63
dijepitkan diselangkangan paha atau dijepit antara bagian paha dan betis atau bahkan
menjepitnya dengan kedua kaki.
Foto 12
Sumber: Foto Candra Sinabutar, 2014. Benny Silalahi menggunakan teknik manual, menjepit diantara kaki dan paha.
3.4 Lamanya Pekerjaan Dan Harga
Waktu yang diperlukan untuk membuat ukiran Batak tergantung dari besar kecil dan tingkat kerumitan benda tersebut. Menurut salah seorang pengukir yakni Eston
Tamba sebenarnya dalam membuat satu model ukiran Batak seperti Sahan hanya diperlukan waktu satu hari. Tetapi kebanyakan pengukir akan mengukir satu model
dengan jumlah banyak sehingga waktu yang diperlukan bisa sampai seminggu atau lebih.
Universitas Sumatera Utara
64
Foto 13
Sumber: Foto Candra Sinabutar, 2014. Pembuatan Gaja Doppak. Untuk harga juga tergantung dari besar kecil dan tingkat kerumitan, contohnya
dalam membuat suatu benda budaya seperti Gaja Doppak yang berukuran 40cmx20cm menghabiskan dana total sebesar Rp 50.000,- dengan harga jual Rp 500.000,-. Bisa
dibilang cukup mahal kalau melihat selisih antara modal awal dengan harga jual. Kata Benny Silalahi yang mahal itu ialah nilai budaya selain kreativitas dan handmade.
Universitas Sumatera Utara
65
TABEL 5 Harga Repika Benda Budaya Batak
NO Nama Barang
Ukuran Modal
Harga Jual 1
Tunggal Panaluan
Panjang 1,5 meter Rp 200.000,-
Rp 1,500.000,- 2
Hombung Tinggi 30cm, panjang
50cm dan lebar 30cm Rp 300.000,-
Rp 2.500.000,- sampai Rp
3.000.000,-
3 Dompet Raja
Tinggi 1 Meter Rp 600.000,-
Rp 8.000.000,- 4
Bata Idup Tinggi 30cm
Rp 100.000,- Rp 800.000,-
5 Sahan atau Naga
Marsorang Tinggi 40cm
Rp 200.000,- Rp 1.500.000,-
6 Singa singa
Tinggi 40cm Rp 200.000,-
Rp 800.000,- 7
Gaja Doppak Panjang 30cm dan
lebar 30cm Rp 100.000,-
Rp 500.000,- Sumber: Candra Sinabutar, 2014. Daftar Harga Replika benda budaya Batak di Tuktuk
Siadong. Harga sebuah ukiran Batak yang dijual pengukir tidak dapat dipatokkan dengan
pasti sebab dalam menentukan sebuah harga pengukir melihat berbagai aspek. Contohnya harga jual yang ditetapkan kepada wisatawan lokal dengan wisatawan asing berbeda,
musim libur atau dimana wisatawan asing yang banyak berkunjung, pendekatan yang dilakukan pembeli dan lain sebagainya. Begitu juga penghasilan yang pengukir dapatkan
tidak bisa dipastikan berapa jumlahnya. Jika pembaca mengacu pada modal dan harga jual memang terdapat kesenjangan yang sangat tinggi. Akan tetapi, itu terjadi disebabkan
lamanya proses pengerjaan, kerumitan, dan detail yang ada untuk sebuah benda. Kemudian beberapa pengukir berpendapat nilai benda yang dijual sesungguhnya adalah
proses dan ide serta makna benda tersebut dijamannya. Berbicara mengenai harga, sebenarnya pengukir yang ada di daerah Tuktuk
sangat menyayangkan apa yang dilakukan oleh pedagang ukiran yang ada di Tomok.
Universitas Sumatera Utara
66
Dimana apabila wisatawan berkunjung ke sana maka pedagang sering kali menawarkan dagangannya dengan cara langsung menarik-narik pengunjung. Bahkan para pedagang
memberikan penawaran harga dagangannya yang sangat mahal walaupun masih bisa di negoisasikan. Sementara pengukir yang ada di Kelurahan Tuktuk Siadong mempunyai
cara sendiri dalam menentukan harga ukirannya. Seperti kios Parpulo milik Kimson Sidabutar beserta istrinya Tiar Tindaon yang menetapkan harga mati untuk setiap
ukirannya. Menurut mereka apa bila harga pertama sebuah patung Rp 500.000,- yang akhirnya bisa ditawar hingga Rp 350.000,- berarti ada kebohongan besar disitu dan
mereka tidak suka berjualan seperti itu. Pernah ada dua orang turis asing yang datang ke tempat Kimson Sidabutar untuk
melihat ukirannya. Mereka tertarik pada satu ukiran patung dan menanyakan mengenai harganya, Kimson mengatakan harganya Rp 350.000,- lalu turis asing itu menawar
dengan harga Rp 200.000,-. Kimson yang saat itu membutuhkan uang untuk biaya perobatan istrinya yang baru saja mengalami kecelakaan dengan berat hati melepas harga
Rp 300.000,-. Lalu turis asing itu berkata mereka tidak punya uang segitu dan menawarkan lagi dengan harga Rp 290.000,- kemudian Kimson berkata kalau segitu
penawaranya mereka bisa datang lain kali ke sini. Kedua turis asing itu pergi untuk berkeliling dan Kimson menduga bahwa mereka akan membandingkan harga di tempat
yang berbeda. Besok harinya kedua turis asing itu datang untuk membeli patung yang semalam dengan harga Rp 300.000,- dan Kimson menolak harga tersebut dengan alasan
Rp 300.000,- adalah harga semalam dan harga hari ini adalah Rp 350.000,-. Pak Kimson
Universitas Sumatera Utara
67
dengan sedikit tertawa mengatakan barang ini tambah lama tambah antik. Pada akhirnya kedua turis asing tersebut membeli patung seharga Rp 350.000,-.
3.5 Benda Sakral