Identifikasi dampak negatif yang dirasakan responden akibat aktivitas industri sarung tenun Estimasi nilai kerugian masyarakat

38 bersih dan biaya berobat akibat penyakit yang ditimbulkan karena adanya pencemaran.

5.3 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini merupakan warga sekitar kawasan industri sarung tenun di Desa Wanarejan Utara yang berjarak antara ≤100 meter sampai 500 meter dari kawasan tersebut. Karakteristik responden yang diperhatikan meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jarak tempat tinggal, dan lama tinggal.

5.3.1 Jenis kelamin dan usia

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 95 orang yang terdiri dari 65 responden laki-laki atau sebesar 68,42 dan 30 responden perempuan atau sebesar 31,58 . Responden laki-laki lebih banyak dibandingkan responden perempuan karena waktu pelaksanaan wawancara dilakukan bukan pada hari kerja atau pada saat sore hari, sehingga kepala keluarga mudah untuk ditemui. Responden paling banyak terdapat pada kelompok usia 41 sampai 50 tahun dengan jumlah responden sebanyak 39 orang atau sebesar 41,05 . Persentase umur dan jenis kelamin responden dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Usia dan jenis kelamin responden Usia tahun Jumlah responden orang Persentase 20 – 30 8 8,42 30 – 40 23 24,22 40 – 50 39 41,05 50 – 60 24 25,26 60 1 1,05 Total 95 100 Jenis kelamin Jumlah responden orang Persentase Laki-laki 65 68,42 Perempuan 30 31,58 Total 95 100 Sumber: Data primer, diolah 2014

5.3.2 Tingkat pendapatan keluarga

Tingkat pendapatan keluarga responden per bulan cenderung mempengaruhi kesediaan menerima masyarakat akibat pencemaran limbah cair sarung tenun di Desa Wanarejan Utara. Tingkat pendapatan responden pada penelitian ini sangat bervariasi. Sebaran terbanyak ada pada kisaran tingkat pendapatan Rp1.000.000 39 sampai dengan Rp2.000.000 per bulan sebanyak 63 orang atau sebesar 53,33. Responden dengan kisaran tingkat pendapatan kurang dari Rp1.000.000 sebanyak 23 orang atau sebesar 24,21, pada kisaran pendapatan Rp2.000.001 sampai dengan Rp3.000.000 sebanyak 5 orang atau sebesar 5,26, dan pada kisaran pendapatan lebih dari Rp3.000.000 sebanyak 4 orang atau sebesar 4,21. Distribusi tingkat pendapatan keluarga responden per bulan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Tingkat pendapatan keluarga responden per bulan Tingkat pendapatan Jumlah responden orang Persentase Rp1.000.000 23 24,21 Rp1.000.000- Rp2.000.000 63 66,32 Rp2.000.001 - Rp3.000.000 5 5,26 Rp3.000.000 4 4,21 Total 95 100 Sumber: Data primer, diolah 2014

5.3.3 Lama pendidikan formal

Tingkat pendidikan formal seseorang akan mempengaruhi pola pikir seseorang dalam pengambilan suatu keputusan. Pada penelitian ini, sebagian besar responden berpendidikan terakhir SD atau sederajat sebanyak 48 orang atau sebesar 50,53. Responden yang tidak tamat SD sebanyak 2 orang atau sebesar 2.10, responden yang menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SLTP yaitu sebanyak 26 orang atau sebesar 27,37, menyelesaikan hingga tingkat SLTA sebanyak 15 orang atau 15,79, dan hanya 4 orang atau sebanyak 4,21 yang menyelesaikan hingga ketingkat perguruan tinggi. Distribusi tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Tingkat pendidikan responden Tingkat pendidikan Jumlah responden orang Persentase Tidak tamat SD 2 2,10 SD 48 50,53 SLTP 26 27,37 SLTA 15 15,79 Perguruan Tinggi 4 4,21 Total 95 100 Sumber: Data primer, diolah 2014 40

5.3.4 Jumlah tanggungan keluarga

Jumlah tanggungan keluarga responden pada penelitian ini sangat bervariasi dari satu sampai empat orang dalam suatu rumah tangga. Jumlah tanggungan keluarga ini mempengaruhi alokasi pendapatan yang harus ditanggung oleh kepala keluarga. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin tinggi pula alokasi pendapatan yang harus dikeluarkan oleh kepala keluarga sehingga memiliki kecenderungan mempengaruhi nilai WTA. Distribusi jumlah anggota keluarga responden dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah tanggungan keluarga responden Jumlah tanggungan keluarga orang Jumlah responden orang Persentase 1 5 5,26 2 38 40 3 38 40 4 14 14,74 Total 95 100 Sumber: Data primer, diolah 2014

