Tinjauan Pustaka Studi Etnografi mengenai Komodifikasi Ukir Batak di Daerah Pariwisata Samosir

19 hanya digunakan dalam ritual oleh Datu, kini dijadikan sebagai cenderamata. Ole-ole khas sebagai pertanda bahwa wisatawan benar-benar telah mengunjungi Samosir . Apa yang terjadi diatas merupakan komodifikasi kebudayaan, dimana kebudayaan diubah baik sebagian atau seluruhnya menjadi sebuah komoditi yang memiliki nilai ekonomis. Komodifikasi membuat pelaku kebudayaan memandang kebudayaan atau tradisi tidak lagi dilihat dari aspek sentimental bersifat menyentuh perasaan tetapi pada nilai ekonomi. Merubah sesuatu yang dahulunya dianggap sakral dan kini lebih bersifat profan. Ketika dikomodifikasi makna dan fungsi dari sebuah benda akan menjadi berbeda. Mengapa ini terjadi, Apa yang membuat pelaku kebudayaan merubah kebudayaannya, dan bagaimana proses terjadinya komodifikasi pada ukir Batak. Hal itulah yang penulis coba untuk mengungkapkannya melalui penelitian ini.

1.2 Tinjauan Pustaka

Komodifikasi menjadi salah satu konsep yang merubah sesuatu dari yang sebelumnya bersifat sakral menjadi lebih komersial. Komodifikasi telah terjadi diberbagai aspek kehidupan manusia yang bisa saja disadari atau tidak. Misalnya Aspek agama, sensitifitas keagamaan mulai dimanfaatkan atau dikomodifikasi untuk keuntungan bisnis. Contoh dikalangan umat muslim yang kini marak dengan iklan industri yang menawarkan “wisata religius”, umroh bersama Kiai beken, berdirinya sekolah Islam yang eksklusif, kafe khusus muslim, Al-Quran elektronik dan lainnya. Padahal esensinya hal tersebuat adalah pemenuhan religius terhadapap pencipta. Universitas Sumatera Utara 20 Komodifikasi biasanya terjadi pada unsur-unsur kebudayaan manusia seperti ide, aktivitas dan materil atau fisik. Contohnya pada kebudayaan fisik, dimana kebudayaan fisik dapat diinovasi dan dikreasikan agar dapat meningkatkan pendapatan dan sangat strategis sebagai unsur budaya yang dikembangkan untuk membangun masyarakat lokal. Dan pada akhirnya akan mampu menompang ekonomi penduduk setempat. Seperti yang disebutkan oleh Rytha Tambunan 6 Kebudayaan lokal yang ditambah dengan sedikit kreativitas dan ide akan menghasilkan produk budaya fisik yang dapat dijual. Contohnya adalah proses pembuatan Ulos yang dapat dijadikan sesuatu yang menaikan taraf ekonomi atau objek wisata. Niessen 1985 menyebutkan bahwa bagi orang batak proses menenun Ulos memiliki nilai-nilai religius-magis yang tak dapat diabaikan. Dimana didalamnya terdapat elemen-elemen yang berhubungan dengan Dalihan Na Tolu bila kerajinan tradisional berkembang pada masa mendatang pasti akan meningkatkan taraf ekonomi. Karena, aspek-aspek tradisional yang asli dan khas suatu daerah dapat dijadikan sebagai alat promosi wisata yang ampuh untuk menarik minat para wisatawan untuk berkunjung ke daerah itu. 7 6 Kain Tenun Oles Pakpak; Inventarisasi Aspek Tradisi, Direktorat Tradisi Jenderal Balai Budaya, Seni dan Film Departemen Kebudayan dan Pariwisata. Medan: makalah yang tidak dipublikasi. sebagai konsep hidup orang 7 Dalihan na tolu: Filosofi sosial kultural yang menyangkut masyarakat dan budaya Batak yang artinya sendiri tungku berkaki tiga. Dalihan na tolu menjadi kerangka yang meliputi hubungan-hubungan kerabat darah dan hubungan perkawinan yang mempertalikan satu kelompok Hula-hula, Dongan Tubu, Boru. Dalam adat Batak, dalihan na tolu ditentukan dengan adanya tiga kedudukan fungsional sebagai kontruksi sosial yang terdiri dari tiga hal yang menjadi dasar kebersamaan. Per tama, Somba Marhula-hula hormat kepada pihak pemberi isteri. Kedua, Manak Mardongan Tubu bersikap hati-hati kepada teman semarga dan terakhir Elek Marboru mengayomi