Perilaku Ekonomi Rumahtangga Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Pertanian

Badan Pusat Statistik BPS mendefinisikan rumahtangga pertanian sebagai rumah tangga yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual, ditukar atau untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan atas risiko sendiri BPS, 1995. Dari batasan tersebut jelas bahwa produksi usahatani merupakan sumber pendapatan tunai cash income dan sekaligus menjadi sumber ketersediaan pangan natura rurnah tangga pertanian. Lebih lanjut dalam teori ekonomi, rumahtangga petani dianggap sebagai rumahtangga yang bertindak rasional sebagai satu unit keputusan ekonomi dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki pada kegiatan produksi maupun konsumsi dengan kendala anggaran untuk memaksimalkan kepuasan Ellis, 1988. Karakteristik rumahtangga pertanian menurut Ellis 1988 adalah 1 memiliki akses terhadap lahan baik menggarap lahan pertanian sendiri maupun menggarap lahan pertanian petani lain untuk mendapatkan penerimaan berupa penerimaan tunai maupun penerimaan fisik berupa hasil pertanian yang kemudian digunakan untuk konsumsi anggota rumahtangga, 2 menggunakan tenaga kerja keluarga sebagai faktor produksi usahatani sebagai bentuk manajemen terhadap sumberdaya yang dimiliki, 3 memiliki sejumlah modal yang tidak hanya digunakan untuk kegiatan produksi, melainkan juga untuk kegiatan konsumsi rumahtangga. Konsep rumahtangga pertanian awal yang berkembang adalah konsep neoklasik yang menempatkan rumahtangga petani hanya sebagi produsen produk pertanian, dimana konsep ini hanya menunjukan keterkaitan keputusan petani dalam mengelola sejumlah input produksi yang dimiliki untuk menghasilkan sejumlah output. Penggunaan input produksi yang optimal akan menghasilkan produksi yang maksimal, dimana penggunaan input dipengaruhi oleh harga input. Jika harga input meningkat maka penggunaan input akan dibatasi. Namun jika dikatkan dengan harga output, peningkatan harga output akan menjadi insentif bagi petani untuk meningkatkan produksinya sehingga membutuhkan tambahan input produksi. Kondisi yang memberi keuntungan bagi petani ditunjukan apabila tambahan produk yang dihasilkan akibat penambahan satu satuan input atau dikenal dengan marginal physical product MPP sama dengan rasio harga input dengan harga output. Konsep neoklasik ini hanya membahas tentang keputusan petani dalam mengelola kegiatan produksi dengan alokasi input untuk menghasilkan output, namun belum mempertimbangkan peran petani yang juga sebagai konsumen hasil usahataninya sekaligus konsumen barang-barang di pasar serta keputusan ekonomi rumahtangga petani lainnya. Teori model rumahtangga pertanian yang sudah mempertimbangkan rumahtangga petani sebagai produsen dan konsumen dikemukakan Chayanov 1966 dalam Ellis 1988 yang menyatakan bahwa rumah tangga memaksimumkan utilitas dengan mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja keluarga dalam kegiatan usaha tani guna memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri. Model ini belum mempertimbangkan keberadaan pasar tenaga kerja, namun telah menganggap rumahtangga pertanian menjual sekaligus mengkonsumsi hasil usahtaninya dengan asumsi petani mempunyai lahan untuk usahatani. Model ini berkembang setelah dikemukakan teori ekonomi neoklasik yang menganggap petani hanya sebagi produsen sehingga teori ini hanya mempertimbangkan bagaimana petani mengalokasikan sejumlah input untuk menghasilkan output Ellis, 1988. Penyempurnaan teori ekonomi rumahtangga neoklasik menjadi new home economics menganggap rumahtangga pertanian sebagai produsen hasil usahatani dan konsumen barang di pasar sekaligus konsumen dari hasil usahataninya