20
2.8 Contingent Valuation Method CVM
Pendekatan ini disebut congtingent tergantung karena pada praktiknya informasi yang diperoleh sangat tergantung pada hipotesis yang dibangun.
Misalnya seberapa besar biaya yang harus ditanggung, dan bagaimana pembayarannya. Pendekatan CVM ini sering digunakan untuk mengukur nilai
pasif nilai non-pemanfaatan sumberdaya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaan. CVM pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui: pertama
keinginan membayar willingness to pay atau WTP dari masyarakat, misalnya terhadap perbaikan kualitas lingkungan air, dan udara dan ke dua keinginan
menerima willingness to accept atau WTA atas suatu kondisi lingkungan yang rusak. Teknik CVM didasarkan pada asumsi hak kepemilikan, jika individu yang
ditanya tidak memiliki hak-hak atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam, maka pengukuran yang relevan adalah dengan mengukur
seberapa besar keinginan membayar untuk memperoleh barang tersebut. Sebaliknya, jika individu yang kita tanya memiliki hak atas sumberdaya maka
pengukuran yang relevan adalah seberapa besar keinginan untuk menerima kompensasi yang paling minimum atas hilang atau rusaknya sumberdaya yang dia
miliki Fauzi 2006. Di dalam tahap operasional penerapan pendekatan CVM terdapat enam
tahap kegiatan atau proses Hanley dan Spash 1993. Tahapan tersebut yaitu: 1
Menyusun pasar hipotetik Pada awal prosesa kegiatan CVM, seorang peneliti biasanya harus terlebih
dahulu membuat hipotesis pasar terhadap sumberdaya yang akan dievaluasi. Misalnya, pemerintah ingin memperbaiki kondisi pantai yang sudah tercemar.
Dalam hal ini kita dapat membuat suatu kuesioner yang beisi informasi lengkap mengenai bagaimana kondisi pantai yang bagus misalnya dengan menunjukan
foto pantai yang tercemar dan tidak tercemar, bagaimana pemerintah akan memperoleh dana apakah dengan pajak, pembayaran langsung, dan sebagainya.
2 Memperoleh besarnya nilai penawaran bid WTA
Tahap berikutnya dalam melakukan CVM adalah memperoleh nilai lelang. Tahap ini dilakukan dengan melakukan survei, baik melalui survei langsung
dengan kuesioner, wawancara melalui telepon, maupun lewat surat. Dari ketiga
21 cara tersebut survei langsung akan memperoleh hasil yang lebih baik. Tujuan dari
survei ini adalah untuk memperoleh nilai penawaran responden. Setiap individu ditanya mengenai besarnya kompensasi yang bersedia diterima WTA. Nilai
kompensasi tersebut dapat diperoleh dengan empat cara yaitu: a
Bidding game Metode ini dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan kepada
responden secara berulang-ulang tentang apakah mereka ingin membayar sejumlah tertentu hingga memperoleh maksimal WTP atau minimal WTA.
Pertanyaan dihentikan sampai nilai yang disepakati. b
Closed-ended referendum Metode yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan tertutup kepada
responden terkait beberapa nilai WTA yang disarankan untuk dipilih, sehingga responden dapat memberikan jawaban sesuai dengan keinginan dan kemampuan
mereka. c
Payment card Metode ini dilakukan dengan menawarkan kepada responden suatu kartu
yang terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk membayar atau kesediaan menerima, sehingga responden dapat memilih nilai maksimal atau minimal sesuai
dengan preferensinya. Nilai ini ditunjukan kepada responden melalui kartu. d
Open-ended question Menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah maksimum uang
yang ingin dibayarkan atau jumlah minimum uang yang ingin diterima akibat perubahan kualitas lingkungan. Kelebihan dari metode ini adalah responden tidak
perlu diberi petunjuk yang bisa mempengaruhi nilai awal yang ditawarkan sehingga tidak akan menimbulkan bias titik awal, sedangkan kelemahannya
terletak pada kurangnya akurasi nilai, terlalu besar variasinya, serta sering sekali ditemukan responden yang kesulitan menjawab pertanyaan yang diberikan.
3 Mengestimasi mean WTPWTA
Tahap selanjutnya adalah menghitung nilai rataan WTA. Nilai ini dihitung berdasarkan nilai lelang bid yang diperoleh pada tahap dua. Pada tahap ini harus
diperhatikan kemungkinan timbulnya outlier nilai yang sangat jauh menyimpang