6. Metode identifikasi Peserta Didik Program Akselerasi
Setelah diketahui bahwa proses identifikasi untuk calon peserta didik program akselerasi harus dilakukan dengan teliti, Sutratinah Tirtonegoro
menggunakan tiga jenis metode yang digunakan dalam proses penelusuran dan identifikasi calon peserta didik program akselerasi, yaitu:
“1 metode penentuan subyek, 2 metode pengumpulan data, 3 metode analisa data
”.
24
Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan subyekpeserta didik yang berhak bergabung di program akselerasi. Dalam mencari dan
mengidentifikasi pihak sekolah bisa menggunakan angket dan tes untuk mengetahui kemampuan akademik, komitmen dalam menyelesaikan tugas,
tingkat kreativitas, daya berpikir, dan sikap calon peserta didik. Kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data. Hasil tes dan angket dikumpulkan, dan
berlanjut ke dokumentasi dengan menyediakan legger daftar nilai untuk mengetahui korelasi antara tingkat kecerdasan peserta didik dengan nilai-nilai
mata pelajaran. selanjutnya observasi yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung untuk mengetahui tingkah laku siswa selama di sekolah, baik di dalam
maupun di luar kelas. Setelah hasil angket, tes, dokumentasi, dan observasi didapatkan maka keempat data tersebut dipadukan dan dianalisa. Sesuai atau
tidak antara satu data dengan data yang lainnya. Dengan penerapan metode-metode tersebut merupakan upaya pihak sekolah
agar tidak ada siswa yang sebenarnya memiliki kemampuan intelektual dan bakat yang istimewa terlewat begitu saja. Sehingga kemampuan yang mereka miliki
dapat dikembangkan dengan baik dan pada tempat yang tepat. Dapat penulis simpulkan bahwa dalam proses pelaksanaan penerimaan siswa-
siswi program akselerasi benar-benar harus mereka yang memiliki tingkat kecerdasan dan bakat istimewa, yang semua itu dapat dilihat dari serangkaian
persyaratan yang harus dilewati oleh calon peserta didik. Mulai dari seleksi
24
Sutratinah Tirtonegoro. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Yogyakarta: Bumi Aksara, 2001, h. 55-59.
administrasi, tes psikologi, kesehatan fisik, hingga pernyataan kesediaan siswa dan orang tua wali. Semua proses panjang tersebut dimaksudkan untuk
mengantisipasi terjadinya kekeliruan dalam input program akselerasi. Bahkan ketika seorang siswa telah memenuhi semua prosedur yang telah ditetapkan
namun dari pihak siswa tidak menginginkan mengikuti program akselerasi, maka siswa tersebut tidak dianjurkan untuk tidak memaksakan diri masuk program
akselerasi karena dihawatirkan keterpaksaan dalam mengikuti program ini akan menjadi hambatan dalam proses pembelajarannya nantinya.
Proses-proses perekrutan peserta didik program akselerasi yang harus dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel maka dalam pelaksanaannya
ada beberapa tokoh yang dapat melakukan proses identifikasi meliputi: 1
Para ahli pendidikan, psikologi dan lainnya menurut kebutuhan. 2
Tenaga kependidikan: guru kelas, kepala sekolah, orang tua murid, murid itu sendiri, dan anggota keluarga lainnya.
3 Teman sekelas dan sebaya dari lingkungannya.
4 Kelompok-kelompok atau tokoh-tokoh masyarakat.
25
Dengan kerjasama empat komponen tersebut dapat menunjang upaya perekerutan dan seleksi calon peserta didik program akselerasi secara objektif,
transparan, dan akuntabel.
25
Laporan Hasil Seminar Nasional, “Alternatif Program Pendidikan Anak Berbakat”, dalam Utami Munandar, Anak-Anak Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya, Jakarta: Rajawali, 1985, h. 115.
7. Persyaratan dan Penyiapan Guru Program Akselerasi
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, program akselerasi membutuhkan tenaga pendidik guru yang sudah tidak diragukan lagi keahlian dan
kompetennya dalam dunia pendidikan. Baik dari segi akademik, kreativitas, ataupun jenjang pendidikannya. Karena setiap anak-anak program akselerasi
merupakan anak-anak yang memiliki ciri-ciri khusus sehingga muncullah program layanan khusus untuk mereka, maka sudah sewajarnya jika guru yang
berada di dalam program tersebut juga harus memiliki kualitas yang lebih dan khusus.
Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat
Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa menetapkan kriteria pemilihan dan penyeleksian guru yang mengajar di program
akselerasi, yaitu sebagai berikut: a.
Lulusan S-1 yang sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkan serta berasal dari LPTK atau perguruan tinggi umum negeri swasta yang terakreditasi A
b. Memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
c. Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang karakteristik peserta didik.
d. Menguasai substansi mata pelajaran yang diampu.
e. Mampu mengelola proses pembelajaran peserta didik.
f. Mampu mengembangkan materi, metode, produk dan lingkungan belajar
untuk peserta didik cerdas istimewa. g.
Memahami psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan. h.
Mampu mengembangkan kreativitas peserta didik i.
Mampu berbahasa Inggris aktif dan menggunakan dalam kegiatan pembelajaran.
j. Dapat menggunakan perangkat komputer dan teknologi informasi lainnya
dalam proses pembelajaran. k.
Memiliki pengalaman mengajar di kelas regular sekurang-kurangnya 3 tahun dengan prestasi yang baik.
l. Mampu berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan stake holder
terkait penyelenggaraan pendidikan.
26
26
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, , Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk
Peserta Didik Cerdas Istimewa, h. 81-82.