Rata-rata kerugian per wilayah akibat pencemaran oleh industri
                                                                                61 sebuah  rumah  tangga  cenderung  lebih  tegas  dalam  pengambilan  keputusan
dibandingkan  responden  perempuan.  Hasil  dari  regresi  Jenis  kelamin  JK memiliki p-value  0,087 lebih besar dari taraf nyata 5 maka jenis kelamin tidak
berpengaruh nyata terhadap WTA. Tidak ada perbedaan WTA antara laki-laki dan perempuan,  hal  ini  disebabkan  antara  laki-laki  dan  perempuan  yang  menjadi
responden  seluruhnya  memiliki  matapencaharian  yang  cenderung  memiliki bertanggung  jawab  untuk  keluarga,  sehingga  pandangan  terhadap  besarnya  nilai
WTA cenderung sama. 2.
Usia responden UR Hipotesis usia diduga semakin tinggi usia responden, maka semakin paham
akan  kerugian  yang  diterima  akibat  pencemaran  di  Desa  Wanarejan  Utara sehingga nilai WTA akan semakin tinggi. Berdasarkan hasil regresi UR  memiliki
p-value  0,000  lebih  kecil  dari  taraf  nyara  5  maka  usia  berpengaruh  nyata terhadap  nilai  WTA.  Besar  koefisien  variabel  usia  adalah  0,26705  artinya  setiap
peningkatan  satu  satuan  usia  tahun  mampu  meningkatkan  WTA  sebesar Rp0,2605.  Hal  ini  disebabkan  karena  responden  yang  usianya  lebih  tua  telah
paham akan kerugian yang diterima akibat penurunan kualitas lingkungan. 3.
Tingkat pendidikan PNDK Hipotesis  variabel  tingkat  pendidikan  seseorang  akan  berbanding  lurus
dengan  nilai  kompensasi  yang  diinginkan  responden.  Hal  ini  karena  responden yang  berpendidikan  tinggi  akan  menyadari  akan  seberapa  besar  kerugian  yang
ditanggung.  Pada  hasil  regresi  Tingkat  pendidikan  PNDK  memiliki  p-value sebesar  0,001  lebih  kecil  dari  taraf  nyata  5  maka  tingkat  pendidikan
berpengaruh  nyata  terhadap  nilai  WTA.  Besar  koefisien  pendidikan  0,14531 artinya  setiap  peningkatan  satu  satuan  pendidikan  tahun  mampu  meningkatkan
WTA  sebesar  Rp0,14531  dengan  asumsi  cateris  paribus.  Hal  ini  dikarenakan responden  dengan  tingkat  pendidikan  yang  tinggi  merasa  bahwa  kerugian  yang
dialami  cukup  besar  setelah  melalui  pertimbangan  perhitungan,  sehingga  akan berdampak pada peningkatan nilai WTA yang diinginkan akibat pencemaran.
4. Pendapatan PNDP
Hipotesis variabel pendapatan diduga semakin tinggi pendapatan seseorang maka  nilai  WTA  akan  semakin  rendah,  karena  responden  merasa  berkecukupan
62 untuk  menanggung  biaya  pencemaran  sendiri.  Hasil  regresi  pendapatan  PNDP
memiliki  p-value  0,000  lebih  kecil  dari  taraf  nyata  5  maka  pendapatan berpengaruh  positif  terhadap  WTA.  Besar  koefisien  variabel  pendapatan  adalah
-0,39419,  artinya  setiap  peningkatan  satu  satuan    pendapatan  Rp  mampu menurunkan nilai WTA sebesar Rp0,39419 dengan asumsi variabel lain dianggap
tetap  cateris  paribus.  Hasil  ini  sesuai  dengan  hipotesis,  karena  tingkat pendapatan keluarga yang tinggi mengindikasikan tingginya kemampuan finansial
rumah  tangga  sehingga  semakin  tinggi  pendapatan  maka  WTA  akan  semakin rendah.
5. Jarak tempat tinggal JTT
Variabel  Jarak  tempat  diduga  berpengaruh  negatif,  karena  semakin  dekat dengan  lokasi  pabrik  maka  semakin  banyak  dampak  yang  dirasakan  oleh
responden  sehingga  nilai  kompensasi  akan  semakin  tinggi  dibandingkan  dengan tempat  tingal  yang  lokasinya  lebih  jauh  dari  kawasan  industri.  Hasil  regresi  JTT
memiliki p-value 0,000 lebih kecil dari taraf nyata 5 maka jarak tempat tinggal berpengaruh  nyata  terhadap  WTA.  Besar  koefisien  jarak  tempat  tinggal  sebesar
-0,111433  artinya  setiap  peningkatan  satu  satuan  jarak  tempat  tinggal  meter mampu  menurunkan  WTA  sebesar  0,111433  dengan  asumsi  cateris  paribus.
Hal  ini  sesuai  dengan  hipotesis  dimana  semakin  jauh  jarak  tempat  tinggal  maka nilai  WTA  akan  semakin  rendah  karena  kerugian  yang  dialami  responden  yang
jaraknya lebih jauh akan semakin rendah. 6.
Jumlah tanggungan keluarga JTK Banyaknya  jumlah  tanggungan  dalam  keluarga  akan  mempengaruhi
besarnya  nilai  kompensasi  yang  diinginkan  responden.  Semakin  banyak  jumlah tanggungan  maka  semakin  tinggi  pula  nilai  kompensasi  yang  diinginkan.  Hasil
regresi  menunjukan  bahwa  JTK  memiliki  p-value  sebesar  0,000  lebih  kecil  dari taraf nyata 5 maka jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap WTA. Besar
koefisien  jumlah  tanggungan  adalah  0,30783  artinya  setiap  peningkatan  satu satuan  jumlah  tanggungan  mampu  meningkatkan  WTA  sebesar  Rp0,30783
dengan  asumsi  cateris  paribus.  Peningkatan  nilai  WTA  ini  dapat  disebabkan karena  responden  merasa  peningkatan  jumlah  tanggungan  akan  berdampak
                                            
                