5.3.5 Jenis pekerjaan

Jenis pekerjaan responden di Desa Wanarejan Utara bervariasi. Sebagian besar responden bekerja sebagai wiraswasta dan buruh yaitu berturut-turut sebanyak 45 orang 33 orang. Responden yang bekerja sebagai petani sebanyak 7 orang atau sebesar 7,37, sebagai pegawai swasta sebanyal 4 orang atau sebesar 4,22, PNS sebanyak 2 orang atau sebesar 2,1, guru sebanyak 2 orang atau sebesar 2,1, dan sopir sebanyak 2 orang atau 2,1. Distribusi jenis pekerjaan responden dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Jenis pekerjaan responden Jenis pekerjaan Jumlah responden orang Persentase Wiraswasta 45 47,37 Buruh 33 34,74 Petani 7 7,37 Pegawai swasta 4 4,22 Guru 2 2,01 Sopir 2 2,01 PNS 2 2,01 Total 95 100 Sumber: Data primer, diolah 2014 41

5.3.6 Status kepemilikan tempat tinggal

Dalam penelitian ini status kepemilikan tempat tinggal dari semua responden adalah milik sendiri atau sebesar 100 tempat tinggal responden adalah milik sendiri.

5.3.7 Lama tinggal

Lama tinggal di lokasi penelitian dapat mempengaruhi besarnya nilai WTA masyarakat akibat pencemaran limbah cair sarung tenun. Semakin lama responden tinggal di lokasi tersebut maka kerugian dan dampak negatif yang dirasakan akibat pencemaran limbah cair sarung tenun akan semakin tinggi sehingga akan mempengaruhi besarnya nilai WTA. Lama tinggal responden di lokasi penelitian paling tinggi pada kisaran 45 sampai dengan 59 tahun yaitu sebanyak 45 orang atau sebesar 47,37. Distribusi lama tinggal responden di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Lama tinggal responden di lokasi penelitian Lama tinggal tahun Jumlah responden orang Persentase 15 2 2,11 15 – 29 9 9,47 30 – 44 38 40,00 44 – 59 45 47,37 59 1 1,05 Total 95 100 Sumber: Data primer, diolah 2014

5.2.8 Sebaran tempat tinggal

Responden pada penelitian ini merupakan warga dari RW 03 yang tersebar di dua RT yaitu RT 13 dan RT 14 dimana jaraknya kurang dari 100 meter dari wilayah industri. RW 04 yang tersebar di RT 08, RT 09, RT 10 yang jaraknya 101 sampai dengan 500 meter dari wilayah industri, serta RW 01 yang terdiri dari RT 01, RT 02, RT 03 yang jaraknya lebih dari 500 meter dari wilayah industri. Wilayah yang dipilih merupakan tempat yang berbatasan dengan wilayah industri. Distribusi sebaran tempat tinggal responden dapat dilihat pada Tabel 11.

Dokumen yang terkait

SARUNG TENUN ATBM (ALAT TENUN BUKAN MESIN) DI DESA WANAREJAN UTARA KABUPATEN PEMALANG KAJIAN ASPEK MOTIF DAN PROSES PRODUKSI

2 18 71

FAKTOR PENYEBAB KELUHAN SUBYEKTIF PADA PUNGGUNG PEKERJA TENUN SARUNG ATBM DI DESA WANAREJAN UTARA PEMALANG

2 15 131

Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat Sekitar Home Industri Sarung Tenun Ikat Terhadap Pencemaran Air Limbah Proses Produksi

4 57 179

Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Willingness to Pay Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah Studi Kasus di Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta Utara

1 10 12

Analisis Willingness To Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Kegiatan Penambangan Batu Gamping (Studi Kasus Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor)

1 15 213

Estimasi Nilai Kerugian dan Willingness to Accept Masyarakat akibat Pencemaran Air Tanah dan Udara di Sekitar Kawasan Industri: Kasus Industri Kabel di Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor

2 7 191

Estimasi Biaya Eksternal dan Willingness to Accept Masyarakat Akibat Pencemaran di Sekitar Kawasan Pabrik Gula Cepiring, Kendal

1 7 93

Biaya Eksternal dan Willingness to Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan

0 8 111

Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Pencemaran Di Sekitar Kawasan Industri Baja (Kelurahan Tegal Ratu, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon).

0 6 101

PERKEMBANGAN INDUSTRI SARUNG TENUN DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DESA BEJI KECAMATAN TAMAN KABUPATEN PEMALANG PADA TAHUN 1998-2012 - repository perpustakaan

0 0 15