Strata Tanaman Pekarangan Kota

Berdasarkan pemanfaatan yang dilakukan oleh pemilik rumah, satu spesies tanaman dapat memiliki lebih dari satu fungsi. Contohnya adalah Kelapa Cocos nucifera L. dapat diambil santannya, airnya sebagai obat, daunnya sebagai atap rumah, batang sebagai bahan membuat perabotan dan janurnya sebagai perlengkapan pernikahan dan pembungkus makanan; Nangka Artocarpus heterophyllus Lamk. yang merupakan tanaman buah. Buah mudanya dapat diolah menjadi sayur dan kayunya dapat dijadikan bahan perabotan; dan Sereh Cymbopogon nardus Linn. Rendle yang merupakan bumbu, dapat dijadikan obat dan tanaman hias Gambar 21. Bila diasosiasikan, maka tanaman bumbu paling banyak memiliki fungsi sekunder sebagai tanaman obat 75 diikuti tanaman obat yang memiliki fungsi sekunder sebagai tanaman hias 50. Sedangkan tanaman hias hampir keseluruhannya tidak memiliki fungsi lain, kecuali cente yang dikatakan oleh satu narasumber bahwa beberapa kali diminta oleh tetangga untuk pakan ikan. Gambar 21. Tanaman pekarangan di hulu DAS Kalibekasi yang memiliki lebih dari satu fungsi, kelapa kiri, nangka tengah dan sereh bawah Secara struktur vertikal, tanaman buah pada umumnya adalah pohon yang berada pada strata keempat 5 – 10 m dan kelima 10 m. Bumbu mendominasi strata pertama, karena pada umumnya adalah tanaman penutup tanah seperti lengkuas Alpinia galanga L. Willd. dan pandan Pandanus amaryllifolius Roxb.. Sementara itu, tanaman hias lebih dominan muncul di strata pertama, kedua dan ketiga karena tanaman hias yang berada di ketiga lokasi ini pada umumnya adalah semak dan beberapa berupa perdu, seperti puirng Codiaeum varigatum dan difenbachia Dieffenbachia sp. Adinugroho, 2011 Adinugroho, 2011 Arafat, 2010