sendiri. Diawali oleh teori alokasi waktu dari Becker 1965 yang menyatakan utilitas rumah tangga tidak diturunkan langsung dari konsumsi barang pasar tetapi dari alokasi waktu untuk menghasilkan produk akhir yang dikonsumsi rumah tangga. Artinya rumahtangga pertanian memaksimalkan kepuasan dengan mengatur pilihan terhadap konsumsi barang pasar, konsumsi hasil usahatani sendiri dan konsumsi waktu santai dengan kendala anggaran. Konsumsi waktu santai diperhitungkan karena diduga menyebabkan adanya earning forgone pendapatan yang hilang. Teori ini belum memperhitungkan tenaga kerja luar keluarga, perilaku rumahtangga yang memproduksi non market good serta rumahtangga yang menjual sebagian produk usahataninya ke pasar. Model ekonomi rumahangga secara simultan dikemukakan oleh Nakajima 1986 yang menyatakan perilaku rumah tangga pertanian sebagai produsen, penyedia dan pengguna tenaga kerja dan konsumen dapat terjadi bersamaan. Dalam hal ini, rumahtangga pertanian mengatur penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan mengkonsumsi hasil usahatani sendiri dengan tujuan mengatur pendapatan rumahtangga yang terbatas dalam kegiatan produksi dan konsumsi keputusan simultan. Nakajima mengidentifikasi perbedaan rumahtangga pertanian dengan usahatani komersil, dimana rumahtangga pertanian memanfaatkan tenaga kerja dalam keluarga, mengkonsumsi hasil usahatani sendiri serta melakukan kegiatan produksi sebagai satu kesatuan unit yang memaksimalkan kepuasaan dengan sumberdaya yang dimiliki, sedangkan usahtani komersil memaksimalkan penggunaan input produksi untuk memaksimalkan keuntungan. Teori ini mempertimbangkan kemungkinan rumah tangga menjual sebagian hasil usaha tani semi komersil dan eksistensi pasar tenaga kerja. Barnum dan Square 1979 dalam Ellis 1988 mengembangkan model ekonomi rumahtangga yang mempertimbangkan respon rumahtangga terhadap perubahan faktor internal rumahtangga dan pasar perubahan harga input dan output dengan asumsi : rumahtangga dapat menggunakan tenaga kerja dalam keluarga maupun luar keluarga, ketersediaan lahan sebagai faktor produksi adalah tetap, rumahtangga mengkonsumsi hasil produksinya sendiri dan waktu santai untuk memaksimalkan utilitas serta preferensi rumahtangga petani untuk mengkonsumsi hasil produksinya sendiriatau menjual hasil produksinya untuk kebutuhan konsumsi non usahatani. Pengembangan model new home economics juga dilakukan Ellis 1988 yang menyatakan adanya keputusan simultan antara produksi dan konsumsi dengan pasar tenaga kerja yang kompetitif. Model Rumah Tangga Pertanian Singh 1986 menyatakan dalam rumah tangga pertanian, skala produksi usahatani ditentukan oleh tingkat pemanfaatan sumberdaya seperti luas lahan garapan, tenaga kerja, maupun modal. disamping pengaruh faktor eksternal pasar input dan output. Keseimbangan pasar input- output terbuka terhadap pengaruh sumber-surnber perubahan seperti peraturan dan kebijakan pemerintah. Penerimaan usahatani dan usaha produktif lain secara bersama-sarna akan menentukan tingkat pendapatan rumah tangga. Penjualan langsung produksi usahatani menghasilkan pendapatan tunai bagi rumah tangga. Namun, produksi itu juga dapat disimpan walaupun hanya sementara sebagai cadangan konsumsi atau kemudian dijual seluruhnya untuk meningkatkan daya beli. Pendapatan rumah tangga dialokasikan pada berbagai pengeluaran. Adanya kendala anggaran mempengaruhi keputusan rumah tangga dalam mengurangi pengeluaran pangan dan preferensi untuk menabung. Penggunaan model perilaku ekonomi rumah tangga sebagai pendekatan analisis ketahanan pangan rumah tangga memungkinkan digunakannya indikator proses yang meliputi keputusan- keputusan produksi dan indikator hasil yang