Blok Produksi dan Input Produksi Usahatani Padi

Tabel 20. Hasil Pendugaan Persamaan Produksi Padi PRDI Variabel Parameter Dugaan Standar Error t Value Pr |t| Elastisitas Intercept -14.8353 217.9093 -0.07 0.9461 JPU 2.190359 1.225647 1.79 0.0826 0.378325 JPB 13.5768 5.126352 2.65 0.012 0.416893 GRPN 497.472 1413.485 0.35 0.727 TKER 0.061583 0.271683 0.23 0.822 F hitung = 7,49 , PrF = 0,0002, R 2 =0,46106 Jumlah penggunaan pupuk urea dan jumlah penggunaan benih berpengaruh nyata dan positif terhadap peningkatan hasil produksi padi. Sedangkan luas garapan dan alokasi tenaga kerja untuk padi tidak berpengaruh nyata, namun peningkatannya diikuti dengan peningkatan produksi padi. Pada taraf nyata 5 , produksi padi kurang responsif terhadap peningkatan jumlah penggunaaan pupuk urea dan jumlah penggunaan benih. Setiap kenaikan penggunaan pupuk urea 1 akan diikuti peningkatan produksi padi sebesar 0,37 dan peningkatan penggunaan benih 1 akan diikuti peningkatan produksi sebesar 0,41 . Nilai elastisitas pupuk urea yang rendah dalam produksi padi disebabkan penggunaan pupuk yang berlebihan tidak optimal sehingga produksi padi tidak optimal. Sedangkan inelastisnya jumlah benih pada produksi padi disebabkan rendahnya kualitas benih khususnya bagi petani yang menggunakan benih sisa musim tanam sebelumnya. Sementara pada input produksi non tenaga kerja yang diestimasi yakni jumlah penggunaan pupuk urea dan TSP. Tabel 21. Hasil Pendugaan Parameter Jumlah Penggunaan Pupuk Urea JPU Variabel Parameter Dugaan Standar Error t Value Pr |t| Elastisitas Intercept . . . HREA -0.03383 0.017206 -1.97 0.0568 -0.72171 TKDK 0.108447 0.21937 0.49 0.624 GRPN 681.7279 141.6328 4.81 .0001 1.693513 F hitung = 11,67, Pr F = 0,0001, R 2 = 0,38675 Harga urea dan luas garapan berpengaruh nyata terhadap peningkatan penggunaan pupuk urea, sedangkan alokasi tenaga kerja dalam keluarga tidak berpengaruh nyata, namun peningkatan penggunaan pupuk urea akan diikuti dengan alokasi waktu tenaga kerja dalam keluarga dalam melakukan kegiatan pemupukan. Pada taraf nyata 5 , jumlah penggunaan pupuk urea kurang responsif terhadap harga pupuk urea, dimana peningkatan harga urea 1 , hanya diikuti penurunan penggunaan pupuk urea 0,72 . Sementara penggunaan pupuk urea responsif terhadap peningkatan luas garapan, dimana peningkatan 1 luas garapan akan diikuti peningkatan penggunaan pupuk urea 1.69 . Tingginya nilai elastisitas luas garapan dibandingkan dengan harga urea dalam jumlah penggunaan pupuk urea menunjukan respon terhadap kenaikan harga urea berupa penurunan jumlah penggunaan pupuk urea dalam jumlah kecil karena urea merupakan pupuk utama dalam usahatani padi, sementara peningkatan luas garapan membutuhkan jumlah pupuk urea yang lebih besar. Pupuk TSP merupakan pupuk pendamping yang digunakan dalam usahtani padi sehingga keputusan untuk menentukan jumlah pupuk TSP yang digunakan pada usahatani padi ditentukan oleh penggunaan input produksi lain dan ketersediaan modal dalam hal ini PUAP sebagai bantuan modal yang diterima petani. Tabel 22. Hasil PendugaanParameter Jumlah Penggunaan Pupuk TSP JPT Variabel Parameter Dugaan Standar Error t Value Pr |t| Elastisitas Intercept . . . HTSP -0.02111 0.014202 -1.49 0.1459 TKLK -0.01618 0.026371 -0.61 0.5433 GRPN 281.3177 109.8032 2.56 0.0147 1.654973 PUAP 6.75E-06 7.62E-06 0.89 0.3818 F hitung = 4,06 , Pr F = 0,0139, R 2 = 0,25284 Luas garapan berpengaruh nyata dan positif terhadap penggunaan pupuk TSP. Sedangkan harga pupuk TSP, alokasi tenaga kerja luar keluarga dan PUAP tidak berpengaruh nyata, namun peningkatan harga TSP akan diikuti dengan penurunan penggunaan pupuk TSP. Sedangkan peningkatan PUAP dapat diikuti dengan peningkatan penggunaan pupuk TSP untuk peningkatan produksi. Sedangkan peningkatan alokasi tenaga kerja luar keluarga akan diikuti dengan penurunan penggunaan pupuk TSP untuk meminimumkan biaya usahatani. Pada taraf nyata 5 , penggunaan jumlah pupuk TSP responsif terhadap luas garapan sebesar 1,65 . Nilai elastisitas luas garapan yang lebih dari 1 pada persamaan penggunaan pupuk TSP menunujkan bahwa peningkatan luas garapan