Jenis dan Sumber Data

pasar, jumlah raskin yang dikonsumsi, jumlah pengeluaran protein, jumlah pengeluaran non pangan dan jumlah pengeluaran investasi pendidikan dan kesehatan. c. Untuk kegiatan saving, data yang diperlukan adalah inventaris rumahtangga dan asset produktif yang dimiliki. 4. Untuk menganalisis tingkat ketahanan pangan rumahtangga secara deskriptif , data yang diperlukan masing-masing indikator adalah sebagai berikut : a. Ketersediaan pangan yang diproksi dari jumlah produksi pangan yang tidak dijual cadangan pangan dan jumlah beras yang dibeli dipasar serta jumlah raskin yang dikonsumsi bagi penerima raskin. b. Akses pangan yang diproksi dari persentase jumlah pendapatan rumahtangga untuk konsumsi pangan atau jumlah pengeluaran pangan rumahtangga terhadap pendapatan total rumahtangga. c. Pemanfaatan pangan yang dikonsumsi atau kecukupan gizi yang diproksi dari angka kecukupan gizi anggota keluarga. Angka kecukupan gizi diperoleh dari perbandingan antara total konsumsi energi rumahtangga dengan angka kecukupan energi seluruh anggota keluarga. Total konsumsi energi diperoleh dari nilai fisik dari sumber energi atau protein yang dikonsumsi anggota keluarga per hari dikalikan dengan angka konversi sumber energi atau protein tersebut lihat daftar komposisi bahan makanan Depkes. Selanjutnya, penghitungan tingkat kecukupan energi atau TKE = {Jumlah Konsumsi Energi Kapita Hari Kecukupan Energi [2000 kkal]} x 100, dan tingkat kecukupan protein atau TKP = {Jumlah Konsumsi Protein Kapita Hari Kecukupan Protein [52 gram]} x 100 . Nilai persentase tingkat kecukupan energi dan tingkat kecukupan protein tersebut dapat menyatakan kondisi ketahanan pangan rumahtangga secara deskriptif kualitatif. Jika nilai TKE TKP 70 maka rumahtangga tersebut defisit Kalori dan atau Protein.

4.3. Penetuan Lokasi dan Contoh Sampel

Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive memillih Kecamatan Sadang pertimbangan kecamatan tersebut merupakan kecamatan rawan pangan penerima program PUAP dan raskin yang mengalami perbaikan kondisi ketahanan pangan Kecamatan Sadang merupakan daerah prioritas 4 pada Tahun 2011 dan pada Tahun 2012 menjadi daerah prioritas 5 dalam peta kerawanan pangan Kabupaten Kebumen. Selanjutnya, secara purposive dipilih desa Sadang Kulon sebagai lokasi penelitian karena dari 7 desa di Kecamatan Sadang, Desa Sadang Kulon merupakan desa dengan program PUAP yang masih berlanjut. Tingkatan pengambilan sampel terakhir adalah menentukan anggota kelompok tani penerima PUAP yang akan menjadi rumahtangga sampel secara purposive dengan kriteria 1 menggarap memiliki usahatani padi, 2 terdata sebagai rumahtangga miskin atau teridentifikasi sebagai petani miskin luas garapan 0,25 ha, 3. menerima raskin.

4.4. Metode Analisis

Untuk menganalisis tujuan pertama yakni karateristik perilaku ekonomi dan tingkat ketahanan pangan rumahtangga petani penerima bantuan modal PUAP dan raskin dilakukan analisis deskriptif kualitatif dengan menginterprestasikan nilai pada setiap perilaku ekonomi rumahtangga petani produksi, konsumsi dan menabung serta pada masing-masing indikator ketahanan pangan rumahtangga. Untuk menganalisis tujuan kedua yakni peran bantuan modal PUAP dalam meningkatkan produksi usahatani dan pendapatan petani dan peran raskin dalam pengeluaran rumahtangga petani sehingga berpengaruh pada ketahanan pangan rumahtangga petani digunakan analisis ekonomi rumahtangga dengan model persamaan simultan. Model ekonometrika disesuaikan dengan kerangka teoritis dan tinjauan pustaka yang diperoleh sehingga dirumuskan model ekonometrika Perilaku Rumahtangga Pertanian. Untuk tujuan ketiga, yakni mengevaluasi dampak perubahan kebijakan PUAP dan raskin terhadap perilaku ekonomi dan ketahanan pangan rumahtangga petani dilakukan simulasi model ekonometrika

4.4.1. Perumusan Model

Model perilaku rumahtangga pertanian tersebut dalam prespektif ketahanan pangan menggambarkan keterkaitan alur keputusan alokasi sumberdaya untuk menghasilkan output produksi dan alokasi pendapatan pada berbagai jenis