86
Misalnya dapat berupa kalung, gantungan kunci, atau seperti benda aslinya akan tetapi dengan ukuran yang lebih besar maupun lebih kecil dari aslinya. Pada bab ini penelitian
ini akan memaparkan lebih dalam proses perubahan benda-benda materil yang telah mengalami banyak sentuhan demi mengikuti perkembangan zaman.
4.1 Proses Perubahan Benda Budaya Batak di Tuktuk Siadong
Masyarakat di Pulau Samosir sudah lama dikenal dengan budaya mengukirnya. Kayu adalah bahan utama digunakan untuk mengukir dengan menggunakan pisau sebagai
alat untuk membentuk ukiran. Ukiran kayu biasanya diperlukan untuk keperluan adat istiadat atau dimanfaatkan untuk kegiatan ritual, pemanggil hujan dan beberapa benda
juga digunakan sebagi tempat penyimpanan harta benda. Namun pada saat ini, produk ukiran kayu tersebut sudah dikenal sebagai barang dagangan souvenir untuk para turis.
untuk mengangkat nilai-nilai budaya masyarakat setempat. Berikut ini penulis sajikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan benda budaya tersebut menjadi
lebih komersial.
4.1.1 Kedatangan Agama Kristen ke Tanah Batak
Faktor yang paling dasar yang mempengaruhi terjadinya komodifikasi ukir Batak di lokasi penelitian yakni masuknya agama kristen ke Tanah Batak. Pada abad ke 19
yakni tepatnya pada tahun 1820 tiga utusan pengkabaran Injil Babtis Inggris yaitu Nathan Ward, Evan, dan Richard Burton dikirim ke Bengkulu untuk menemui Raffles. Kemudian
mereka pergi ke daerah utara tempat tinggal suku Batak.
Universitas Sumatera Utara
87
Awalnya mereka melakukan penginjilan di daerah pesisir. Kemudian pada tahun 1824 mereka memasuki daerah Silindung. Mereka diterima dengan baik oleh raja
setempat, namun lama kelamaan terjadi kesalapahaman yang berujung pengusiran kepada penginjil. Beberapa penginjil yang lain seperti dari Amerika juga mencoba melakukan
penginjilan ke Tanah Batak mengalami nasib yang sama bahkan ada beberapa dari mereka dibunuh. Hingga suatu hari utusan dari Lembaga Alkitab Nederlandsche
Bijbelgenootschap di Belanda mengirim ahli bahasa untuk mempelajari bahasa Batak. Usaha ini menghasilkan buah yang cukup manis hingga akhirnya mereka mulai diterima.
Dan ujungnya Nommensen datang pada tahun 1862 dan melakukan penginjilan, hasilnya sedikit demi sedikit penganut agama Kristen mulai banyak.
Orang Batak sendiri sebelumnya suku yang sangat memegang erat adat dan tradisi dalam kebudayaanya sehari-hari. Sebelum injil masuk, suku Batak masih menganut
kepercayaan kepada roh-roh nenek moyang seperti animisme, dinamisme dan lain sebagainya. Hampir setiap roda kehidupan orang Batak dikuasai oleh aturan-aturan adat
yang kuat. Mulai lahirnya seorang anak, beranjak dewasa, menikah, memilikai anak hingga menginggal harus mengikuti aturan adat.
Tokoh sentral dalam setiap ritual adat orang Batak yakni Datu. Peran dan fungsi seorang Datu sangatlah vital bagi orang Batak, dan ketika Injil masuk ke Tanah Batak
eksistensi Datu pun mulai memudar. Begitu juga dengan atribuat-atribut yang biasa digunakanya seperti Tunggal Panaluan, Sahan, Guri-guri dan lainnya. Nilai-nilai dan
sakralitas yang sebelumnya tertanam juga mulai pudar.
Universitas Sumatera Utara
88
Dewasa ini benda-benda tersebut dibuat bebas oleh siapapun padahal sebelumnya seperti yang telah disebutkan yang membuatnya hanya seorang Datu dengan melakukan
ritual-ritual dalam proses pembuatannya. Sehingga memang ketika agama kristen semakin kuat dan dipegang teguh oleh orang Batak, tidak ada lagi ketakutan yang
dirasakan orang Batak dalam membuat ukiran. Kemudian benda–benda budaya Batak sekarang mulai dikomodifikasi sedemikian rupa demi kepentingan pelaku kebudayaan itu
sendiri. Namun di lokasi penelitian ini, penulis menemukan betapa para pengukir sangat menghargai nilai-nilai yang tertanam dalam sebuah benda ukir Batak tersebut.
“Saya memang membuat patung-patung ini, saya juga mengubahnya tapi saya tidak berani merubahnya begitu jauh dari bentuk semula. Saya hanya menambah
detailnya, agar lebih terlihat figur-figur yang dibuat sebelumnya” Eston Tamba 43 Tahun.
4.1.2 Arus Globalisasi dan Ekonomi