rumahtangga tanpa disertai tambahan biaya bagi rumahtangga miskin untuk penambahan pagu tersebut.
3. Rendahnya angka kecukupan energi akibat konsumsi protein dengan kandungan gizi di bawah standar ketahanan pangan, perlu dilakukan program
distribusi protein gizi tinggi dengan harga murah bagi masyarakat miskin.
8.3 Saran Penelitian Lanjutan
1. Menganalisis ketahanan pangan rumahtangga petani tanaman pangan selain padi seperti ubi kayu yang juga banyak diusahakan oleh petani miskin
sehingga dapat dibandingkan kinerja indikator ketahanan pangan rumahtangga antar petani tanaman pangan.
2. Dalam penelitian ini, analisis angka kecukupan energi menggunakan pendekatan utilitas total atau tidak membedakan kebutuhan energi masing-
masing individu. Untuk itu disarankan menggunakan pendekatan individual pada penghitungan konsumsi energi mengingat perbedaan kebutuhan energi
masing-masing anggota keluarga sehingga kondisi ketahanan pangan rumahtangga dicerminkan dengan terpenuhinya kebutuhan energi setiap
anggota keluarga. 3. Salah satu keterbatasan penelitian ini adalah kecilnya jumlah sampel
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sehingga kendala teknis dalam analisis tidak dapat dihindari. Disarankan memperluas cakupan penelitian
sehingga dapat meningkatkan jumlah sampel. 4. Menarik untuk menganalisis ketahanan pangan rumahtangga petani
berdasarkan perbedaan kondisi geografis dan karakteristik petani sampel misalnya berdasarkan perbedaan luas lahan, menerima atau tidaknya
bantuan, atau petani subsisten dengan petani semi komersil sehingga dapat dilakukan perbandingan perilaku ekonomi dan ketahanan pangan
rumahtangga petani yang komperehensif. 5. Ketahanan pangan rumahtangga tidak dapat dipisahkan dari isu kemiskinan
sehingga agar kajian ketahanan rumahtangga lebih komperehensif jika disempurnakan
dengan kajian
bagaimana faktor-faktor
kemiskinan berpengaruh dalam ketahanan pangan rumahtangga.