pihak isteri. Perlu ada kesemimbangan keseimbanga yang absolut dalam tatanan hidup antara tiga unsur. Untuk menjaga keseimbangan tersebut harus disadari bahwa semua orang Batak pernah menjadi Hula-hula, Dongan Tubu dan Boru. Universitas Sumatera Utara 21 Batak. Jika nilai-nilai ini dapat terus dipertahankan oleh suku Batak maka wisatawan dan peredaran uang akan cepat diberputar di Tanah Batak. Ide yang dikembangkan melalui wisata budaya yang menampilkan Ulos merupakan sesuatu yang sangat kecil, ditengah masih banyaknya ide yang dapat dikembangkan di Samosir. Paul Romer mengatakan bahwa ide adalah barang ekonomi yang sangat penting lebih penting dari objek yang ditekankan dikebanyakan model-model ekonomi. Di dunia dengan keterbatasan fisik ini, adanya penemuan ide-ide besar bersamaan dengan penemuan jutaan ide-ide kecillah yang membuat ekonomi tetap tumbuh. Ide adalah instruksi yang membuat kita mengkombinasi sumber daya fisik yang penyusunannya terbatas menjadi lebih bernilai. Contoh kasus yang terjadi dimana ide sangat berperan dalam ekonomi masyarakat ialah adanya objek wisata Makam Raja Sidabutar di Desa Sialagan. Ketika memasuki objek wisata ini, akan ada seorang guide yang menjelaskan berbagai cerita besar yang berhubungan dengan makam tersebut. Cerita mengenai raja-raja dengan penggunaan alat- alat saktinya. Kemudian wisatawan dibuat agar menikmati cerita yang pada akhirnya mereka diarahkan untuk melihat peninggalan benda-benda tersebut di museum. Dimana museum masih satu kompleks dengan objek wisata Makam Sidabutar. Sepanjang perjalanan menuju museum, wisatawan akan disuguhkan dengan replika-repika yang telah tersedia dideretan penjual sovenir. Universitas Sumatera Utara 22 Ini merupakan satu strategi yang diciptakan oleh masyarakat di desa Sialagan dimana mereka membuat serangkaian wisata yang terintegrasi dengan yang lainnya. Maksudnya makam Raja Sidabutar yang dahulunya sudah ada lebih dikembangkan lagi dengan menjual ceritanya. Bagi mereka yang ingin melihat peninggalan benda-benda dalam cerita yang disajikan bisa mengunjungi museum dan nantinya kunjungan tersebut bisa memberi pendapatan lain bagi mereka. Tidak hanya itu, masyarakat juga dapat medapat keuntungan dari hasil penjuaan replika-replika benda budaya Batak yang mereka jual di sekitar kompleks objek wisata Makam Raja Sidabutar. Causey 2006:323 juga menyebutkan bahwa seorang pengukir bernama Partoho selalu memperbaharui karya-karyanya bahkan ia menciptakan karya baru sesuai dengan imajinasinya dan mendapatkan media massa sebagai rekomendasi pembaharuan tersebut. Dalam menciptakan benda baru, Partoho selalu menyisipkan unsur-unsur budaya Batak yang cukup rumit agar tidak ada seorangpun yang mampu meniru karyanya. Terbukti memang karyanya dengan ukiran yang secara esensial tradisional 8 Komodifikasi benda budaya Batak juga yang menjadi kajian dalam tulisan ini. Benda-benda budaya yang memiliki makna, nilai fungsi bagi pemeluk kebudayaan Batak. Contohnya yakni: Tunggal Panaluan, Naga Marsorang, Gorga, Pukkur Unte dan lain sebagainya. Bagi orang Batak sendiri benda-benda budaya tersebut dahulunya memiliki langsung laku terjual pada seorang wanita berkewarganegaraan Denmark. 