Lanjutan Tabel 3
Jenis ikan Pretreatment
Ekstraksi Sumber pustaka
Brownbanded bamboo shark
Chiloscyllium punctatum
Deproteinasi dengan 0,1 M
NaOH 1:10 wv selama 6 jam dan
pelarut diganti 2 jam sekali
Acid Soluble Collagen ASC
Perendaman dalam 0,5 M asam asetat 1:15
wv selama 48 jam Pepsin Soluble
Collagen PSC Perendaman dalam
0,5 M asam asetat 1:15 wv ditambah porcin
pepsin 20 unitg selama 48 jam
Kittiphattanabawon et al. 2010a
Balloon fish Diodon
holocanthus Deproteinasi
dengan 0,1 M NaOH 1:10 wv
selama 3 hari dilanjutkan
deffated dengan 10 butil alkohol
1:10 wv selama 1 hari
Acid Soluble Collagen ASC
Perendaman dalam 0,5 M asam asetat 1:10
wv selama 1 hari Pepsin Soluble
Collagen PSC Perendaman dalam
0,5 M asam asetat 1:2 ditambah 15 ww
pepsin selama 30 jam Huang et al. 2011
Striped catfish Pangasianodon
hypophthalmus Deproteinasi
dengan 0,1 M NaOH 1:10 wv
selama 6 jam dan pelarut diganti
setiap 2 jam sekali, dilanjutkan dengan
deffated dengan 10 butil alkohol
1:10 wv selama 48 jam dan pelarut
diganti setiap 8 jam sekali.
Acid Soluble Collagen ASC
Perendaman dalam 0,5 M asam asetat 1:15
wv selama 24 jam Pepsin Soluble
Collagen PSC Perendaman dalam
0,5 M asam asetat 1:15 wv ditambah porcin
pepsin 20 Ug selama 48 jam
Singh et al. 2011
2.6 Pembuatan Nanopartikel
Nanopartikel dapat dibuat dari berbagai bahan seperti protein, polisakarida dan polimer sintetis. Pembuatan nanopartikel dapat dilakukan dengan berbagai
metode diantaranya dispersi polimer, polimerisasi monomer, proses gelasi ionik koaservasi, dan teknologi superkritikal fluida. Dispersi polimer merupakan
teknik umum yang digunakan untuk membuat nanopartikel biodegradable dari
PLA poly-lactic acid, PLG poly-D,Lglycolide, PLGA poly-D,L-lactide-co- glycolide, dan PCA poly-cyanoacrylate Mohanraj dan Chen 2006.
Nanopartikel protein telah dipelajari secara luas sebagai penghantar obat yang baik karena bersifat biodegradable, tidak beracun dan non antigenik, dan
struktur utama protein yang tinggi kandungan asam amino terutama lisina. Protein dalam bentuk nanopartikel dapat diperoleh dengan metode koaservasi dan
desolvasi yang terkontrol Rahimejad et al. 2009. Metode koaservasi dapat digunakan untuk membuat nanopartikel dari polimer biodegradable, misalnya
kitosan, gelatin, dan sodium alginat Mohanraj dan Chen 2006. Coester et al. 2000 berhasil membuat nanopartikel gelatin dengan metode desolvasi dua tahap
dengan ukuran gelatin nanopartikel 277 nm. Hasil penelitian Azarmi et al. 2006 dengan metode yang sama menunjukkan proses desolvasi dipengaruhi oleh suhu,
pH, jenis pelarut, dan tipe gelatin. Proses desolvasi gelatin type A yang berlangsung pada suhu 40
C, pH 2,5, dan aseton sebagai pelarut mempunyai ukuran partikel sebesar 163 nm.
2.7 Kolagen dalam Bidang Kosmetik
Kolagen merupakan komponen utama pada kulit dengan proporsi mencapai lebih dari 50 dari total protein Friess 1998. Li et al. 2005 menyatakan
bahwa 85 dari total protein pada lapisan dermis kulit adalah kolagen tipe I. Kolagen pada kulit dapat mengalami kerusakan akibat terpapar sinar radiasi UVB
dan UVA dari sinar matahari serta faktor usia. Kulit yang terkena sinar UVA mengalami reaksi oksigen reaktif berlebihan sehingga menyebabkan kerusakan
ikatan silang pada kolagen. Kerusakan kolagen pada kulit mengakibatkan penurunan fungsi kolagen untuk mempertahankan air dalam kulit sehingga kulit
tampak keriput, kering dan mengalami pigmentasi abnormal yang menyebabkan warna kulit tidak merata Ou-Yang et al. 2009. Pertambahan usia mengakibatkan
kandungan kolagen dalam tubuh manusia akan turun sedikit demi sedikit. Hal ini menyebabkan kolagen tidak mampu memberikan dukungan yang baik untuk
lapisan kulit teratas dan proses penuaan kulit mulai terjadi Draelos dan Thaman 2006.
