Sejarah dan Latar Belakang Budaya

biasanya berposisi di bagian pekarangan yang tidak tertutupi oleh pohon dan kadang memanfaatkan pohon sebagai tempat menyimpul tali atau menyangga bilah bambu. Bahan bangunan biasanya ditaruh di belakang atau samping dan rapat dengan bangunan rumah. Jika bahan tersebut cukup banyak, pemilik rumah biasanya mengelompokkannya di tengah pekarangan. Bahan bangunan digunakan untuk merenovasi rumah atau membangun bangunan baru di lahan yang sama. Sedangkan dan tempat pembakaran sampah berada berada di bagian pekarangan yang relatif luas dan terbuka tanpa kanopi Gambar 14. Gambar 14. Elemen yang dijumpai di pekarangan, jemuran kiri, bahan bangunan tengah dan pembakaran sampah kanan Kamar mandiwc luar biasanya terdapat di belakang atau pojok samping bagian belakang dan kadang dilengkapi oleh sumur. Hal berbeda terdapat pada sampel AC10 dan AC 11 di Cimandala yang memiliki kamar mandi luar di pekarangan bagian depan. Menurut pemilik rumah, kamar mandi di AC10 karena merupakan wc bersama yag digunakan oleh keluarga besar yang rumah-rumahnya saling berhadapan sedangkan kamar mandi di AC11 ditempatkan di depan karena lahan yang cukup untuk membangun kamar mandi tersebut hanya di depan.

b. Pekarangan Kota

Desain pekarangan di kota didesain sesuai dengan aturan standar yang diberikan oleh pengembang dan pengelola. Pada umumnya, pekarangan di kota memiliki sisi luas di bagian depan dan belakang sementara bagian samping lebih sempit. Tata ruang pekarangan di kota juga sangat memperhatikan nilai estetika daripada fungsi produksi. Oleh karena itu, elemen kamar mandi, sumur dan jemuran kain tidak pernah ditemukan di pekarangan kota. Posisi rumah dan ukuran pekarangan ditentukan oleh pengembang berdasarkan tipe dan ukurannya. Hal ini membuat pola pekarangan ukuran satu dengan ukuran lainnya berbeda. Mengikuti Arifin et al. 2009, pekarangan di Arafat, 2010 Arafat, 2010 Adinugroho, 2011 daerah kota dapat dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu pekarangan sempit 120 m 2 , pekarangan sedang 120-400 m 2 , pekarangan luas 400-1000 m 2 , dan pekarangan sangat luas 1000 m 2 . Dari pengamatan yang dilakukan pada keempat ukuran pekarangan di daerah urban tersebut, terdapat perbedaan pola plot pekarangan Gambar 15. Gambar 15. Empat pola plot pekarangan di daerah perkotaan di hulu DAS Kalibekasi Pola desain pekarangan pertama adalah pola pekarangan sempit yang biasanya dimiliki oleh cluster kecil. Pekarangan sempit hanya memiliki pekarangan depan dan belakang saja. Kondisi berbeda dapat ditemui pada rumah berada di hook pojok jalan yang memiliki kelebihan tanah. Kelebihan tanah di samping ini juga biasanya sangat sempit dengan lebar kurang dari 2 m. Seratus persen pemilik rumah berniat atau telah melakukan penambahan bangunan ke belakang dan disisakan pekarangan bagian depan saja. Pekarangan sempit ini memiliki koleksi tanaman rendah, seperti semak dan penutup tanah dengan beberapa perdu atau pohon yang dijadikan focal point atau berfungsi sebagai peneduh. Elemen yang sering dijumpai pada pekarangan sempit adalah pot tanaman. Pot tanaman sangat dibutuhkan apalagi setengah dari lahan pekarangan