cumi-cumi Compagno 1999. Ikan pari jenis Pastinachus solocirostris diduga sebagai pemangsa krustasea dan ikan-ikan kecil White et al. 2006.
Ikan pari umumnya berbiak secara ovovivipar dengan jumlah anak antara 5
6 ekor Hoeve 1988. Khusus jenis Pastinachus solocirostris tergolong hewan
vivipar dengan kecenderungan histotrofi. Ukuran lebar badan ikan pari jantan
dewasa mencapai 28 36 cm
White et al. 2006.
2.2 Limbah Ikan
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari proses produksi baik industri maupun domestik rumah tangga yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah industri perikanan merupakan bahan baku baik dapat dimakan ataupun
tidak yang tersisa dan terbuang selama produksi dari produk utama. Rieuwpassa dan Salampessy 1997 mendefinisikan limbah perikanan sebagai bahan yang
tersisa dan terbuang dari suatu kegiatan penangkapan, penanganan, dan pengolahan hasil perikanan. Limbah industri pengolahan dikelompokan
berdasarkan sifat fisiknya menjadi dua jenis yaitu limbah cair dan limbah padat. Limbah cair berupa cairan-cairan yang terbuang dari proses penyiangan dan
pencucian ikan yang terutama mengandung darah, lemak, dan substansi-substansi lain. Limbah padat dapat berupa jeroan, sirip dan ekor, tulang, sisik, potongan-
potongan daging ikan maupun ikan dalam bentuk utuh. Limbah yang dihasilkan pada saat pengolahan ikan berkisar 20
60 dari bahan baku. Limbah berupa jeroan, kepala, dan ekor sebesar 27; sedangkan
kulit, tulang, dan darah sebesar 25 dari ikan. Sumber limbah padat terbesar berasal dari industri filet ikan yang mencapai 50
75 dari berat ikan, industri pengalengan 30
65 dari berat ikan, sedangkan industri pengolahan krustasea dan moluska menghasilkan limbah sebesar 20
50 dari berat ikan Ferraro et al. 2010.
Limbah ikan mengandung senyawa bioaktif yang bernilai tambah tinggi high added value compoundsHAVC sehingga dapat dimanfaatkan dalam
berbagai bidang baik nutraceutical, formulasi makanan fungsional maupun farmasi. Beberapa jenis HAVC dalam limbah ikan diantaranya asam lemak
omega-3, asam amino bebas, kitin dan kitosan, kolagen dan gelatin, kalsium, astaxantin, dan enzim Ferraro et al. 2010. Limbah perikanan juga dapat diolah
menjadi berbagai produk, misalnya tepung ikan untuk pakan ternak, biodieselbiogas, pigmen alami karotenoid
, dan pupuk tanaman Arvanitoyannis dan Kassaveti 2008.
2.3 Kulit Ikan
Kulit ikan merupakan lapisan tubuh paling luar yang memisahkan dan melindungi hewan dari perbedaan kondisi lingkungan misalnya tekanan osmotik.
Kulit ikan adalah organ multifungsi yang memiliki peran penting dalam perlindungan, komunikasi, sensorik, penggerak, respirasi, ekskresi, dan regulasi
termal Thitipramote dan Rawkdkuen 2011. Kulit ikan juga berperan dalam menjaga bentuk tubuh, melindungi ikan dari guncangan dan berbagai serangan
asing, memperbaiki hidrodinamika, dan mendeteksi fungsi sensorik yang penting untuk kelangsungan hidupnya Guellec et al. 2004.
Struktur kulit ikan bervariasi menurut spesies ikan, namun secara umum kulit ikan terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis.
Lapisan epidemis terdiri dari tiga bagian yaitu superficial stratum, intermediate stratum, dan basal stratum. Superficial stratum dan intermediate stratum berfungsi
sebagai proteksi terhadap bakteri, fungi, dan parasit; sedangkan basal stratum berfungsi untuk menjaga epidermis melekat pada dermis. Lapisan dermis terdiri
dari dua wilayah yaitu stratum laxum dan stratum compactum. Stratum laxum mengandung matriks fibroblast, saraf, beberapa sel pigmen, dan sisik berperan
dalam perlindungan dan hidrodinamika. Stratum compactum banyak mengandung matriks kolagen dengan fungsi utama memperkuat kulit tipis dan
melindungi ikan terhadap pengaruh tensile force. Lapisan hipodermis subcutis memisahkan dermis dari sel-sel otot yang terletak di bawah. Hipodermis
mengandung chromatophores melanophores, iridophores dan xantophores, pembuluh darah, dan sejumlah sel adiposa Guellec et al. 2004.
Kulit ikan mengandung sejumlah serat-serat kolagen Gomez-Guillen et al. 2002. Friess 1998 menyatakan bahwa lebih dari 50 dari protein
ekstraseluler pada kulit merupakan kolagen. Kołodziejska et al. 2008