4. Persyaratan Peserta Didik Program Akselerasi
Program akselerasi merupakan program yang dibuat khusus untuk peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual dan bakat istimewa yang lebih
dibandingkan dengan teman-teman sebayanya. Tentu saja dalam pelaksanaannya tidaklah semua siswa dapat mengikuti program ini, karena jika diikuti oleh anak
yang tidak benar-benar memiliki kemampuan tersebut dikhawatirkan tujuan dari program ini hanya akan menjadi wacana saja. Sehingga perlu diadakan seleksi
calon peserta didik program akselerasi. Siswa yang diterima sebagai peserta didik program akselerasi adalah siswa
yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a.
Persyaratan akademis, yang diperoleh dari skor rata-rata nilai rapor, nilai Ujian Nasional UN, serta tes kemampuan akademis dengan nilai
sekurang-kurangnya 8,00. b.
Persyaratan psikologis, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan psikologis meliputi tes kemampuan intelektual umum, tes kreativitas, dan
keterikatan pada tugas. Peserta yang lulus tes psikologi adalah mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori jenius IQ
≥140 atau mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori cerdas IQ ≥ 125 yang ditunjang oleh kreativitas dan keterikatan
terhadap tugas dalam kategori di atas rata-rata. c.
Informasi data subyektif, yaitu nominasi yang diperoleh dari diri sendiri self nomination, teman sebaya peer nomination, orang tua parent
nomination, dan guru teacher nomination sebagai hasil dari pengamatan dari sejumlah ciri-ciri keberbakatan.
d. Kesehatan fisik yang ditunjukkan dengan surat keterangan sehat dari
dokter. e.
Kesediaan calon siswa dan persetujuan orang tua.
20
Dapat disimpulkan bahwa nilai akademis yang tinggi tidak mutlak membuat calon peserta didik diterima di program akselerasi. Terdapat aspek psikologis,
penilaian orang-orang terdekat mengenai calon siswa tersebut, dan kesehatan fisik dari calon peserta didik program akselerasi. Hingga pada akhirnya sampai
20
Iif Khoiru Ahmadi, Hendro Ari Setyono, dan Sofan Amri, Pembelajaran Akselerasi, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011, h. 222-223.
pada tahap yang paling menentukan yakni kesediaan dari calon peserta didik dan orang tua. Jika calon peserta didik tidak bersedia mengikuti program akselerasi,
maka pihak sekolah ataupun orang tua tidak dapat memaksakan untuk tetap memasuki program akselerasi karena akan sulit dalam pengarahan dan proses
belajar mengajarnya. Begitu pula jika orang tua tidak mengizinkan anaknya untuk bergabung dalam program akselerasi, maka siswa tersebut juga tidak bisa
mengikuti program akselerasi. Karena akan sulit dalam upaya koordinasi dan kerjasama untuk menunjang proses belajar siswa ketika mereka berada di rumah.
Adanya persyaratan peserta didik untuk program akselerasi yakitu untuk benar-benar memperoleh peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual
tinggi dan juga memiliki bakat yang istimewa. Sudah sejak dulu para ahli membahas dan meneliti ciri-ciri anak berbakat. Namun terkadang keistimewaan
yang dimiliki oleh peserta didik berintelektual dan berbakat istimewa itu juga memiliki nilai negatif dan tidak jarang menimbulkan masalah. Berikut adalah
beberapa ciri-ciri anak berbakat menurut Seagoe dalam Utami Munandar yang dapat menimbulkan masalah tertentu:
a. Kemampuan berpikir kritis dapat mengarah ke sikap meragukan skeptis
dan sikap kritis baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. b.
Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal baru bisa menyebabkan anak berbakat tidak menyukai atau cepat bosan terhadap
tugas-tugas rutin. c.
Perilaku ulet dan terarah pada tujuan dapat menjurus kepada keinginan memaksakan atau mempertahankan pendapatnya.
d. Kepekaan yang tinggi dari anak berbakat bisa membuatnya mudah
tersinggung atau peka terhadap kritik dari orang lain. e.
Semangat yang tinggi, kesiagaan mental, dan inisiatifnya dapat membuatnya kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada
kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung.
f. Dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, anak berbakat
membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajagi dan mengembangkan minat-minatnya.
g. Keinginan anak berbakat untuk mandiri dalam belajar dan bekerja,
kebutuhannya akan kebebasan dapat menimbulkan konflik karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan dari orang tua,
sekolah atau teman sebaya. Ia juga bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya.
h. Sikap acuh tak acuh dan malas dapat timbul karena pengajaran yang
diberikan kurang mengandung tantangan baginya.
21
Tidak semua anak berbakat harus memiliki ciri tersebut dan tidak semua anak berbakat mutlak hanya memiliki ciri-ciri positif saja, karena setiap manusia,
termasuk anak berbakat tentunya memiliki ciri positif dan juga ciri negatif. Beberapa hal tersebutlah yang patut diwaspadai dari anak berbakat, dalam hal
ini dibutuhkan sikap penuh pengertian dari pihak pendidik. Selain itu kondisi lingkungan anak berbakat yang tidak kondusif juga dapat memicu timbulnya
sikap negatif pada anak berbakat, oleh karena itulah anak berbakat perlu ditempatkan pada lingkungan yang benar-benar dapat mengasah dan
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
5. Proses Identifikasi Peserta Didik Program Akselerasi
Program akselerasi merupakan program yang dibuat khusus untuk peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual dan bakat istimewa yang lebih
dibandingkan dengan teman-teman sebayanya. Tentu saja dalam pelaksanaannya tidaklah semua siswa dapat mengikuti program ini, karena jika diikuti oleh anak
yang tidak benar-benar memiliki kemampuan tersebut dikhawatirkan tujuan dari program ini hanya akan menjadi wacana saja.
Berdasarkan hal tersebut, maka pihak sekolah yang menyelenggarakan program akselerasi harus mampu mengidentifikasi dengan tepat potensi, bakat
serta kemampuan intelektual yang mereka miliki. Brandwein menyebutkan: “identifikasi merupakan suatu proses ketika kita berupaya untuk menyadari
bahwa siswa dengan kemampuan, motivasi, dan kapabilitas kreatif yang melampaui rata-rata anak sebayanya membutuhkan pelayanan pendidikan
21
S. C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta: Gramedia, 1985, h. 32-33.