non pertanian dan alokasi waktu untuk berburuh non pertanian akan meningkatkan pendapatan berburuh non pertanian masing-masing sebesar 0,75
dan 0,71 . Nilai elastisitas alokasi berburuh non pertanian dan upah berburuh yang in elastis kurang dari 1 disebabkan karena rendahnya upah berburuh non
pertanian dan alokasi waktu berburuh non pertanian yang tidak tetap sehingga peningkatan upah maupun alokasi waktu berburuh tidak menyebabkan
peningkatan pendapatan berburuh non pertanian dalam jumlah besar.
6.4. Blok Pengeluaran Rumahtangga
Pengeluaran rumahtangga terdiri dari konsumsi pangan, non pangan dan investasi sumberdaya manusia pengeluaran pendidikan dan pengeluaran
kesehatan. Angka kecukupan energi merupakan indikator hasil ketahanan pangan yang diproksi dari keputusan konsumsi pangan rumahtangga.
6.4.1. Nilai Pengeluaran Pangan
Nilai pengeluaran pangan merupakan fungsi dari komoditi pangan yang dikonsumsi anggota rumahtangga, yakni produksi padi, protein dan raskin.
Karakteristik keluarga juga akan mepengaruhi keputusan konsumsi pangan.
Tabel 27. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Pangan NPPG
Variabel Parameter
Dugaan Standar Error
t Value Pr |t|
Elastisitas Intercept
923868 474052.5
1.95 0.0594
PRDI -876.241
208.9698 -4.19
0.0002 -0.14521
JAS -11022.4
127512 -0.09
0.9316 NPPT
1.117334 0.078421
14.25 .0001
0.845764 PGR
-434.068 6069.96
-0.07 0.9434
F hitung = 52,23 , Pr F = .0001, R
2
= 0,85650
Produksi padi berpengaruh nyata dan negatif dalam nilai pengeluaran pangan, dimana petani sampel adalah petani subsisten sehingga peningkatan
produksi padi berarti mendukung terpenuhinya kebutuhan pangan utama anggota keluarga. Hal ini akan mengurangi nilai pengeluaran pangan karena jumlah beras
yang dibeli di pasar sedikit. Nilai pengeluaran protein yang semakin meningkat secara nyata akan meningkatkan nilai pengeluaran pangan.Sedangkan peningkatan
pagu raskin akan mengurangi pengeluaran pangan karena meningkatkan jumlah
beras yang dikonsumsi dengan harga yang lebih rendah dari harga beras di pasar. Peningkatan jumlah anak sekolah akan mempengaruhi keputusan rumahtangga
untuk mengurangi pengeluaran pangan guna memenuhi biaya sekolah anak. Pada taraf nyata 5 , nilai pengeluaran pangan kurang responsif terhadap perubahan
produksi padi dan nilai pengeluaran protein.Peningkatan produksi padi sebesar 1, akan diikuti dengan penurunan pengeluaran pangan sebesar 0,14 ,
sementara peningkatan nilai pengeluaran protein 1 akan meningkatkan nilai pengeluaran pangan sebesar 0,84 . Rendahnya nilai elastisitas produksi padi
terhadap pengeluaran pangan menunjukan peningkatan kebutuhan beras riil rumahtangga sampel cukup besar sehingga peningkatan produksi padi 1 yang
berarti meningkatkan ketersediaan beras rumahtangga hanya mengurangi pengeluaran pangan dalam jumlah kecil. Hal ini mungkin terjadi karena besarnya
jumlah anggota rumahtangga petani sampel.
6.4.2 Pengeluaran Pendidikan
Kemampuan rumahtangga untuk memberikan biaya pendidikan ditentukan tingkat pendapatan rumahtangga. Rendahnya pendapatan yang berimplikasi pada
kemiskinan menjadi alasan kepala keluarga tidak menyekolahkan anaknya sehingga tingkat pendidikan di daerah miskin masih rendah. Keputusan
rumahtangga pada pengeluaran pendidikan selain ditentukan oleh tingkat pendapatan juga ditentukan oleh pengeluaran utama rumahtangga yakni
pengeluaran pangan dan jumlah anak sekolah. Dengan pertimbangan agar anggota rumahtangga tetap terpenuhi kebutuhan pangannya dan dapat bertahan hidup,
tidak jarang pengeluaran pendidikan diminimalkan dengan tidak melanjutkan tingkat pendidikan anak setelah SMP atau SMA dan menjadikan anak tersebut
angkatan kerja keluarga. Tingkat kesadaran kepala keluarga pada pentingnya pendidikan di lokasin penelitian masih rendah karena tekanan kemiskinan
menuntut anggota keluarga mencari sumber produktif untuk memenuhi kebutuhan anggota rumahtangga. Hasil pendugaan parameter variable yang berpengaruh
pada persamaan pendidikan ditampilkan di Tabel.28.