Latar Belakang . Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Dan Willingness To Accept Masyarakat Akibat Pencemaran Limbah Cair Sarung Tenun, Desa Wanarejan Utara, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang

9 Penelitian ini terfokus pada estimasi nilai kerugian yang diterima masyarakat. Estimasi nilai kerugian ini adalah dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat sekitar atas pencemaran air. Besarnya kerugian diestimasi dari besarnya biaya yang dikeluarkan untuk kembali mendapatkan sumber air bersih dan biaya berobat akibat penyakit yang ditimbulkan karena adanya pencemaran. Hipotesis dalam penelitian ini adalah semakin dekat jarak tempat tinggal responden dengan wilayah industri maka semakin besar kerugian yang ditanggung. Metode WTA yang digunakan bermaksud untuk mengetahui besarnya nilai kompensasi yang bersedia diterima oleh masyarakat. 10 II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran dalam Perspektif Ekonomi

Ahli ekonomi mendefinisikan pencemaran dengan cara yang berbeda. Pencemaran bergantung dari dua aspek, yaitu: 1 dampak fisik biologis, kimiawi dari limbah terhadap lingkungan; dan 2 reaksi manusia terhadap dampak tersebut, berupa kegelisahan anxiety, ketidaknyamanan unpleasantness, dan penderitaan distress yang dtunjukan oleh kehilangan kesejahteraan lost of walfarae. Oleh karena itu, pencemaran dianggap sebagai biaya eksternal external cost yang terjadi akibat dua kondisi, yaitu: 1 aktivitas dari satu pihak yang mengakibatkan kehilangan kesejahteraan kepada pihak lain; dan 2 hilangnya kesejahteraan tersebut tidak dikompensasi uncompensated Pearce dan Turner 1990. Biaya eksternal juga dikenal sebagai eksternalitas negatif atau diseconomy eksternal. Eksternalitas adalah pengaruh atau dampak atau efek samping yang diterima oleh beberapa pihak sebagai akibat dari kegiatan ekonomi, baik produksi, konsumsi atau pertukaran yang dilakukan pihak lain. Menurut Mangkoesubroto 2000, yang dimaksud dengan eksternalitas adalah apabila tindakan seseorang mempunyai dampak bagi orang lain atau segolongan orang lain tanpa adanya kompensasi apapun juga sehingga timbul inefisiensi dalam alokasi fakor produksi. Sedangkan menurut Fauzi 2004, eksternalitas merupakan kegiatan produksi atau konsumsi yang mempengaruhi kegunaan pihak lain dan pembuatnya tidak memberikan kompensasi. Eksternalitas disebabkan oleh barang publik yang kepemilikannya untuk masyarkat dengan akses terbuka sehingga menimbulkan tragedy of the common. Tragedy of the common ini menggambarkan rezim pengelolaan sumberdaya alam akses terbuka open access dimana setiap individu yang memiliki akses terhadap sumberdaya alam yang bersifat langka akan terdorong memiliki insentif untuk meningkatkan intensitas pemanfaatannya demi mendapatkan economic return dalam jangka pendek. Keadaan ini akan menyebabkan setiap individu mendapatkan manfaat yang semakin berkurang. Eksternalitas dapat bersifat menguntungkan positive externalities atau bersifat merugikan negative externalities. Eksternalitas negatif adalah pengaruh 11 yang diterima oleh beberapa pihak akibat kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain yang mengakibatkan penurunan kesejahteraan dan hilangnya kesejahteraan tersebut tidak dikompensasi. Eksternalitas positif adalah kegiatan satu pihak menghasilkan peningkatan kesejahteraan pada pihak lain. Dalam perspektif ekonomi, faktor pendorong terjadinya pencemaran adalah ketidakmampuan pasar untuk memberikan harga pada barang dan jasa lingkungan yang digunakan dalam produksi dan konsumsi Myer 1998. Pada umumnya lingkungan dianggap sebagai barang publik public good dimana hak kepemilikannya tidak dapat dinyatakan secara jelas. Pada kondisi tersebut barang dan jasa lingkungan bersifat bebas artinya sumberdaya tersebut tidak dibeli ketika diproduksi atau dikonsumsi. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mencegah atau mengurangi pencemaran adalah menjamain bahwa harga barang dan jasa lingkungan yang digunakan dalam produksi dan dikonsumsi dapat mencerminkan biaya pencemaran yang ditanggung oleh masyarakat. Kebijakan ditujukan untuk mengoreksi kegagalan pasar market failure dengan cara menetapkan harga terhadap eksternalitas atau dengan kata lain biaya pencemaran perlu diinternalisasi Myers 1998.

