis kayu yang dikuatirkan
tersebut seperti kayu pinus yang memiliki nilai jual dipasaran. Kayu yang diambil oleh pengukir merupakan kayu alami yang tumbuh di hutan-hutan dekat perkampungan
warga. Dahulu pengukir dapat mengambilnya tanpa izin dari pemerintah setempat. Namun dewasa ini pengukir harus mendapatkan izin dari pemerintah, bahkan harus
menghindari pertemuan dengan pihak kehutanan pada saat mengambil kayu. Sehingga tak jarang para pengukir hanya mendapatkan jenis kayu muda. Nah, keadaan ini tetap
dimanfaatkan para pengukir daripada mereka tidak mngukir.
3.1.2 Tanduk dan Tulang Kerbau
Ada beberapa benda budaya Batak yang menggunakan tanduk dan tulang salah satu contohnya adalah Sahan dan Parholaan. Tanduk dan tulang yang digunakan
biasanya berasal dari hewan ternak yakni sapi, kerbau, dan kambing. Akan tetapi tanduk
Universitas Sumatera Utara
49
dan tulang yang biasa digunakan oleh pengukir saat ini khususnya untuk daerah Tuktuk Siadong adalah tanduk dan tulang kerbau.
Bagian tulang kerbau yang digunakan yakni bagian paha dan rusuk. Pengukir memperoleh bahan ini dari rumah potong hewan yang berada di Siantar tepatnya di Jalan
Nias, Pematang Siantar. Pengukir biasanya membeli tanduk kerbau dengan harga Rp 100.000,- per pasang. Dahulunya tanduk dan tulang kerbau dianggap sampah oleh rumah
potong hewan, sehingga pengukir bisa mendapatkannya dengan cuma-cuma. Akan tetapi sejak kebutuhan akan tulang dan tanduk meningkat, pengukir pun harus
mengeluarkan uang untuk membelinya.
Foto 2
Sumber: Candra Sinabutar, 2014. Tanduk Kerbau yang akan diolah untuk membuat sahan. Tanduk tersebut telah diukir dan selanjutnya akan diberi tutup yang terbuat dari
kayu yang juga diukir.
Universitas Sumatera Utara
50
3.1.3 Kulit kayu
Selain kayu, pengukir juga menggunakan kulit kayu sebagai bahan dasar dalam membuat benda-benda budaya. Kulit kayu sering digunakan untuk pembuatan Pustaha
atau Lahlak Batak. Untuk Pustaha, Parholaan dan kalender Batak yang seuruhnya mengandung aksara Batak, pengukir biasanya mendapatkanya dalam bentuk setengah
jadi. Maksudnya pengukir yang berada di Kelurahan Tuktuk Siadong sudah mempercayai pekerjaan tersebut pada pengukir yang ada di Desa Sosor Tolong.
Menurut salah seorang pengukir yakni pak Benny Silalahi, dalam membuat aksara Batak pengukir yang berada di Desa Sosor Tolong sudah lebih ahli. Bukan berarti mereka
tidak bisa membuatnya tetapi hanya untuk mengefisiensikan waktu yang dibutuhkan dalam membuat aksara Batak. Sehingga setelah mendapatkan kulit kayu yang telah diisi
dengan aksara Batak, para pengukir hanya tinggal mengerjakan pembuatan alas atas dan bawah Pustaha atau Lahlak Batak ini. Pengukir yang berada di daerah Sosor Tolong
memperoleh kulit kayu ini dari daerah Balige.
Universitas Sumatera Utara
51
Foto 3
Sumber: Candra Sinabutar, 2014. Pustaka Laklak yang berbahan dasar kulit kayu.
3.1.4 Bambu