88
Dewasa ini benda-benda tersebut dibuat bebas oleh siapapun padahal sebelumnya seperti yang telah disebutkan yang membuatnya hanya seorang Datu dengan melakukan
ritual-ritual dalam proses pembuatannya. Sehingga memang ketika agama kristen semakin kuat dan dipegang teguh oleh orang Batak, tidak ada lagi ketakutan yang
dirasakan orang Batak dalam membuat ukiran. Kemudian benda–benda budaya Batak sekarang mulai dikomodifikasi sedemikian rupa demi kepentingan pelaku kebudayaan itu
sendiri. Namun di lokasi penelitian ini, penulis menemukan betapa para pengukir sangat menghargai nilai-nilai yang tertanam dalam sebuah benda ukir Batak tersebut.
“Saya memang membuat patung-patung ini, saya juga mengubahnya tapi saya tidak berani merubahnya begitu jauh dari bentuk semula. Saya hanya menambah
detailnya, agar lebih terlihat figur-figur yang dibuat sebelumnya” Eston Tamba 43 Tahun.
4.1.2 Arus Globalisasi dan Ekonomi
Samosir yang merupakan salah satu destinasi wisata dimanfaatkan betul oleh mereka yang memiliki banyak ide. Dengan memafaatkan kebudayaan lokal yang masih
kental dan disertai dengan kreativitas diri maka penduduk setempat mulai mendirikan usaha ekonomi kreatif. Misalnya kerajinan tangan berupa ukiran patung, tenun Ulos, dan
lainnya yang dikreasikan semenarik mungkin agar dapat meningkatkan pendapatan. Ekonomi kreatif memang sangat strategis sebagai unsur budaya yang dikembangkan
untuk membangun masyarakat lokal. Seperti yang disebutkan oleh Rytha Tambunan bila kerajinan tradisional berkembang pada masa mendatang pasti akan meningkatkan taraf
ekonomi. Karena, aspek-aspek tradisional yang asli dan khas suatu daerah dapat
Universitas Sumatera Utara
89
dijadikan sebagai alat promosi wisata yang ampuh untuk menarik minat para wisatawan untuk berkunjung ke daerah itu.
Globalisasi yang semakin terbuka mengakibatkan seseorang dapat dengan mudah untuk mengakses berbagai informasi melalui teknologi. Mereka yang ingin mengetahui
mengenai tempat-tempat menarik untuk dikunjungi, dapat mencari informasi melalui teknologi yang semakin canggih. Kemudahan dalam mengakses teknologi ini secara
otomatis mengakibatkan tingginya kunjungan wisatawan ke suatu daerah tertentu. Hal ini dijadikan peluang bagi pelaku kebudayaan untuk menjual produknya di sektor industri
pariwisata. Kebudayaan memang menjadi magnet kuat yang menarik wisatawan datang ke
suatu daerah. Bagi pelaku kebudayaan sendiri hal demikian menjadi peluang untuk memperoleh pendapatan tambahan. Kebudayaan yang ada diubah sedemikian rupa agar
lebih menarik wisatawan yang sedang berkunjung. Seperti halnya tarian tradisonal Batak yakni Tor-tor, tarian ini mulai banyak mendapat sentuhan. Seperti durasi pertunjukan
yang dipersingkat demi menyesuaikan dengan waktu yang dimiliki oleh wisatawan, penggunaan pakaian yang sudah kemasakinian, hingga iringan musiknya yang sudah
banyak menggunakan rekaman. Semua dilakukan hanya untuk membuat hanya untuk menarik wisatawan.
Hal-hal demikian mengubah kebudayaan dari yang sebelumya bersifat sakral menjadi lebih bernilai ekonomis disebut dengan komodifikasi. Kebudayaan yang ada
dimodifikasi sedemikian rupa hingga akhirnya menjadi komoditi yang lebih bernilai
Universitas Sumatera Utara
90
ekonomis. Dalam penelitian ini akan lebih memfokuskan mengenai komodifikasi budaya khususnya pada benda-benda budaya Batak, seperti: Tunggal Panaluan, Sahan, Tabu-
tabu, Dompet Raja, Sondi dan lain sebagainya. Benda-benda budaya Batak tersebut yang dahulunya banyak digunakan oleh orang Batak dianggap sebagai sesuatu yang sakral dan
memiliki simbol atau nilai tertentu bagi pemiliknya. Sebut saja salah satunya Tunggal Panaluan, yakni tongkat sakti orang Batak yang
memiliki kekuatan supranatural. Tongkat yang secara disain memiliki tinggi 1,5 meter hingga 2 meter dan diselimuti dengan kerumitan ukiran. Meskipun banyak cerita yang
berbeda mengenai tongkat Tunggal Panaluan, akan tetapi satu hal yang pasti adalah keterlibatan seorang aktor sentral dalam pemanfaatan tongkat tersebut. Aktor tersebut
adalah Datu, ia sebagai pemilik tongkat wajib memberi sesaji dalam setiap ritual yang dilakukan, setelah proses pemberian sesaji tongkat tersebut mengisyaratkan apa yang
harus dilakukan. Namun saat ini hal-hal seperti yang disebutkan di atas tidak dapat ditemukan lagi, ia berubah mengikuti zaman dan diubah untuk kepentingan pelaku-
pelaku kebudayaan. Sekarang yang ada hanyalah replika dari benda-benda tersebut, replika tersebut dijadikan sebagai souvenir yang banyak diperjualbelikan di kawasan
pariwisata Samosir. Arus globalisasi yang semakin tinggi yang membuat kunjungan wisatawan ke
Samosir semakin banyak. Hal ini dimanfaatkan betul oleh pelaku-pelaku pariwisata Samosir tidak kecuali pengukir Batak. Mereka membuat replika-replika benda budaya
Batak semenarik mungkin yang nantinya diharapkan akan menambah pendapatan
Universitas Sumatera Utara
91
mereka. Meskipun banyak fakta membuktikan wisatawan Barat lebih tertarik dengan benda-benda antik, tetapi tidak sedikit juga dari mereka menginginkan benda-benda
budaya yang lebih masa kini. Bentuk yang tidak lagi abstrak tetapi masih bernuansa etnik.
4.2 Komodifikasi Replika Benda Batak di Tuktuk Siadong