pH Karakterisasi Kolagen dan Nanopartikel Kolagen

2005 menunjukkan bahwa tingkat swelling kulit selama perendaman dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi asam.

4.4.8 Analisis termal

Analisis termal digunakan untuk memahami sifat termodinamis material sehingga dapat diketahui sifat material dibawah pengaruh pemanasan atau pendinginan, dibawah atmosfer reduksi atau oksidasi dan dibawah tekanan gas. Analisis termal juga dapat digunakan untuk mengkarakterisasi material berdasarkan perubahan sifat fisik maupun kimia material sebagai fungsi suhu Klancnik et al. 2010. Beberapa metode analisis termal yang sering digunakan dalam bidang farmasi dan industri makanan adalah Differential Thermal Analysis DTA, Differential Scanning Calorimetry DSC, dan Thermogravimetric Analysis TGA. Analisis termal dengan metode DSC dilakukan dengan mengukur perbedaan aliran panas pada sampel dan standar referensi. Teknik ini biasa digunakan untuk mengukur fase-fase transisi, yaitu transisi gelas Tg, titik leleh Tm, dan temperatur dekomposisi Td pada polimer. Kurva termogram DSC dari pemanasan kolagen dan nanopartikel kolagen pada rentang suhu 20 C300 C dengan laju pemanasan 10 Cmenit diperlihatkan pada Gambar 13. Berdasarkan kurva termogram DSC tersebut baik kolagen maupun nanopartikel kolagen memiliki pola gfafik DSC yang sama yaitu memiliki dua puncak eksotermis. Puncak eksotermis kolagen terjadi pada suhu 88,92 C dan 165,88 C, sedangkan untuk nanopartikel pada suhu 86,75 C dan 156,63 C. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Martianingsih dan Atmaja 2009 dimana DSC gelatin dari kulit ikan pari memiliki dua puncak eksotermis yang berkisar antara 44,83 C48,39 C untuk puncak eksotermis pertama dan 187,93 C188,71 C untuk puncak eksotermis kedua. Puncak eksotermis pertama menunjukkan transisi gelasi dari kolagen akibat terputusnya ikatan hidrogen yang mengarah pada pembentukan polimer amorf yaitu gelatin. Karim dan Bhat 2009 mengatakan suhu transisi untuk gelatin dari ikan terjadi diatas suhu 40 C. Pemanasan dengan suhu diatas 40 C menyebabkan hancurnya ikatan hidrogen dan terpotongnya sejumlah ikatan kovalen yang menstabilkan struktur triple heliks menghasilkan konversi kolagen menjadi gelatin yang larut. Berdasarkan kurva DSC, transisi gelasi kolagen terjadi pada suhu 82,49 C, sedangkan nanopartikel kolagen pada suhu 78,78 C. a b Gambar 13 Kurva termogram DSC: kolagen a nanopartikel kolagen b. Puncak eksotermis kedua menunjukkan puncak melting bahan yang sangat jelas sehingga dapat dikatakan suhu transisi maksimum T max dari kolagen maupun nanopartikel kolagen terjadi pada puncak eksotermis kedua yaitu berturut-turut pada suhu 165,88 C dan 156,63 C. Nilai T max kolagen sedikit