8 Benda ciptaan partoho disebut sebagi benda yang tradisioanl berdasarkan pada piringan berkaki gaya lama serta bentuk wadah bertutup, ujung atasnya dihiasi dengan motif bentuk ganda yang kadang dijumpai pada gagang pisau dan secara keseluruhan didekorasi dengan variasi gorga. Universitas Sumatera Utara 23 makna dan nilai yang sakral dalam kehidupan mereka. Terlihat bagaimana Datu sebagai tokoh yang dihormati membawa Tunggal Panaluannya untuk mengatasi berbagai masalah yang ada diperkampungan orang Batak. Seorang Datu juga membawa berbagai obat didalam Naga Marsorang dan menumbuk atau meracik obat-obatan dengan Pukkur Unte. Namun saat ini, hal tersebut tidak dapat ditemukan lagi. Tradisi dan benda-benda budaya berubah mengikuti zaman dan diubah untuk kepentingan pelaku-pelaku kebudayaan. Hal ini bisa terjadi karena arus globalisasi yang semakin terbuka membuat seseorang dapat dengan mudah untuk mengakses berbagai informasi melalui teknologi. Mereka yang ingin mengetahui mengenai tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi dapat mengetahui informasinya melalui teknologi yang semakin canggih. Secara otomatis ini mengakibatkan mobilitas seseorang kesuatu tempat akan semakin tinggi. Hal ini dijadikan peluang bagi pelaku komodifikasi budaya untuk menjual produknya disektor industri pariwisata. Menurut Barker inilah yang disebut sebagai komodifikasi. Dimana komodifikasi merupakan proses yang diasosiasikan dengan kapitalisme sebagai objek, kualitas dan tanda-tanda simbol dijadikan sebagai komoditas yang tujuan utamanya dijual di pasar. Sedangkan Karl Marx dalam Encyclopedia of Marxism mengemukakan pengertian komodifikasi berarti transformasi hubungan. Sesuatu yang sebelumnya bersih dari perdagangan menjadi hubungan komersial, hubungan pertukaran, membeli dan menjual. Universitas Sumatera Utara 24 Dengan kata lain komodifikasi yakni merubah sesuatu menjadi sebuah komoditi yang lebih bernilai ekonomi. Karl Marx menyebutkan bahwa komersialisasi budaya merupakan bagian dari praktik- praktik budaya kapitalisme yang mana kebudayaan sebagai komoditas dipahami sebagai suatu hasil produksi yang dibuat untuk ditukar di pasar. Kapitalis berusaha membuat apa saja yang pada akhirnya laku dijual termasuk barang-barang konsumsi yang baru. Kebutuhan manusia pun pada gilirannya dibentuk agar dapat mengkonsumsi apa-apa yang diproduksi. Seperti halnya dalam penelitian ini, ukiran Batak dimodifikasi sedemikian mungkin dengan masih menggunakan unsur budaya Batak agar menarik wisatawan untuk datang. Meskipun ukiran pada dasarnya bukan sebuah kebutuhan pokok, tetapi tetap saja ukiran dianggap sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi yang menandakan seseorang pernah melakukan perjalanan ke suatu daerah. Apa yang sedang terjadi saat ini sudah menjadi gaya hidup bagi masyarakat di era ini. Padahal apabila ditinjau ulang munculnya suatu barang disebabkan oleh adanya kebutuhan terhadap barang tersebut. Tetapi, saat ini barang yang ada dipasaran bukan merupakan suatu kebutuhan melainkan sebuah gaya hidup. Sistem yang terjadi saat ini merupakan sistem yang sengaja dibuat oleh kapitalis. Komodifikasi budaya tersebut memiliki dampak positif dan negatif bagi pelaku kebudayaan itu sendiri. Pelaku kebudayaan dipaksa harus terus berinovasi mencari ide- ide baru sehingga dapat mengembangkan kebudayaan agar laku dijual di sektor pariwisata. Pengembangan ini kemudian diharapkan mampu menarik perhatian Universitas Sumatera Utara 25 wisatawan yang nantinya juga meningkatkan pendapatan para pelaku kebudayaan tersebut. Namun di sisi lainnya komodifikasi kebudayaan berdampak negatif dimana pelaku kebudayaan secara tidak sadar menghilangkan makna dan sakralitas suatu kebudayaan. Untuk itu diperlukan sebuah penelitian agar makna benda sakral bagi orang Batak dapat dituliskan sebagai inventaris budaya Batak itu sendiri. Maksud dari pembuatan inventarisasi ini adalah melestarikan budaya daerah Batak, untuk mendokumentasikan berbagai data tentang aspek tradisi dan kebudayaan dalam suatu kelompok masyarakat. Termasuk didalamnya proses pembuatan, motif, fungsi dan kegunaan dari benda-benda ukir Batak.

1.3 Rumusan Masalah