mencakup keputusan pemanfaatan output produksi dan pendapatan untuk berbagai tujuan pengeluaran rumah tangga secara bersamaan. Singh 1986 menyatakan rumah tangga diasumsikan hanya memperoleh pendapatan tunai dari surplus penawaran marketed surplus sehingga keputusan mengkonsumsi output usaha tani sendiri akan terkait dengan keputusan pengeluaran lain dalam rumah tangga. Definisi rumahtangga pertanian dalam penelitian Asmarantaka 2007 adalah satu unit kelembagaan keluarga, hidup bersama yang setiap saat memutuskan secara bersama produksi pertanian, konsumsi, reproduksi dan menyatukan anggaran. Sesuai dengan prinsip ekonomi, rumahtangga petani dalam mengalokasikan sumberdaya selalu bertindak rasional, mengkonsumsi barang dan jasa untuk memaksimalkan utilitas, sebagai produsen akan memaksimumkan keuntungan. Perubahan perilaku rumahtangga pertanian dipengaruhi kekuatan pasar supply dan demand dan juga pengaruh faktor eksternal sosial, lingkungan dan karakteristik keluarga. Pendapatan total rumahtangga berasal dari pendapatan dari pertanian maupun diluar pertanian yang kemudian digunakan untuk kegiatan produksi, konsumsi, tabungan dan investasi biaya kesehatan dan pendidikan Dalam analisis ekonomi rumahtangga pertanian, rumahtangga pertanian dianggap berada dalam lingkungan pasar persaingan sempurna, pasar persaingan tidak sempurna dan atau dalam lingkungan antara pasar bersaing dengan tidak bersaing. Berdasarkan kondisi tersebut, terdapat tiga model persamaan dalam analisis rumahtangga pertanian, yaitu model recursive, model non recursive, dan model persamaan simultan. Pada pasar persaingan sempurna, model yang digunakan adalah model recursive, yaitu persamaan simultan satu arah antara keputusan produksi dan konsumsi. Pasar output dan inputnya bersaing sempurna, harga input dan harga output adalah peubah eksogen terhadap rumahtangga pertanian, dimana pada kondisi mengabaikan biaya transaksi dan apakah rumahtangga pertanian mengkonsumsi produk hasilnya sendiri atau menjual atau membeli apa yang dibutuhkan untuk konsumsi. Demikian pula dengan penggunaan tenaga kerja, tidak dipertimbangkan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga atau sewa, menyewa tenaga kerja luar keluarga atau menawarkan tenaga kerja dalam keluarga Barnum and Squire, 1979 dalam Asmaratanka, 2007. Untuk kondisi pasar bersaing tidak sempurna, digunakan model persamaan simultan dua arah atau model non recursive, dimana pada kondisi ini rumahtangga pertanian menunjukan adanya kegagalan pasar, karakteristik produk pertanian yang berat dan mudah rusak serta risiko dari variasi harga dan adanya diskrimnasi dalam pasar tenaga kerja sehingga keputusan produksi mempengaruhi keputusan konsumsi dan sebaliknya. Model ini memasukan harga input ataupun harga output sebagai peubah endogen dan harga yang digunakan adalah harga bayangan Kusnadi, 2005. Sedangkan model persamaan simultan digunakan untuk menangkap kompleksitas dan perubahan peubah ekonomi yang mempengaruhi ekonomi rumahtangga, dimana peubah tersebut memungkinkan adanya hubungan simultan dua arah antara keputusan produksi dan konsumsi, keterkaitan penggunaan tenaga kerja dalam kegiatan produksi dan keterkaitan pendapatan baik dari pertanian maupun di luar pertanian dengan persamaan konsumsi baik pangan dan non pangan serta persamaan tabungan dan investasi, dalam bentuk persaman struktural dan persamaan identitas. Bentuk analisis dapat berdasarkan perbedaan geografis atau teknologi, berdasarkan komoditi tertentu yang diusahakan rumahtangga pertanian. Dalam penelitian yang menggunakan persamaan simultan, peubah harga output input dan upah tenga kerja dianggap sebagai peubah eksogen.

2.2. Ketahanan Pangan Rumahtangga