4.3.3. Fungsi Jasa Lingkungan Pekarangan

Pekarangan juga memberikan manfaat sebagai penyedia jasa lingkungan seperti sebagai ruang terbuka hijau, produser oksigen, penahan air tanah, pemecah angin, salah satu elemen dalam jejaring hijau dan penyedia nutrisi tanah. Sebagai contoh, pekarangan berperan dalam dalam jejaring hijau green network karena beberapa jenis tanaman di pekarangan memiliki buah, bunga, pucuk atau bagian tanaman lain yang disukai satwa liar. Apalagi Gunung Pancar di lokasi penelitian merupakan salah satu inti jejaring hijau di Bogor Arifin and Nakagoshi, 2011. Saat observasi, peneliti melihat beberapa burung liar seperti ciblek Prinia familiaris, burung gereja Passer montanus , dan manyar Ploceus manyar. Narasumber di daerah atas juga menyebutkan bahwa pernah mendengar suara dan atau melihat elang jawa Nisaetus bartelsi. Selain burung, di pekarangan perdesaan juga dijumpai serangga polinator, kupu-kupu, capung, tupai, kelelawar, kadal, bunglon, katak dan ular. Pekarangan di hulu DAS Kali Bekasi juga memilki fungsi jasa lingkungan sebagai penyimpan cadangan karbon. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Nugroho 2012, cadangan karbon pada pekarangan di Hulu DAS Kali Bekasi adalah 43,35 tonha. Daerah bawah mempunyai rata-rata cadangan karbon sebesar 56,49 tonha, pekarangan di daerah tengah mempunyai rata-rata cadangan karbon sebesar 49,27 tonha, pekarangan di daerah atas mempunyai rata-rata cadangan karbon sebesar 33,92 tonha sedangkan pekarangan di daerah perkotaan mempunyai cadangan karbon sebesar 34,20 tonha Gambar 22. Gambar 22. Rata-rata cadangan karbon di pekarangan pada berbagai lokasi pengamatan di Hulu DAS Kali Bekasi 10 20 30 40 50 60 70 80 Wilayah Kota Bawah Tengah Atas C-Stock tonha Sumber: Nugroho, 2012 4.4. Dinamika Pekarangan 4.4.1. Dinamika Pekarangan Daerah Atas, Tengah, dan Bawah Hulu DAS Kalibekasi Perbedaan ketinggian tempat ini dapat menyebabkan perbedaan agromikroklimat pada setiap tempat sehingga dapat mempengaruhi tanaman dan ternak yang cocok untuk dibudidayakan di daerah tersebut. Oleh karena itu, dinamika keanekaragaman hayati pertanian dapat ditemukan di daerah atas, tengah dan bawah hulu DAS Kalibekasi. Berdasarkan struktur tanaman di pekarangan. Jumlah terbanyak terdapat pada strata pertama 1 m dan strata kelima 10 m di daerah. Sedangkan di daerah tengah didominasi strata pertama 1 m dan strata keempat 5-10 m dan di daerah bawah didominasi strata pertama 1 m dan strata ketiga 2-5 m Gambar 18. Hal ini dikarenakan jumlah spesies tanaman industri, yang umumnya dalam bentuk pohon tinggi, lebih banyak ditemukan di daerah atas dibandingkan lokasi lainnya, contohnya adalah hampelas Ficus ampelas dan putat Planchonia valida Bl. Tabel 14. Daerah atas memiliki 51,92 tanaman eksotis, tengah 45,16 sedangkan bawah 49,33. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat tren penurunan koleksi tanaman asli Indonesia di pekarangan sejalan dengan kenaikan ketinggian tempat Tabel 17. Tabel 17. Tanaman lokal di daerah atas, tengah dan bawah hulu DAS Kalibekasi Lokasi Eksisting Asli Eksotis Atas 104 50 48,08 54 51,92 Tengah 93 51 54,84 42 45,16 Bawah 75 38 50,67 37 49,33 Pembanding Kota 153 75 49,02 78 50,98 Sementara itu, sebaran spesies tanaman berdasarkan pemanfaatannya berbeda di setiap lokasi. Dari kedelapan fungsi tanaman tersebut, perbedaan jumlah spesies yang paling terlihat adalah tanaman sayur dan industri yang lebih banyak ditemukan di daerah atas dibandingkan daerah tengah dan bawah sedangkan jumlah spesies tanaman buah lebih banyak ditemukan di pekarangan daerah bawah, diikuti oleh atas dan tengah. Hasil perhitungan indeks kekayaan spesies Margalef index menunjukkan bahwa nilai tertinggi dimiliki oleh daerah atas 15,64 dengan rentang nilai per pekarangan 3,10-8,36 diikuti oleh daerah tengah 14,02 dengan rentang nilai per pekarangan 1,08-6,31 dan daerah bawah 11,54 dengan rentang nilai perpekarangan 1,24-4,91, sementara nilai kekayaan spesies di perdesaan ini adalah 19,94 dengan rentang nilai per pekarangan 1,08-8,36 dengan hasil analisis statistik tidak berbeda nyata di semua lokasi. Hal ini menunjukkan bahwa kekayaan jenis di ketiga lokasi penelitian sangat tinggi Tabel 18. Tabel 18. Indeks kekayaan spesies Margalef index dan keragaman spesies Shanon-Wiener index tanaman di daerah atas, tengah dan bawah hulu DAS Kalibekasi Lokasi Margalef Shanon-Wiener Rata-rata per pekarangan Skala kampung Rata-rata per pekarangan Skala kampung Atas 4,98 3,10-8,36 15,6 2,55 1,96-3,42 3,78 Tengah 4,24 1,08-6,31 14 2,24 0,69-2,92 3,49 Bawah 3,39 1,24-4,91 11,5 2,1 1,05-2,77 3,41 Perhitungan indeks keragaman spesies Shanon-Wiener index menunjukkan bahwa nilai tertinggi dimiliki oleh daerah atas 3,78 dengan rentang nilai per pekarangan 1,96-3,42 diikuti oleh daerah tengah 3,49 dengan rentang nilai per pekarangan 0,69-2,92 dan daerah bawah 3,41 dengan rentang nilai per pekarangan 1,05-2,77. Sementara itu, nilai keragaman jenis di ketiga lokasi penelitian adalah 3,96 dengan rentang nilai per pekarangan 0,69-3,42 dengan analisis statistik tidak berbeda nyata di semua lokasi penelitian. Bila mengikuti standar indeks Shannon-Wiener pada agroforestri, maka keragaman jenis di semua lokasi termasuk tinggi H’3. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Karyono 1981 dan Arifin 1997 yang menunjukkan bahwa pekarangan di Jawa Barat memiliki keragaman jenis tanaman yang tinggi H’3. Nilai rentang indeks kekayaan dan keragaman jenis per pekarangan jauh di bawah nilai indeks kekayaan dan keragaman jenis di setiap lokasi penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa setiap pekarangan tidak selalu memiliki koleksi tanaman yang sama. Kondisi ini mendukung terjadinya pertukaran hasil tanaman antar pekarangan sehingga hubungan antar anggota komunitas semakin erat.