Pengeluaran Non Pangan Blok Pengeluaran Rumahtangga

6.4.5. Angka Kecukupan Energi

Angka kecukupan energi merupakan indikator hasil ketahanan pangan dimana terpenuhinya angka kecukupan enrgi mengindikasikan kemampuan rumahtangga mengoptimalkan pemanfaatan pangan yang dikonsumsi. Indikator hasi ketahanan pangan ini dapat menjelaskan bagaimana pendapatan rumahtangga mampu digunakan untuk memilih konsumsi pangan yang memenuhi kebutuhan gizi anggota rumahtangga. Oleh karena pendekatan ekonomi rumahtangga yang digunakan dalam peneltiuan ini adalah konsep marginal utility maka nilai konsumsi energi setiap anggota rumahtangga diasumsikan sama atau tidak ada perbedaan konsumsi energi antar anggota rumahtangga. Angka kecukupan energi AKE merupakan persentase dari energi yang dikonsumsi anggota keluarga. Tabel 31. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Angka Kecukupan Energi AKE Variabel Parameter Dugaan Standar Error t Value Pr |t| Elastisitas Intercept 73.24976 6.567416 11.15 .0001 PTRT 6.39E-07 2.66E-07 2.41 0.0214 0.0932 NPPG 1.99E-06 1.36E-06 1.47 0.1503 JAK -6.61001 1.224703 -5.4 .0001 -0.45089 F hitung = 9,62, Pr F = .0001, R 2 =0,44487 Jumlah anggota keluarga akan berpengaruh nyata dan mengurangi angka kecukupan energi. Sedangkan peningkatan pendapatan yang mencerminkan peningkatan daya beli rumahtangga terhadap pangan juga berpengaruh nyata terhadap peningkatan angka kecukupan energi. Sejalan dengan temuan Handono 2002 yang menyatakan peningkatan pendapatan rumahtangga 7,39 akan diikuti dengan peningkatan angka kecukupan energi sebesar 0,56 . Peningkatan nilai pengeluaran pangan yang diharapkan digunakan untuk membeli bahan makanan yang mampu nemenuhi gizi seluruh anggota keluarga akan meningkatkan angka kecukupan energi. Pada taraf nyata 5 , angka kecukupan energi responsif dengan perubahan pendapatan rumahtangga , dimana kenaikan pendapatan rumahtangga 10 , akan meningkatkan angka kecukupan energi 0,932 , sementara angka kecukupan energi kurang responsif terhadap perubahan jumlah anggota keluarga, hal ini ditunjukan dengan nilai elastisitas dimana peningkatan jumlah anggota keluarga hanya akan menurunkan angka kecukupan energi 0,45 . Tingginya nilai elastisitas pendapatan rumahtangga dalam angka kecukupan energi AKE disbanding jumlah anggota keluarga mengindikasikan bahwa peningkatan pendapatan rumahtangga menjadi faktor yang menentukan rumahtangga memilih jenis pangan yang memenuhi kebutuhan gizi anggota keluarga sehingga angka kecukupan energi terpenuhi.

6.5 Blok Tabungan

Tabungan merupakan perilaku ekonomi rumahtangga yang penting, termasuk bagi rumahtangga petani gurem dengan pendapatan terbatas. Selain digunakan untuk kebutuhan konsumsi yang mendesak atau kebutuhan konsumsi di masa yang akan datang, keberadaan tabungan juga digunakan untuk modal usah produktif. Tabungan tidak hanya dinilai dalam bentuk tabungan tunai, melainkan juga asset produktif dan inventaris rumahtangga. Tabel 32. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Tabungan Rumahtangga TAB Variabel Parameter Dugaan Standar Error t Value Pr |t| Elastisitas Intercept -1377957 2127103 -0.65 0.5213 PTRT 0.202915 0.151012 1.34 0.1877 CST 0.988117 0.254218 3.89 0.0004 0.512967 PKS -4.33602 6.225737 -0.7 0.4907 PUAP 1.424225 1.219834 1.17 0.2509 F hitung = 5,22 , Pr F 0.0021 , R 2 = 0,37382 Peningkatan asset produktif berpengaruh nyata dan positif terhadap jumlah tabungan.Pendapatan rumahtangga dan pinjaman PUAP tidak berpengaruh nyata terhadap tabungan rumahtangga karena baik pendapatan rumahtangga maupun pinjaman PUAP lebih banyak digunakan untuk kegiatan konsumtif. Namun peningkatan pendapatan rumahtangga dan pinjaman PUAP akan diikuti dengan peningkatan tabungan. Sedangkan peningkatan biaya kesehatan akan menurunkan jumlah tabungan. Pada taraf nyata 5 , jumlah tabungan kurang responsif terhadap perubahan asset produktif, dimana peningkatan 1 jumlah asset produktif akan diikuti dengan peningkatan jumlah tabungan 0,51 . Nilai