membutuhkan peningkatan jumlah penggunaan pupuk TSP. Pada input produksi tenaga kerja, perilaku dalam menetukan curahan kerja dalam keluarga dan luar keluarga untuk usahatani padi menunjukan supply demand angkatan kerja dalam pasar tenaga kerja sekaligus menunujukan keterkaitan keputusan produksi dan konsumsi rumahtangga dengan mengelola sumberdaya berupa tenaga kerja untuk meningkatkan utilitas. Tabel 23. Hasil Pendugaan Parameter Alokasi Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK Variabel Parameter Dugaan Standar Error t Value Pr |t| Elastisitas Intercept -0.16701 31.60344 -0.01 0.9958 JAKE 11.0912 7.074881 1.57 0.1257 0.941226 TKLK -0.02247 0.038046 -0.59 0.5584 GRPN 23.07147 140.6626 0.16 0.8706 F hitung = 0,79, Pr F = 0,5057, R 2 = 0,06200 Semua variabel eksogen tidak ada yang berpengaruh nyata terhadap variabel alokasi tenaga kerja dalam keluarga pada taraf nyata 1-5 , namun peningkatan jumlah angkatan kerja dalam keluarga akan diikuti dengan peningkatan alokasi tenaga kerja dalam keluarga. Sedangkan peningkatan alokasi tenaga kerja luar keluarga akan mengurangi alokasi tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani padi. Sementara peningkatan luas garapan akan diikuti dengan peningkatan penggunaan tenaga kerja keluarga untuk usahatani padi.Pada taraf nyata 10 , tenaga kerja keluarga kurang responsif terhadap peningkatan jumlah angkatan kerja, dimana kenaikan 1 jumlah angkatan kerja akan meningkatkan penggunaan tenaga kerja keluarga sebesar 0,94 . Inelastis atau kurang responsifnya jumlah angkatan kerja pada curahan kerja tenaga kerja keluarga untuk usahatani padi dikarenakan angkatan kerja pada rumahtangga petani melakukan kegiatan produktif non usahatani padi. Tabel 24. Hasil Pendugaan Parameter Tenaga Kerja Luar Keluarga TKLK Variabel Parameter Dugaan Standar Error t Value Pr |t| Elastisitas Intercept -171.476 134.1796 -1.28 0.2094 UP -0.00026 0.001275 -0.21 0.8379 TKDK -0.34272 0.952001 -0.36 0.721 GRPN 1602.413 618.412 2.59 0.0137 2.227227 F hitung = 2,30 , Pr F = 0,0937 , R 2 = 0,16088 Luas garapan berpengaruh nyata dan positif terhadap alokasi tenaga kerja luar keluarga. Sedangkan peningkatan upah pertanian akan mengurangi penggunaan tenaga kerja luar keluarga untuk meminimumkan biaya usahatani. Sedangkan peningkatan tenaga kerja keluarga akan diikuti dengan penurunan alokasi tenaga kerja luar keluarga. Pada taraf nyata 5 , alokasi tenaga kerja luar keluarga responsif terhadap luas garapan, dimana peningkatan luas garapan 1 akan diikuti peningkatan alokasi tenaga kerja luar keluarga 2,27 . Tingginya niali elastistas luas garapan ada alokasi tenaga kerja luar pertanian menunjukan bahwa dalam kegiatan pengolahan lahan, rumahtangga sampel menyewa tenaga kerja luar keluarga sehingga peningkatan luas lahan akan diikuti peningkatan alokasi tenaga kerja luar keluarga. Tabel 25. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Alokasi Tenaga Kerja Non Pertanian TKNP Variabel Parameter Dugaan Standar Error t Value Pr |t| Elastisitas Intercept -33.3652 44.14112 -0.76 0.4546 PBNP 0.000173 9.15E-06 18.88 .0001 1.038583 TKLK 0.027848 0.10611 0.26 0.7945 PI 0.000013 0.00002 0.65 0.5229 F hitung = 127,17, Pr F = .0001, R 2 = 0,91377 Peningkatan pendapatan berburuh non pertanian akan menjadi insentif dalam peningkatan alokasi waktu tenaga kerja keluarga untuk kegiatan berburuh non pertanian dengan harapan peningkatan pendapatan rumahtangga. Sedangkan peningkatan alokasi waktu tenaga kerja luar keluarga untuk usahatani padi akan diikuti dengan peningkatan alokasi waktu tenaga kerja keluarga untuk kegiatan berburuh non pertanian sehingga terjadi peningkatan pendapatan berburuh non pertanian. Peningkatan pengeluaran investasi akan diikuti dengan upaya rumahtangga melakukan kegiatan produktif, salah satunya dengan peningkatan alokasi waktu tenaga kerja non pertanian. Pada taraf nyata 5 , alokasi tenaga kerja non pertanian responsif terhadap pendapatan berburuh pertanian, dimana setiap kenaikan 5 pendapatan berburuh akan diikuti dengan peningkatan alokasi waktu tenaga kerja untuk berburuh non pertanian sebesar 1,04

