Latar Belakang Structure, Function and Dynamic of Pekarangan Agrobiodiversity In the Upper Stream of Kalibekasi Watershed, Bogor District

Pekarangan, sebagai habitat suatu keluarga dalam bentuk halaman rumah atau taman rumah memiliki fungsi multi guna antara lain sebagai tempat dipraktikkannya sistem agroforestri, konservasi sumber daya genetik, konservasi tanah dan air, produksi bahan pangan dari tumbuhan dan hewan, tempat diselenggarakannya aktivitas yang berhubungan dengan sosial budaya, terutama bagi pekarangan yang berada di pedesaan. Oleh karena itu, pekarangan merupakan suatu penggunaan lahan yang optimal dan dapat berkelanjutan dengan menghasilkan produktivitas yang relatif tinggi di daerah tropis Arifin, 2010. Dengan kata lain, pekarangan juga mudah diusahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga sehingga sering disebut sebagai lumbung hidup, warung hidup atau apotek hidup Deptan, 2002. Pekarangan dari sudut ekologi merupakan lahan dengan sistem yang terintegrasi dan mempunyai hubungan yang kuat antara manusia sebagai pemilik dan penghuninya dengan tanaman yang tumbuh dan ditumbuhkan serta dengan hewan-hewan yang diternaknya Arifin, 2010. Interaksi antara tanaman, hewan dan manusia dapat membuat suatu rantai makanan dan daur ekologis tersendiri di dalam pekarangan Abdoellah, 2003.

2.3. Dinamika dan Keanekaragaman Hayati Pekarangan

Struktur dan fungsi dapat berubah dari waktu ke waktu, tergantung faktor biofisik dan kebutuhan manusianya. Perkampungan dengan altitude dan iklim yang sama biasanya memiliki struktur yang sama. Pekarangan yang terdapat di dataran tinggi biasanya memiliki keragaman tanaman yang lebih rendah dan pola hubungan yang lebih sederhana daripada dataran rendah Karyono, 1990. Struktur dan fungsi pekarangan juga dapat berubah sejalan dengan adanya proses urbanisasi Arifin et al., 1997. Pekarangan di pedesaan biasanya memiliki lapisan yang lebih beragam disbanding dengan pekarangan di kawasan urban yang keragaman tanaman secara vertikal lebih sedikit Christanty, 1990. Wati 2009, dalam penelitiannya di pemukiman yang berbeda tingkat kepadatannya, menyebutkan bahwa hal yang mempengaruhi preferensi pada masyarakat pemukiman padat adalah faktor estetika 100, faktor ekonomi 47,6 dan ekologi 23,8; pada pemukiman sedang adalah faktor estetika 83, faktor ekonomi 83 dan ekologi 41,7; sedangkan pada pemukiman jarang adalah faktor ekonomi 100, faktor ekologi 77,8 dan faktor estetika 55,6. Keragaman tanaman di pekarangan dapat dibedakan menjadi keragaman vertikal dan horizontal. Keragaman vertikal diklasifikasikan berdasarkan tinggi tanaman sedangkan keragaman horizontal diklasifikasikan berdasarkan jenis dan pemanfaatan tanaman, yaitu 1 tanaman hias, 2 tanaman buah, 3 tanaman sayuran, 4 tanaman obat, 5 tanaman bumbu, 6 tanaman penghasil pati, 7 tanaman industri dan 8 tanaman-tanaman lain penghasil pakan, kayu bakar, bahan kerajianan tangan dan peneduh Arifin et al., 2009. Keanekaragaman hayati di pekarangan Indonesia tercermin pada struktur pekarangan yang merupakan mimikri dari hutan alami Soemarwoto and Conway, 1992. Keanekaragaman hayati di pekarangan akan berhubungan dengan budaya masyarakat, salah satunya adalah budaya pertanian. Galluzi et al. 2010 mencatat bahwa kultivar tanaman yang terdapat di pekarangan merupakan kombinasi dari kultivar-kultivar produk yang dibutuhkan pasar. Selain itu, keanekaragaman hayati pekarangan juga berkaitan dengan habitat satwa liar Yliskylä-Peuralahti, 2003 seperti keragaman jenis burung yang dapat mampir di pekarangan jika keragaman tanaman sebagai makanan tetap dijaga. Michon and Mary 1994 menyebutkan bahwa pekarangan di Bogor merupakan tempat hinggap bagi berbagai hewan liar seperti burung McWilliam, and Brown, 2001, kelelawar, serangga, tupai dan musang. Walau areanya kecil namun memiliki peran penting dalam proses biologi, seperti penyerbukan, hibridasi alami dan penyebaran benih.

2.4. Sosial Budaya dan Kearifan Lokal di Pekarangan

Galluzi et al. 2010 mencatat bahwa penelitian mengenai faktor sosial dan ekonomi dalam meningkatkan dan menjaga keragaman tanaman di pekarangan mendapatkan perhatian yang kurang. Padahal, budaya manusia mempengaruhi keragaman dan ekosistem tersebut. Sering juga, nilai budaya dan ekonomi adalah pendekatan yang dapat menjelaskan tentang perbedaan antar pekarangan serta lingkungannya.