Distribusi Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani

Rumahtangga tahan pangan mempunyai ketersediaan pangan lebih besar dari rumahtangga tidak tahan pangan. Hal ini dikarenakan rumahtangga tahan pangan memiliki jumlah produksi padi tidak dijual lebih besar dari rumahtangga tidak tahan pangan, dimana produksi padi tidak dijual adalah sumber pemenuhan utama kebutuhan beras rumahtangga sampel. Rata-rata produksi padi tidak dijual pada rumahtangga tahan pangan adalah 48,25 kgbulan atau 83,04 dari pangan yang tersedia , sementara rumahtangga tidak tahan pangan memiliki produksi padi tidak dijual sebesar 37,73 kgbulan atau 74,77 dari pangan yang tersedia. Di sisi lain, kebutuhan beras riil rumahtangga tidak tahan pangan lebih besar dari rumahtangga tahan pangan karena jumlah anggota keluarga rumahtangga tidak tahan pangan lebih besar dari rumahtangga tahan pangan. Rumahtangga tahan pangan memiliki rasio pengeluaran pangan dengan pendapatan rumahtangga yang lebih rendah dari rumahtangga tidak tahan pangan. Hal ini mengindikasikan rumahtangga tahan pangan memiliki daya beli yang baik terhadap pangan. Daya beli pangan yang rendah pada rumahtangga tidak tahan pangan dikarenakan rendahnya pendapatan rumahtangga sampel. Daya beli pangan yang rendah yang diperkuat dengan rendahnya kesadaran akan kebutuhan energi anggota rumahtangga berimplikasi pada rendahnya angka kecukupan energi pada rumahtangga tidak tahan pangan. Rendahnya angka kecukupan energi merupakan cerminan dari pola konsumsi rumahtangga tidak tahan pangan, baik konsumsi karbohidrat, protein maupun sayuran. Rumahtangga tidak tahan pangan memilih jenis makanan khususnya sumber protein yang memiliki harga murah tetapi belum memenuhi kebutuhan energi protein anggota keluarga dengan pertimbangan terbatasnya pendapatan rumahtangga.

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

6.1. Kinerja Umum Model

Hal yang perlu diperhatikan di dalam model adalah terpenuhinya kriteria ekonomi, kriteria statistik dan kriteria ekonometrika. Sedangkan kebaikan model ditentukan oleh koefisien determinasi. Nilai koefisien determinasi R 2 pada model mulai dari 0,06645-0,97797, artinya variabel eksogen di dalam model perilaku rumahtangga petani mampu menjelaskan variasi variabel endogen sebesar 6,6-97,797. Terdapat 2 persamaan dengan nilai koefisien determinasi 10 , yakni pesamaan TKDK dan PKS. Rendahnya nilai koefisien determinasi terjadi pada data cross section karena variasi dan ketersediaan data yang belum optimal. Besaran nilai peluang dari uji statistic F, 12 persamaan memiliki nilai F yang nyata pada taraf 5 yang berarti variasi variabel-variabel penjelas dalam setiap persamaan perilaku secara bersama-sama mampu menjelaskan dengan cukup baik variasi variabel endogennya, disamping itu setiap persamaan struktural mempunyai besaran parameter yang sesuai harapan dan kriteria ekonomi a priori economic. Sementara 2 persamaan memiliki nilai F yang nyata pada taraf 10 yakni persamaan TKDK dan PKS. Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana pengaruh masing-masing variabel eksogen terhadap variabel endogen dapat dilihat dari hasil uji t statistik. Batas penerimaan atau penolakan hipotesis dalam penelitian ini berdasarkan hasil uji satu arah. Sedangkan respon variabel endogen terhadap perubahan variabel eksogen dinyatakan dalam nilai elastisitas. Pendugaan parameter dilakukan pada 14 persamaan struktural sehingga dapat diestimasi perilaku masing-masing variabel eksogen di dalam model. Untuk memenuhi kriteria ekonometrika, dilakukan uji asumsi klasik berupa uji autokorelasi dan uji multikolinierity. Nilai DW pada persamaan di dalam model adalah 1,24-2,89 menunjukan bahwa variabel di dalam persamaan tidak mengalami autokorelasi. Sementara nilai VIF antara 1,00136 –1,7136 menunjukan bahwa variabel dalam persamaan tidak mengalami multikorelasi. Oleh karena model tidak mengalami masalah korelasi maka model dianggap representatif dalam menggambarkan model perilaku rumahtangga petani.

6.2 Blok Produksi dan Input Produksi Usahatani Padi

Luas lahan menjadi faktor yang sangat menetukan jumlah produksi padi. Peningkatan luas lahan diharapkan akan meningkatkan produksi padi sehingga mendukung ketersediaan pangan rumahtangga. Luas lahan yang diestimasi merupakan total penjumlahan luas usahatani padi selama satu tahun. Hasil pendugaan model persamaan luas garapan ditunjukan oleh Tabel 19. Tabel 19. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Luas Garapan GRPN Variabel Parameter Dugaan Standar Error t Value Pr |t| Elastisitas Intercept . . . HPDI 0.000046 8.31E-06 5.58 .0001 0.877863 PUAP 3.17E-08 1.41E-08 2.25 0.0307 1.94E-01 TAB 9.40E-10 2.16E-09 0.44 0.6654 NPPG -6.89E-09 8.41E-09 -0.82 0.4182 F hitung = 3,43 Pr F 0,0430, R 2 = 0,15642 Harga padi dan PUAP berpengaruh nyata dan positif terhadap peningkatan luas garapan, sementara jumlah tabungan tidak berpengaruh nyata, meskipun peningkatan tabungan direspon dengan peningkatan luas garapan. Berdasarkan nilai elastisitas, dinyatakan bahwa luas garapan sangat responsif terhadap perubahan pinjaman PUAP, namun luas garapan kurang responsif terhadap kenaikan harga padi. Setiap kenaikan harga padi 1 , akan meningkatkan luas garapan sebesar 0,87 . Sementara peningkatan pinjaman PUAP 1 akan meningkatkan luas garapan sebesar 1.94E-01 . Luas garapan selanjutnya akan menentukan jumlah produksi padi. Oleh karena beras merupakan kebutuhan pangan utama rumahtangga, maka peningkatan produksi padi akan mendukung ketahanan pangan rumahtangga baik dalam bentuk konsumsi hasil produksi subsisten atau menjual sebagian hasil produksi sehingga mengahasilkan pendapatan usahatani padi semi komersil. Persamaan produksi padi menunjukan bahwa keputusan produksi merupakan fungsi dari input-input produksi atau menunjukan bagaimana input produksi berpengaruh pada produksi padi dengan besaran yang berbeda-beda.