6.3. Blok Pendapatan Rumahtangga

Sumber pendapatan rumahtangga petani sampel tidak hanya dari usahtani padi melainkan juga usahatani non padi, kegiatan berburuh pertanian, berburuh non pertanian dan pendapatan lain. Kegiatan berburuh non pertanian merupakan bagian penting dalam rumahtangga pertanian. Oleh karena pendapatan berburuh non pertanian bervariasi jenis dan nilainya sehingga perilaku rumahtangga dalam kegiatan berburuh non pertanian dapat diestimasi dalam model, sedangkan sumber pendapatan rumahtangga yang lain sebagai variabel ekogen dalam persamaan identitas pendapatan total rumahtangga. Tabel 26. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pendapatan Berburuh Non Pertanian PBNP Variabel Parameter Dugaan Standar Error t Value Pr |t| Elastisitas Intercept -623334 136586.5 -4.56 .0001 TKNP 4288.299 196.2302 21.85 .0001 0.714315 JAKE 69517.66 61048.24 1.14 0.2623 UNP 49.98989 5.895421 8.48 .0001 0.748912 F hitung = 532,83, Pr F = .0001, R 2 = 0,97797 Peningkatan alokasi waktu tenaga kerja non pertanian dan upah non pertanian berpengaruh nyata dan positif terhadap pendapatan berburuh pertanian, sedangkan jumlah angkatan kerja tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan berburuh non pertanian, namun peningkatannya akan diikuti dengan peningkatan alokasi waktu tenaga kerja keluarga untuk kegiatan non pertanian sehingga pendapatan berburuh non pertanian meningkat. Pada taraf nyata 5 , pendapatan berburuh non pertanian kurang responsif terhadap perubahan alokasi waktu berburuh non pertanian dan upah non pertanian, dimana kenaikan upah berburuh non pertanian dan alokasi waktu untuk berburuh non pertanian akan meningkatkan pendapatan berburuh non pertanian masing-masing sebesar 0,75 dan 0,71 . Nilai elastisitas alokasi berburuh non pertanian dan upah berburuh yang in elastis kurang dari 1 disebabkan karena rendahnya upah berburuh non pertanian dan alokasi waktu berburuh non pertanian yang tidak tetap sehingga peningkatan upah maupun alokasi waktu berburuh tidak menyebabkan peningkatan pendapatan berburuh non pertanian dalam jumlah besar.

6.4. Blok Pengeluaran Rumahtangga

Pengeluaran rumahtangga terdiri dari konsumsi pangan, non pangan dan investasi sumberdaya manusia pengeluaran pendidikan dan pengeluaran kesehatan. Angka kecukupan energi merupakan indikator hasil ketahanan pangan yang diproksi dari keputusan konsumsi pangan rumahtangga.

6.4.1. Nilai Pengeluaran Pangan

Nilai pengeluaran pangan merupakan fungsi dari komoditi pangan yang dikonsumsi anggota rumahtangga, yakni produksi padi, protein dan raskin. Karakteristik keluarga juga akan mepengaruhi keputusan konsumsi pangan. Tabel 27. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Pangan NPPG Variabel Parameter Dugaan Standar Error t Value Pr |t| Elastisitas Intercept 923868 474052.5 1.95 0.0594 PRDI -876.241 208.9698 -4.19 0.0002 -0.14521 JAS -11022.4 127512 -0.09 0.9316 NPPT 1.117334 0.078421 14.25 .0001 0.845764 PGR -434.068 6069.96 -0.07 0.9434 F hitung = 52,23 , Pr F = .0001, R 2 = 0,85650 Produksi padi berpengaruh nyata dan negatif dalam nilai pengeluaran pangan, dimana petani sampel adalah petani subsisten sehingga peningkatan produksi padi berarti mendukung terpenuhinya kebutuhan pangan utama anggota keluarga. Hal ini akan mengurangi nilai pengeluaran pangan karena jumlah beras yang dibeli di pasar sedikit. Nilai pengeluaran protein yang semakin meningkat secara nyata akan meningkatkan nilai pengeluaran pangan.Sedangkan peningkatan pagu raskin akan mengurangi pengeluaran pangan karena meningkatkan jumlah