Aktivitas industri sarung tenun Desa Wanarejan Utara

51 Total biaya yang dikeluarkan responden pada wilayah I lebih besar jika dibandingkan dengan wilayah II dan wilayah III. Jarak tempat tinggal responden wilayah I yang dekat dengan kawasan industri ≤100 meter membuat kondisi air tanah responden tidak layak konsumsi dan keseluruhan responden beralih menggunakan PDAM. Hal ini menyebabkan kerugian yang ditanggung responden pada wilayah I lebih besar jika dibandingkan dengan wilayah II, dan wilayah III yang sebagian masih memanfaatkan air tanah untuk keperluan MCK sehingga tidak mengeluarkan biaya. Biaya rata-rata yang dikeluarkan responden pada wilayah I untuk pembelian air PDAM sebesar Rp74.308 per bulan. Pada wilayah II sebanyak 21 responden mengeluarkan biaya untuk keperluan konsumsi dan MCK dengan memanfaatkan air PDAM, sedangkan 9 lainnya mengeluarkan biaya untuk konsumsi vendor- water dan biaya pengambilan air tanah yang lebih bersih dengan jet pump. Rata- rata biaya yang dikeluarkan oleh responden yang menggunakan PDAM adalah sebesar sebesar Rp71.579, rata-rata responden yang menggunakan vendor-water adalah Rp27.556, dan menggunakan air tanah sebesar Rp2.039. Pada wilayah III sebanyak 20 responden mengeluarkan biaya untuk keperluan konsumsi dan MCK dengan memanfaatkan air PDAM, sedangkan 10 lainnya mengeluarkan biaya untuk konsumsi dengan memanfaatkan vendor-water dan biaya pengambilan air tanah yang lebih bersih dengan jet pump. Rata-rata biaya yang dikeluarkan responden yang menggunakan air PDAM adalah Rp61.290, rata-rata biaya yang dikeluarkan responden yang memanfaatkan vendor-water adalah Rp23.200, dan menggunakan air tanah sebesar Rp2.085. Total rata-rata kerugian tiap KK dari biaya yang dikeluarkan untuk penggantian sumber air bersih adalah sebesar Rp61.568 per bulan diperoleh dari penjumlahan total biaya yang dikeluarkan setiap wilayah dibagi dengan 95 responden.

6.2.2 Biaya berobat

Data biaya berobat diperoleh dari hasil wawancara kepada 95 responden yang anggota keluarganya atau responden itu sendiri merasakan sakit akibat pencemaran yang ditimbulkan limbah cair sarung tenun. Penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat sekitar kawasan industri adalah gatal-gatal dermatitis 52 dan ISPA. Berdasarkan hasil penelitian penyakit yang diderita oleh responden adalah murni penyakit yang ditimbulkan akibat adanya pencemaran, bukan penyakit turunan. Hal ini dibuktikan dengan menanyakan langsung kepada responden tentang riwayat kesehatan keluarga responden. Pada wilayah I sebanyak 5 orang mengalami gatal-gatal dan 8 orang mengalami gangguan pernapasan. Walaupun pada wilayah I seluruh responden telah beralih menggunakan air PDAM untuk kebutuhan sehari-hari, namun beberapa responden yang terkena penyakit gatal-gatal menyatakan bahwa sebelum beralih ke PDAM sudah terkena penyakit gatal-gatal. Penyakit gatal-gatal ini membaik ketika beralih menggunakan sumber air PDAM untuk MCK, tetapi penyakit ini sering kali kambuh untuk selang waktu dua sampai tiga bulan sekali. Penyakit ISPA yang diderita responden disebabkan karena asap yang keluar dan bau menyengat yang ditimbulkan pada saat proses pencelupan. Pada wilayah II dan wilayah III jumlah responden yang mengalami gangguan kulit gatal-gatal sebanyak 12 orang dan 9 orang. Hal ini dikarenakan masih banyak responden pada wilayah II dan III yang masih memanfaatkan air tanah yang tercemar untuk keperluan MCK. Tabel 16 menunjukan biaya berobat yang dikeluarkan responden akibat pencemaran. Tabel 16. Biaya berobat yang dikeluarkan responden Wilayah Gangguan Jumlah responden yang terkena gangguan orang Rata-rata biaya pengobatan RpKKbulan Total biaya Rpbulan I ISPA 8 162.142 1.135.000 Dermatitis 6 46.200 241.000 II ISPA _ _ Dermatitis 12 47.222 425.000 III ISPA _ _ Dermatitis 9 49.375 345.000 Sumber: Data primer, diolah 2014 Berdasarkan tabel 16 jumlah kerugian terbesar yang dialami responden akibat menderita dermatitis dan gangguan pernapasan terjadi pada wilayah I yaitu sebesar Rp1.376.000 per bulan, dengan biaya rata-rata sebesar Rp210.342 per

Dokumen yang terkait

SARUNG TENUN ATBM (ALAT TENUN BUKAN MESIN) DI DESA WANAREJAN UTARA KABUPATEN PEMALANG KAJIAN ASPEK MOTIF DAN PROSES PRODUKSI

2 18 71

FAKTOR PENYEBAB KELUHAN SUBYEKTIF PADA PUNGGUNG PEKERJA TENUN SARUNG ATBM DI DESA WANAREJAN UTARA PEMALANG

2 15 131

Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat Sekitar Home Industri Sarung Tenun Ikat Terhadap Pencemaran Air Limbah Proses Produksi

4 57 179

Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Willingness to Pay Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah Studi Kasus di Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta Utara

1 10 12

Analisis Willingness To Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Kegiatan Penambangan Batu Gamping (Studi Kasus Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor)

1 15 213

Estimasi Nilai Kerugian dan Willingness to Accept Masyarakat akibat Pencemaran Air Tanah dan Udara di Sekitar Kawasan Industri: Kasus Industri Kabel di Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor

2 7 191

Estimasi Biaya Eksternal dan Willingness to Accept Masyarakat Akibat Pencemaran di Sekitar Kawasan Pabrik Gula Cepiring, Kendal

1 7 93

Biaya Eksternal dan Willingness to Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan

0 8 111

Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Pencemaran Di Sekitar Kawasan Industri Baja (Kelurahan Tegal Ratu, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon).

0 6 101

PERKEMBANGAN INDUSTRI SARUNG TENUN DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DESA BEJI KECAMATAN TAMAN KABUPATEN PEMALANG PADA TAHUN 1998-2012 - repository perpustakaan

0 0 15