3.4.2 Rendemen AOAC 1995
Rendemen kolagen diperoleh dari perbandingan berat kering kolagen yang dihasilkan dengan berat bahan kulit yang telah dibersihkan dari sisa daging dan
lapisan lemak. Rendemen dapat diperoleh dengan rumus: Rendemen kolagen = Berat kering kolagen x 100
Berat bahan baku kulit Rendemen nanopartikel kolagen diperoleh dari perbandingan berat kering
nanopartikel kolagen yang dihasilkan dengan berat bahan kulit yang telah dibersihkan dari sisa daging dan lapisan lemak. Rendemen dapat diperoleh
dengan rumus: Rendemen nanopartikel kolagen = Berat kering nanopartikel kolagen x 100
Berat bahan baku kulit
3.4.3 Analisis kadar air AOAC 2005
Prinsip analisis kadar air adalah mengetahui kandungan atau jumlah air yang terdapat pada suatu bahan. Cawan porselin dikeringkan dalam oven dengan
suhu 105 C selama satu jam. Cawan porselin yang sudah dikeringkan dalam oven
dimasukkan dalam desikator kurang lebih 15 menit dan kemudian ditimbang A. Sampel ditimbang sebanyak 1 g dan dimasukkan ke dalam cawan porselin
yang sudah kering serta diketahui beratnya. Cawan berisi sampel dimasukkan dalam oven dengan suhu 102-105
C selama 5-6 jam atau sampai beratnya konstan. Cawan dimasukkan dalam desikator 30 menit kemudian ditimbang C.
Kadar air dihitung dengan rumus: Kadar air = B
– C x 100 B
– A keterangan:
A = Berat cawan kosong g B = Berat cawan yang diisi dengan sampel g
C = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan g
3.4.4 Analisis kadar abu AOAC 2005
Prinsip analisis kadar abu adalah mengetahui jumlah abu yang terdapat pada suatu bahan terkait dengan mineral dari bahan yang dianalisis. Cawan abu
porselen dibersihkan kemudian dikeringkan dalam oven bersuhu sekitar 105 C
selama 30 menit. Cawan abu porselen yang telah dikeringkan dalam oven dimasukkan dalam desikator 30 menit dan kemudian ditimbang A. Sampel
sebanyak 5 g C ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam cawan abu porselen. Cawan abu berisi sampel dibakar di atas kompor listrik sampai tidak berasap dan
dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 600 C selama 7 jam. Cawan
abu berisi sampel hasil pengabuan dimasukkan dalam desikator 30 menit kemudian ditimbang B. Kadar abu dihitung dengan rumus:
Kadar abu = B – A x 100
C keterangan:
A = Berat cawan abu porselen kosong g B = Berat cawan abu porselen + sampel setelah dikeringkan g
C = berat sampel g
3.4.5 Analisis kadar protein AOAC 2005
Prinsip analisis protein adalah mengetahui kandungan dari protein kasar crude protein pada suatu bahan. Sebanyak 0,5 g sampel dimasukkan ke dalam
labu kjeldahl, kemudian ditambahkan sebutir kjeltab dan 10 mL H
2
SO
4
. Labu yang berisi larutan tersebut dimasukkan ke dalam alat pemanas dengan
suhu 410 C dan ditambahkan air sebanyak 10 mL. Proses ini dilakukan sampai
larutan menjadi jernih. Larutan yang telah jernih didinginkan, kemudian ditambahkan 50 mL akuades dan 20 mL NaOH 40 dan didestilasi. Hasil
destilasi ditampung dalam erlenmeyer 125 mL yang berisi 25 mL asam borat H
3
BO
3
2 yang mengandung indikator campuran dari bromocresol green 0,1 dan methyl red 0,1 dengan perbandingan 2:1. Destilasi dilakukan dengan
menambahkan 50 mL larutan NaOH-Na
2
S
2
O
3
ke dalam alat destilasi hingga tertampung 40 mL destilat di dalam erlenmeyer dengan hasil destilat berwarna
hijau kebiruan. Destilat yang dihasilkan dititrasi dengan HCl 0,09 N sampai warna larutan berubah warna menjadi merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat.
Perhitungan kadar protein adalah sebagai berikut: Nitrogen = mL HCl sampel
– mL HCl blanko x N HCl x 14 x 100 mg sampel
Protein = nitrogen x faktor konversi 6,25
3.4.6 Analisis kadar lemak AOAC 2005
Labu lemak yang akan digunakan dikeringkan dalam oven bersuhu 110 C,
dimasukkan dalam desikator, dan ditimbang W1. Sampel ditimbang sebanyak 5 g W2, dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam alat ekstraksi
soxhlet yang telah berisi pelarut dietil eter. Proses reflux dilakukan sampai larutan jernih dan pelarut yang ada di dalam labu lemak berwarna jernih. Labu
lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105 ºC hingga beratnya konstan, dimasukkan dalam desikator dan ditimbang W3. Kadar
lemak dihitung dengan rumus: Kadar lemak = W3
– W1 x100 W2
keterangan: W1 = Berat labu lemak kosong g W2 = Berat sampel g
W3 = Berat labu lemak dengan lemak g
3.4.7 Uji biuret Apriyantono et al. 1989
Uji Biuret dilakukan untuk menentukan konsentrasi protein suatu sampel dengan Bovine Serum Albumin BSA sebagai standar. Pereaksi biuret yang
digunakan dibuat dengan mencampurkan sebanyak 3 g CuSO
4
.5H
2
O, 9 g Na-K-tartat, dan 5 g KI dalam 1000 mL larutan NaOH 0,2 M. Sebanyak 4 mL
sampel cair dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering, kemudian ditambahkan pereaksi Biuret sebanyak 6 mL. Campuran dibiarkan pada suhu
kamar selama 30 menit atau diinkubasi pada suhu 37 C selama 10 menit sampai
warna ungu terbentuk sempurna. Pengukuran absorbansi campuran dilakukan pada panjang gelombang 520 nm. Prosedur pengukuran absorbansi larutan
standar BSA dilakukan dengan cara yang sama seperti larutan sampel dengan konsentrasi BSA 0-1,5 mgmL dari larutan stok BSA 5 mgmL dengan komposisi
disajikan pada Tabel 5.