Luas Garapan dan Produksi Usahatani Padi Alokasi Tenaga Kerja

Tabel 5. Luas Garapan dan Produksi Padi No. Uraian 1. Luas Garapan ha 0.210 2. Produksi Padi KgTh 488.5 Tabel 5 menyajikan luas garapan dan produksi rata-rata yang menjelaskan petani sampel adalah petani gurem yang mempunyai luas lahan kurang dari 0,25 ha sehingga hasil produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. 92,5 atau 37 petani adalah petani subsisten yang mengkonsumsi seluruh produksi padinya guna memenuhi kebutuhan pangan anggota keluarga. Terdapat tiga rumahtangga yang menjual gabahnya di pasar sebagai sumber pendapatan rumahtangga dari usahatani padi. Tabel 6. Luas Garapan Petani yang Melakukan Penjualan Gabah Uraian Luas Garapan ha Produksi Padi kgth Produksi Padi Tidak Dijual kgth Produksi Padi Dijual kgth Penerimaan dari padi yang dijual RpTh 0.25 640 583 56.67 226 667 Berdasarkan Tabel 8 dinyatakan bahwa rata-rata produksi padi yang dijual dalam bentuk gabah oleh petani hanya 8 dari total produksi. Petani menjual dalam bentuk gabah setelah kebutuhan pangan anggota keluarga terpenuhi dan penjualan tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan mendesak seperti biaya pendidikan.

5.2.2. Alokasi Tenaga Kerja

Alokasi tenaga kerja atau dalam hal ini menunjukan curahan jam kerja merupakan keputusan ekonomi yang penting dalam rumahtangga pertanian karena hal ini menandakan upaya rumahtangga mengelola angkatan kerja yang dimiliki dalam menjalankan aktifitas produktif guna meningkatkan pendapatan rumahtangga. Tenaga kerja keluarga akan menjadi supply pada pasar tenaga kerja non pertanian dan demand pada usahatani padi. Tabel 7. Alokasi Tenaga Kerja Keluarga Pada Kegiatan Produktif dalam 1 Tahun No Alokasi Waktu Tenaga Kerja JamTahun 1. 2. 3. 4. Usahatani Padi Usahatani Non Padi Berburuh Pertanian Berburuh Non Pertanian 21.80 150.75 98.70 177.90 Dalam rumahtangga pertanian, alokasi sumberdaya tenaga kerja yang dimiliki diprioritaskan untuk usahatani yang dikelola.. Namun demikian, rumahtangga petani juga memiliki alokasi waktu bekerja di luar sektor pertanian untuk meningkatkan pendapatan. Bagi rumahtangga petani yang mempunyai alokasi waktu bekerja di luar sektor pertanian atau alokasi waktu sebagai buruh tani di lahan orang lain, mereka akan menyewa tenaga kerja luar keluarga untuk mengelola usahatani padinya sehingga berimplikasi pada peningkatan biaya usahatani padi. Pada rumahtangga sampel, 90 rumahtangga atau 36 rumahtangga menyewa tenaga kerja luar keluarga untuk mengelola usahatani padi khususnya untuk kegiatan mengolah lahan dan perawatan pasca panen. Selain untuk kegiatan pertanian, 22,5 rumahtangga petani sampel atau 9 rumahtangga menggunakan alokasi waktu tenaga kerja dalam keluarga untuk kegiatan berburuh non pertanian. Sedangkan untuk kegiatan berburuh pertanian 27,5 atau 11 rumahtangga sampel mengalokasikan waktu tenaga kerja keluarga untuk kegiatan berburuh di sektor kehutanan.

5.2.3. Sumber Pendapatan Rumahtangga

Pendapatan rumahtangga merupakan hasil dari kegiatan produktif angkatan kerja keluarga yang akan digunakan untuk kegiatan konsumsi rumahtangga, keperluan produksi selanjutnya dan tabungan. Jika dikaitkan dengan indikator ketahanan pangan, pendapatan rumahtangga merupakan faktor penentu, dimana pendapatan mencerminkan daya beli pangan rumahtangga. Tabel 8 menjelaskan diversifikasi usaha petani sampel. Petani sampel merupakan petani dengan usahatani utama tanaman padi, dimana 92,5 atau 37 rumahtangga petani mengkonsumsi seluruh produksi padi guna memenuhi kebutuhan pangan keluarga, hanya 7,5 atau 3 rumahtangga petani yang menjual gabah guna memenuhi kebutuhan keluarga yang mendesak seperti biaya pendidikan. Selain usahatani padi, 67,5 rumahtangga petani atau 27 rumahtangga memiliki usahatani non padi berupa tanaman tahunan seperti singkong, jahe, dan kencur. Menurut Siswati 2012, diversifikasi usahatani memungkinkan peningkatan pendapatan pertanian. Usahatani singkong pada daerah penelitian tidak memberi keuntungan bagi petani karena seluruh petani singkong menjual singkong dalam bentuk mentah sehingga mendapatkan harga rendah yang tidak mampu menutupi biaya usahatani. Pendapatan sektor pertanian lebih rendah dari pendapatan sektor non pertanian menunujukan penurunan peran relatif sektor pertanian dan meningkatnya peran sektor non pertanian yang disebabkan oleh 1 terbukanya akses perekonomian desa-kota sehingga kesempatan kerja semakin terbuka, 2 kecilnya investasi di sektor pertanian sehingga tidak memberikan nilai tambah, dan 3 perubahan kenaikan upah di sektor non pertanian lebih besar dari upah di sektor pertanian. Kegiatan produktif lain yang dilakukan oleh 22,5 rumahtangga sampel atau 9 rumahtangga petani sampel sebagai sumber pendapatan adalah berburuh non pertanian dengan nilai upah di atas upah berburuh pertanian upah berburuh pertania 15.000-30.000, sedangkan berburuh non pertanian di atas 35.000 sehingga berimplikasi pada peningkatan pendapatan rumahtangga. Tabel 8. Pendapatan Rumahtangga Rata-rata Per Tahun Menurut Sumber