Prosedur Membuka Program Akselerasi

sekolah atau teman sebaya. Ia juga bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya. h. Sikap acuh tak acuh dan malas dapat timbul karena pengajaran yang diberikan kurang mengandung tantangan baginya. 21 Tidak semua anak berbakat harus memiliki ciri tersebut dan tidak semua anak berbakat mutlak hanya memiliki ciri-ciri positif saja, karena setiap manusia, termasuk anak berbakat tentunya memiliki ciri positif dan juga ciri negatif. Beberapa hal tersebutlah yang patut diwaspadai dari anak berbakat, dalam hal ini dibutuhkan sikap penuh pengertian dari pihak pendidik. Selain itu kondisi lingkungan anak berbakat yang tidak kondusif juga dapat memicu timbulnya sikap negatif pada anak berbakat, oleh karena itulah anak berbakat perlu ditempatkan pada lingkungan yang benar-benar dapat mengasah dan mengembangkan potensi yang dimilikinya.

5. Proses Identifikasi Peserta Didik Program Akselerasi

Program akselerasi merupakan program yang dibuat khusus untuk peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual dan bakat istimewa yang lebih dibandingkan dengan teman-teman sebayanya. Tentu saja dalam pelaksanaannya tidaklah semua siswa dapat mengikuti program ini, karena jika diikuti oleh anak yang tidak benar-benar memiliki kemampuan tersebut dikhawatirkan tujuan dari program ini hanya akan menjadi wacana saja. Berdasarkan hal tersebut, maka pihak sekolah yang menyelenggarakan program akselerasi harus mampu mengidentifikasi dengan tepat potensi, bakat serta kemampuan intelektual yang mereka miliki. Brandwein menyebutkan: “identifikasi merupakan suatu proses ketika kita berupaya untuk menyadari bahwa siswa dengan kemampuan, motivasi, dan kapabilitas kreatif yang melampaui rata-rata anak sebayanya membutuhkan pelayanan pendidikan 21 S. C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta: Gramedia, 1985, h. 32-33. berdiferensiasi untuk memenuhi kemajuan pendidikannya secara optimal ”. 22 Sehingga dengan memberikan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kemampuannya tersebut berarti membantu mereka untuk mencapai tingkatan yang dapat mereka capai setinggi mungkin. Proses mengidentifikasi calon peserta didik akselerasi dilakukan dengan: a. Validitas dan kesesuaian, yaitu memperhatikan tujuan program dan pelayanan serta harus menyeleksi siswa dengan kebutuhan-kebutuhan, kemampuan, karakteristik dari pelayanan program yang ditawarkan. b. Input dari orang tua, yaitu mengidentifikasi calon peserta didik melalui informasi dari orang tuanya. c. Kombinasi data asesmen,menggabungkan seluruh data mengenai calon peserta didik dari daftar check list dan data informal lainnya dari orang tua parent nomination, guru teacher nomination, dan teman sebaya peer nomination, serta diri sendiri self nomination. d. Asesmen berkesinambungan, dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. e. Reliabilitas, menggunakan rangkaian tes yang memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi seperti penggunaan tes intelegensi dan tes prestasi dibandingkan dengan tes prosedur nominasi, skala rating, tes kreativitas dan inventori konsep diri. f. Ceiling effect dan off-grade level testing, anak diberi tes yang tingkat kesulitannya lebih tinggi dari usia anak. g. Kinerja, penilaian kinerja siswa dalam tugas-tugas yang relevan di dalam keberbakatan. h. Uji coba, memberikan waktu untuk masa uji coba agar mengetahui perkembangan anak dalam jangka waktu tertentu. 23 Menurut penulis, proses identifikasi ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya kekeliruan dalam input program akselerasi yakni peserta didik itu sendiri. Jika dari input sudah terdapat kesalahan, maka akan sulit pada tahapan proses pencapaian tujuan. Sehingga proses identifikasi siswa perlu dilakukan secara baik dan benar. 22 Reni Akbar-Hawadi, Akselerasi A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual, Jakarta: Grasindo, 2004, h. 43. 23 Reni Akbar-Hawadi, Akselerasi A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual, Jakarta: Grasindo, 2004, h. 44-49.

6. Metode identifikasi Peserta Didik Program Akselerasi

Setelah diketahui bahwa proses identifikasi untuk calon peserta didik program akselerasi harus dilakukan dengan teliti, Sutratinah Tirtonegoro menggunakan tiga jenis metode yang digunakan dalam proses penelusuran dan identifikasi calon peserta didik program akselerasi, yaitu: “1 metode penentuan subyek, 2 metode pengumpulan data, 3 metode analisa data ”. 24 Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan subyekpeserta didik yang berhak bergabung di program akselerasi. Dalam mencari dan mengidentifikasi pihak sekolah bisa menggunakan angket dan tes untuk mengetahui kemampuan akademik, komitmen dalam menyelesaikan tugas, tingkat kreativitas, daya berpikir, dan sikap calon peserta didik. Kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data. Hasil tes dan angket dikumpulkan, dan berlanjut ke dokumentasi dengan menyediakan legger daftar nilai untuk mengetahui korelasi antara tingkat kecerdasan peserta didik dengan nilai-nilai mata pelajaran. selanjutnya observasi yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung untuk mengetahui tingkah laku siswa selama di sekolah, baik di dalam maupun di luar kelas. Setelah hasil angket, tes, dokumentasi, dan observasi didapatkan maka keempat data tersebut dipadukan dan dianalisa. Sesuai atau tidak antara satu data dengan data yang lainnya. Dengan penerapan metode-metode tersebut merupakan upaya pihak sekolah agar tidak ada siswa yang sebenarnya memiliki kemampuan intelektual dan bakat yang istimewa terlewat begitu saja. Sehingga kemampuan yang mereka miliki dapat dikembangkan dengan baik dan pada tempat yang tepat. Dapat penulis simpulkan bahwa dalam proses pelaksanaan penerimaan siswa- siswi program akselerasi benar-benar harus mereka yang memiliki tingkat kecerdasan dan bakat istimewa, yang semua itu dapat dilihat dari serangkaian persyaratan yang harus dilewati oleh calon peserta didik. Mulai dari seleksi 24 Sutratinah Tirtonegoro. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Yogyakarta: Bumi Aksara, 2001, h. 55-59.