5.2.5 Kecukupan Energi dan Protein
Kecukupan konsumsi energi dan protein merupakan indikator hasil ketahanan pangan yang menunujukan pemanfaatan pangan yang dikonsumsi anggota
keluarga. Penghitungan konsumsi energi dan protein berdasarkan nilai fisik makanan yang dikonsumsi anggota keluarga yang dikonversi berdasarkan nilai
konversi bahan makanan yang ditetapkan Departemen Kesehatan. Standar ketahanan pangan berdasarkan Widyakarya Pangan Nasional 2008 adalah
terpenuhinya konsumsi energi atau protein dengan persentase 70 dari kebutuhan energi 2000 Kkalkapitahari atau kebutuhan protein 52
gramkapitahari. Konsumsi energi menunjukan kandungan gizi dari jenis makanan yang dikonsumsi anggota keluarga baik sumber karbohidrat, protein dan
sayuran yang merupakan hasil recall konsumsi rumahtangga selama seminggu yang dirata-ratakan, dimana setiap jenis makanan yang dikonsumsi diketahui nilai
fisiknya untuk dikonversi dalam bentuk kalori dengan nilai konversi yang ditetapkan pada daftar komposisi bahan makanan DKBM.
Tabel 10. Kecukupan Energi dan Protein
No. Uraian
Nilai
1. 2.
3. 4.
Konsumsi energi KkalAEUhr Angka Kecukupan Energi
Konsumsi Protein GramAEUhr Angka Kecukupan Protein
1 165.4740 58.2737
19.9985 38.4587
Rumahtangga petani sampel pada umumnya 90 mampu memenuhi kebutuhan beras anggota keluarga dari produksi padi yang tidak dijual, raskin dan
beras yang dibeli di pasar. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, 2 rumahtangga sampel mencampur oyek olahan singkong pada proses pembuatan
nasi. Namun untuk konsumsi protein, 80 rumahtangga atau 32 rumahtangga sampel mengkonsumsi sumber protein seragam yakni tempe dan ikan asin yang
memiliki angka kecukupan protein di bawah 70 atau di bawah standar ketahanan pangan. Rumahtangga petani memilih tempe, tahu dan ikan asin
sebagai menu rutin sebagai bentuk penyesuaian terhadap rendahnya pendapatan rumahtangga, sementara harga sumber protein hewani tergolong mahal untuk
tingkat pendapatan rumahtangga petani.
5.2.6. Tabungan Rumahtangga
Peran tabungan bagi rumahtangga adalah sebagai bentuk strategi bertahan hidup apabila kondisi ekonomi rumahtangga memburuk sementara rumahtangga
memiliki kebutuhan mendesak Faridi, 2005. Jumlah tabungan rumahtangga tidak hanya ditentukan oleh tingkat pendapatan rumahtangga melainkan juga
kepemilikan asset produktif. Rumahtangga petani sampel umumnya memiliki pendapatan terbatas sehingga hal ini menjadi kendala untuk menjadikan uang
tunai sebagai sumber utama tabungan rumahtangga yang disimpan di bank. Nilai rata-rata dari berbagai sumber tabungan rumahtangga sampel pertahun dijelaskan
di Tabel 11.
Tabel 11. Tabungan Rumahtangga
No. Sumber Tabungan
Nilai RpTh Persentase dari
total tabungan
1. 2.
3. Tabungan Tunai
Asset Produktif Inventaris Rumahtangga
1 398 125 2 029 625
481 875 35.76
51.91 12.33
Total Tabungan 3 909 625
100.00 Keberadaan tabungan berupa uang tunai bagi petani gurem memang jarang
ditemukan, namun rumahtangga petani memiliki asset produktif dan inventaris rumahtangga yang dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan anggota
keluarga, baik kebutuhan pangan, non pangan maupun investasi sumberdaya manusia. Asset produktif yang dimiliki petani yakni hewan ternak seperi sapi,
kambing, ayam dan itik yang dapat dijual sewaktu-waktu jika memiliki kebutuhan rumahtangga yang mendesak.
5.3. Perkembangan PUAP dan Raskin di Wilayah Penelitian 5.3.1. Perkembangan PUAP di Wilayah Penelitian
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan PUAP di lokasi penelitian telah berkembang dari Tahun 2009. Namun karena menemui kendala
dalam hal pengembalian pinjaman oleh petani dan dilaksanakannya program ekonomi kerakyatan di bidang peternakan, peminjam dana PUAP di Desa Sadang
Kulon mengalami penurunan.