Penambahan kolagen dalam formulasi kosmetik ditujukan untuk menggantikan kolagen yang rusak akibat pengaruh lingkungan maupun faktor
usia sehingga dapat mengembalikan fungsi kolagen pada kulit. Li et al. 2005 menunjukkan bahwa kolagen merupakan bahan baku kosmetik yang efektif
karena mempunyai kemampuan poliferasi sel keratinosit yang tinggi sehingga dapat mengganti sel-sel kulit yang mati. Secchi 2008 menyatakan bahwa
kolagen memiliki kemampuan untuk membentuk lapisan koloid yang terus menerus pada permukaan kulit sehingga memberikan efek halus dan lembut.
Swatschek et al. 2002 menunjukkan bahwa kolagen memiliki kemampuan untuk meningkatkan penyerapan air melalui kulit dan kandungan lemak sebum kulit.
Kato et al. 2011 menunjukkan kemampuan kolagen dari ikan untuk memperkuat fibril kolagen dan menjaga epidermal keratinosit dari paparan sinar UVA.
Kolagen yang akan diaplikasikan pada formulasi kosmetik harus memenuhi spesifikasi cosmetic grade Tabel 4.
Tabel 4 Spesifikasi kolagen cosmetic grade Parameter
Spesifikasi Appearance
White powder Odor
No off-smell Protein
≥90 Ash
1 Moisture
5 Molecular Weight Da
3000 LeadPb mgkg
0.5 As mgkg
0.3 Hg mgkg
0.1 Total Bacteria cfug
1000 Mold count cfug
50 Pathogenic bacteria Salmonella sp.,
Staphylococcus aureus Negatif
Sumber: Zhengzhou Sigma Chemical Co., Ltd.
2.8 Nanopartikel dalam Bidang Kosmetik
Nanoteknologi dapat didefinisikan sebagai penerapan prinsip-prinsip ilmiah dan rekayasa untuk membuat dan memanfaatkan hal-hal yang sangat kecil.
Nanoteknologi banyak mendapat perhatian publik karena jangkauan aplikasi yang luas dan secara dramatis berdampak baik bagi masyarakat ilmiah dan pasar
komersial. Aplikasi nanoteknologi meliputi bidang biomedis, optik, elektronik,
mekanik, kimia, makanan, dan kosmetik Mu dan Sprando 2010. Nanoteknologi digunakan dalam bidang kosmetik untuk meningkatkan bioavailabilitas bahan
aktif dalam kosmetik. Penggunaan bahan berukuran nano dalam formulasi kosmetik diharapkan dapat meningkatkan efisiensi produk, mengurangi jumlah
bahan yang digunakan terkait efek toksisitas dan iritasi, dan meningkatkan penetrasi bahan aktif Mihranyan et al. 2012
.
Keuntungan utama menggunakan nanopartikel dalam formulasi produk kosmetik adalah untuk i meningkatkan
stabilitas berbagai bahan kosmetik seperti asam lemak tak jenuh, vitamin, antioksidan yang dienkapsulasi dalam nanopartikel; ii meningkatkan penetrasi
bahan tertentu misalnya vitamin dan antioksidan lainnya; iii meningkatkan efektivitas dan toleransi filter UV pada permukaan kulit; dan iv membuat produk
yang lebih estetis misalnya, dalam tabir surya mineral, membuat partikel aktif mineral yang lebih kecil sehingga memungkinkan mineral tersebut digunakan
tanpa terlihat putih Mu dan Sprando 2010. Nanopartikel adalah ukuran panjang partikel dalam satuan nanometer,
dalam istilah yang lebih teknis, kata nano berarti 10
-9
atau sepermilyar. Satu nm berati ukuran panjang yang setara dengan sepermilyar meter, sepersejuta mm atau
seperseribu µm. Definisi nanopartikel berbeda, tergantung pada bahan, bidang dan aplikasi yang bersangkutan Hosokawa et al. 2007. Bolzinger et al. 2011
mendefinisikan nanopartikel dalam kisaran 1 sampai 100 nm, sementara
Mohanraj dan Chen 2006 mendefinisikan nanopartikel sebagai partikel yang berbentuk
padat dengan ukuran sekitar 10 –1000 nm.
Nanopartikel pertama kali dikembangkan sekitar tahun 1970. Penggunaan nanopartikel pada awalnya dirancang sebagai agen pembawa untuk vaksin dan
anti kanker Majeti dan Ravikumar 2000. Nanopartikel telah menjadi bagian yang penting dari penelitian di bidang penghantaran makanan dan obat Hans dan
Lowman 2002. Keuntungan utama dari makanan atau penghantar obat dalam ukuran nanopartikel adalah kemungkinan makanan obat tersebut dapat
dihantarkan sesuai target yang diinginkan dalam tubuh, daya serap yang tinggi, serta kemampuan yang luas untuk mencapai target pada berbagai area tubuh
dalam jangka waktu yang lama Hans dan Lowman 2002; Weber et al. 2000. Keuntungan lain penggunaan nanopartikel antara lain biodegradable, non toksik,