Gambar 7 Alur proses pembuatan nanopartikel kolagen  modifikasi dari Coester et al. 2000.
3.3.4  Karakterisasi kolagen dan nanopartikel kolagen
Tahap  ini  bertujuan  untuk  mendapatkan  karakteristik  kolagen  maupun nanopartikel kolagen yang dihasilkan dari perlakuan terbaik pada penelitian tahap
kedua dan ketiga yang mencakup karakteristik fisik maupun kimia.  Karakteristik fisik  yang  diukur  antara  lain  analisis  termal,  viskositas,  derajat  putih,  struktur
permukaan dengan SEM, berat molekul dengan SDS-PAGE, gugus fungsi dengan FTIR,  dan  solubilitas;  sedangkan  karakteristik  kimia  meliputi  proksimat,  jenis
asam amino, dan pH.
3.4 Pengamatan 3.4.1 Derajat pengembangan DP
Derajat  pengembangan  DP  kulit  diperoleh  dari  selisih  berat  kulit  setelah perendaman dengan sebelum perendaman asam asetat dibandingkan dengan berat
kulit  awal  sebelum  perendaman  asam  asetat.    Rumus  derajat  pengembangan DP adalah sebagai berikut:
DP  =  B – A x 100
A keterangan:
A = berat kulit sebelum perendaman asam asetat B = berat kulit setelah perendaman asam asetat
Stirer 40
C, 1 jam
Pemberian etanol sedikit demi sedikit rasio larutan kolagen terhadap etanol = 1:1, 1:2, dan 1:3
Uji PSA Ekstrak kolagen
larut air
Nanopartikel kolagen
3.4.2 Rendemen AOAC 1995
Rendemen  kolagen  diperoleh  dari  perbandingan  berat  kering  kolagen  yang dihasilkan dengan berat  bahan kulit  yang telah  dibersihkan dari sisa daging dan
lapisan lemak.  Rendemen dapat diperoleh dengan rumus: Rendemen kolagen  =    Berat kering kolagen     x 100
Berat bahan baku kulit Rendemen  nanopartikel  kolagen  diperoleh  dari  perbandingan  berat  kering
nanopartikel  kolagen  yang  dihasilkan  dengan  berat  bahan  kulit  yang  telah dibersihkan  dari  sisa  daging  dan  lapisan  lemak.  Rendemen  dapat  diperoleh
dengan rumus: Rendemen nanopartikel kolagen   = Berat kering nanopartikel kolagen x 100
Berat bahan baku kulit
3.4.3 Analisis kadar air AOAC 2005
Prinsip  analisis  kadar  air  adalah  mengetahui  kandungan  atau  jumlah  air yang terdapat pada suatu bahan. Cawan porselin  dikeringkan dalam oven dengan
suhu 105 C selama satu jam. Cawan porselin yang sudah dikeringkan dalam oven
dimasukkan  dalam  desikator  kurang  lebih  15  menit  dan  kemudian  ditimbang A.    Sampel  ditimbang  sebanyak  1  g  dan  dimasukkan  ke  dalam  cawan  porselin
yang  sudah  kering  serta  diketahui  beratnya.  Cawan  berisi  sampel  dimasukkan dalam  oven  dengan  suhu  102-105
C  selama  5-6  jam  atau  sampai  beratnya konstan. Cawan dimasukkan dalam desikator 30 menit kemudian ditimbang C.
Kadar air dihitung dengan rumus: Kadar air  =  B
– C   x 100 B
– A keterangan:
A = Berat cawan kosong g B = Berat cawan yang diisi dengan sampel g
C = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan g
3.4.4 Analisis kadar abu AOAC 2005
Prinsip    analisis  kadar  abu  adalah  mengetahui  jumlah  abu  yang  terdapat pada  suatu  bahan  terkait  dengan  mineral  dari  bahan  yang  dianalisis.  Cawan  abu
porselen  dibersihkan  kemudian  dikeringkan  dalam  oven  bersuhu  sekitar  105 C