Pekarangan Desa Structure, Function and Dynamic of Pekarangan Agrobiodiversity In the Upper Stream of Kalibekasi Watershed, Bogor District
Gambar 17. Spesies tanaman yang paling dominan di pekarangan dari kiri ke kanan: pisang, mangga, rambutan, jambu biji, dan jambu air
Jumlah spesies tanaman di pekarangan ini berkorelasi positif dengan luas pekarangan. Semakin luas pekarangan, jumlah spesies bertambah banyak baik di
perdesaan maupun di perkotaan Setiap lokasi penelitian memiliki nilai regresi yang berbeda. Nilai regresi daerah atas adalah
dengan nilai ; tengah
dengan ; dan bawah
dengan sedangkan daerah kota adalah
dengan Gambar 18.
Gambar 18. Hubungan luas pekarangan log m² dan jumlah spesies tanaman di hulu DAS Kalibekasi
Nilai regresi ini tidak signifikan karena R
2
0,75. Oleh karena itu, tidak dapat disimpulkan bahwa di hulu DAS Kalibekasi terdapat peningkatan jumlah
spesies siring dengan peningkatan ukuran luas pekarangan. Hal ini seiring dengan penelitian yang dilakukan oleh Kehlenbeck 2007 yang menyebutkan bahwa
tidak terdapat pengaruh nyata dari luas pekarangan terhadap jumlah spesies di pekarangan pada daerah yang dihuni penduduk migran di Sulawesi Tengah.
5 10
15 20
25 30
35 40
1 2
3 4
J um
la h
Sp esies
T a
na m
a n
Luas Pekarangan log.m
2
Atas Tengah
Bawah Pembanding kota
Linear Atas Linear Tengah
Linear Bawah Linear Pembanding
kota
Arafat, 2010 Arafat, 2010
Dok. pribadi, 2010 Adinugroho, 2011
Adinugroho, 2011
- Atas : y = 8,52x + 1,22 ; R
2
= 0,13 - Tengah : y = 5,32x + 5,89 ; R
2
= 0,04 - Bawah : y = 5,11x + 3,10 ; R
2
= 0,34 - Pembanding kota : y = 6,32x + 4,96 ;
R
2
= 0,21
Daerah migran pada penelitian ini dihuni 95 oleh penduduk dari luar Sulawesi dengan didominasi suku Jawa dan Bali dan dipekarangan membudidayakan
tanaman pertanian untuk produksi sehingga kekayaan spesies berkurang. Sementara pada penelitian ini, kekayaan spesies kurang lebih karena struktur
pekarangan yang memiliki daerah kosong atau keberadaan kolam dengan di tengah pekarangan dan penanaman tanaman hias yang sama secara berulang.
Idealnya, makin luas suatu ruang maka makin banyak elemen yang dapat ditampung di dalamnya, termasuk tanaman. Vlkove et al. 2010 yang
menemukan bahwa jumlah individu tanaman akan meningkat seiring dengan meningkatnya luas pekarangan tapi jumlah individu tidak terpengaruh. Hal ini
berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arifin 1997 yang menunjukkan bahwa kekayaan spesies di pekarangan dipengaruhi oleh luas
pekarangan. Ukuran lahan pekarangan di perdesaan cenderung semakin menyempit
dari waktu ke waktu karena berlakunya sistem pewarisan sehingga terjadi fragmentasi lahan atau penambahan bangunan. Di lain pihak, proses urbanisasi
memberi dampak perluasan wilayah kota dengan harga lahan yang tinggi dan mengakibatkan masyarakat perdesaan menjual sebagian lahannya. Keberadaan
kandang dan kolam juga dapat berpengaruh kepada luas pekarangan dan keragaman tanaman. Menurut Arifin 1997, rasio tanaman hias akan meningkat
pada pekarangan yang tidak memiliki kolam dan pada pekarangan sempit. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa dari 49,02 spesies tanaman di
daerah perdesaan adalah tanaman asli di Indonesia, sedangkan 50,98 lainnya adalah tanaman eksotis yang berasal dari luar Indonesia. Tanaman asli atau native
plant adalah tanaman yang tumbuh secara alami di daerah geologi atau ekosistem atau habitat tertentu tanpa campur tangan manusia secara langsung maupun tidak
langsung. Lawan dari tanaman asli adalah tanaman eksotis yang memiliki habitat asli di luar daerah tersebut.
Perbedaan persentase tanaman eksotis tersebut sulit untuk dijadikan patokan untuk membandingkan tanaman di pekarangan. Hal ini dikarenakan
banyak tanaman introduksi yang telah lama tumbuh di pekarangan dan dimanfaat oleh penduduk. Contoh tanaman introduksi tersebut adalah singkong Manihot
esculenta dan kopi Coffea robusta Lind. yang merupakan tanaman asli Brazil dan jambu biji Psidium guajava dari Amerika Tengah. Tanaman-tanaman
tersebut biasanya telah memiliki nama lokal, sudah lama dibudidayakan di pekarangan penduduk dan narasumber dapat langsung menyebutkan fungsi
utamanya di luar fungsi tanaman hias. Keberadaan tanaman eksotis sebetulnya tidak akan menjadi masalah
terhadap keragaman tanaman di pekarangan selama tanaman tersebut tidak menjadi invansif, menjadi gulma dan sulit dikendalikan. Di lokasi pengamatan,
terdapat dua spesies tanaman yang merupakan gulma, yaitu jukut pahit Paspalum conjugatum Berg. dan cariang Paspalum longifolium Roxb yang merupakan
spesies asli dari Amerika Tengah. Namun, masih dapat dikendalikan dengan penyiangan dan dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Pengelolaan tanaman di ketiga lokasi penelitian pada umumnya adalah membersihkan. Penyiraman dilakukan jika diperlukan saja karena di lokasi ini
memiliki curah hujan yang tinggi Tabel 3. Di daerah atas, sumber air yang digunakan berasal dari mata air sedangkan di tengah dan bawah dari air sumur.
Pemberian pupuk anorganik tidak dilakukan, namun pupuk kandang sesekali diberikan. Pengendalian hama penyakit dan gulma lebih menggunakan metode
mekanik tanpa bahan kimia, seperti mencabut gulma, membuang hama dan memangkas bagian tanaman yang terserang penyakit.
Penjualan hasil produksi tanaman seperti pisang dan singkong sering dilakukan lewat pengumpul. Sistem jual beli yang dipraktekkan adalah jual beli
langsung dan sistem ijon, yaitu membeli calon hasil panen pada tanaman yang ada di pekarangan. Sistem kedua ini sangat sering dilakukan oleh pemilik rumah saat
membutuhkan dana segar.