2.2 Internalisasi eksternal cost

Menurut Husfschmidt et al. 1987, teori eksternalitas memberikan alternatif penjelasan tentang penyebab kerusakan lingkungan. Industri umumnya tidak memperhatikan kerusakan lingkungan atau dampak dari kegiatan produksi mereka serta limbah yang dibuang ke sungai, erosi tanah, pencemaran udara, dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan, kualitas lingkungan harus dipelihara dengan baik. Untuk memelihara kualitas lingkungan yang baik diperlukan peran dari berbagai pihak salah satunya adalah pemerintah. Peran pemerintah adalah melakukan secara aktif kebijakan pengelolaan kualitas lingkungan, bukan hanya pemerintah yang melakukan pengelolaan limbah tetapi juga industri yang mencemari lingkungan. Industri tersebut harus melakukan peningkatan kualitas lingkungan yang telah dicemari. 12 Peningkatan kulaitas lingkungan tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengelolaan limbah. Salah satu kebijakan untuk pengelolaan limbah adalah dengan internalisasi biaya eksternal. Menurut Fauzi 2004, internalisasi biaya eksternal merupakan upaya untuk menginternalkan dampak yang ditimbulkan dengan cara menyatukan proses pengambilan keputusan dalam suatu unit usaha. Dampak kerusakan eksternal haruslah diinternalisasikan dalam keputusan ekonomi sehingga melalui kebijakan tersebut diharapkan lingkungan dapat terjaga kelestarian dan keberlanjutannya Hufschmidt et al. 1987. Ketika terjadi eksternalitas negatif, biaya privat yaitu biaya yang dihitung oleh pabrik untuk membayar semua faktor produksi yang digunakan menjadi terlalu kecil karena tidak memperhitungkan biaya kerugian masyarakat, akibatnya barang yang dihasilkan oleh pabrik tersebut cenderung menjadi terlalu banyak, mereka tidak memperhitungkan bagaimana dampak pembuangan limbah produksi ke lingkungan yang dirasakan masyarakat lainnya yang menggunakan air sungai atau air tanah Mangkoesubroto 2000. Dalam hal ini perusahaan masih belum menanggung biaya eksternal seperti biaya kesehatan yang ditanggung oleh masyarakat akibat mengkonsumsi air yang telah tercemar.

2.3 Macam Pencemar

Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari adanya limbah atau pencemar tergantung dari kemampuan lingkungan untuk mengasimilasinya daya serap atau daya tampung. Apabila beban limbah buangan melebihi daya serap lingkungan maka limbah tersebut akan tertumpuk dalam tubuh lingkungan. Menurut Suparmoko 2000, limbah terbagi menjadi dua macam yaitu limbah yang sulit atau bahkan tidak dapat diserap oleh lingkungan atau disebut limbah tak terserap stock pollutants, dan ada pula limbah yang mudah diserap oleh lingkungan atau limbah terserap fund pollutants. Limbah tak terserap adalah limbah yang secara biologis sulit untuk diserap oleh lingkungan seperti botol kaca, logam berat, timbal, Bahan Berbahaya Beracun B-3 yang seringkali menumpuk di sekitar sumber limbah tersebut, sedangkan limbah terserap selama tingkat buangan limbahnya tidak melebihi daya tampung atau daya serap lingkungan, maka limbah tersebut tidak akan 13 terakumulasi dalam tubuh lingkungan. Sebagai contoh limbah cair hasil aktivitas produksi suatu industri yang tidak melebihi baku mutu dan daya serap lingkungan. Limbah dapat pula dikelompokan menurut luasnya dampak baik vertikal maupun horisontal. Apabila kerusakan sebagai akibat dari pencemaran berada di sekitar sumber pencemaran tersebut, maka limbah yang bersangkutan disebut sebagai limbah lokal. Jika kerusakan yang ditimbulkan akibat limbah tersebut bersifat jauh lebih luas dari daerah sekitar sumber dampak, maka limbah ini disebut sebagai limbah regional. Sifat lokal dan regional ini tidak harus saling meniadakan satu sama lain, tetapi dapat juga limbah lokal terjadi bersama-sama dengan limbah regional seperti pada saat terjadi kebakaran hutan di Kalimantan yang asapnya menyebar kewilayah luas.

2.4 Industri dan Pencemarannya

Pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan input menjadi keluaran output. Kristanto 2004 mengklasifikasikan industri secara garis besar sebgai berikut: 1 Industri dasar atau hulu Industri hulu memiliki sifat sebagai berikut: padat modal, berskala besar, menggunakan teknologi maju dan teruji. Lokasinya selalu dipilih dekat dengan bahan baku yang mempunyai sumber energi sendiri, dan pada umumnya lokasi ini belum tersentuh pembangunan. Oleh karena itu industri hulu membutuhkan perencanaan yang matang beserta tahapan pembangunan, mulai dari perencanaan sampai operasional. Di sisi lain juga membutuhkan pengaturan tata ruang, rencana pemukiman, pengembangan kehidupan perekonomian, serta pencegahan kerusakan lingkungan. Pembangunan industri ini dapat mengakibatkan perubahan lingkungan, baik dari aspek sosial-ekonomi dan budaya maupun pencemaran. 2 Industri hilir Industri hilir merupakan perpanjangan proses industri hulu. Pada umumnya industri ini mengolah bahan setengah jadi menjadi barang jadi, lokasinya selalu diusahakan dekat pasar, menggunakan teknologi teruji dan padat karya.

Dokumen yang terkait

SARUNG TENUN ATBM (ALAT TENUN BUKAN MESIN) DI DESA WANAREJAN UTARA KABUPATEN PEMALANG KAJIAN ASPEK MOTIF DAN PROSES PRODUKSI

2 18 71

FAKTOR PENYEBAB KELUHAN SUBYEKTIF PADA PUNGGUNG PEKERJA TENUN SARUNG ATBM DI DESA WANAREJAN UTARA PEMALANG

2 15 131

Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat Sekitar Home Industri Sarung Tenun Ikat Terhadap Pencemaran Air Limbah Proses Produksi

4 57 179

Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Willingness to Pay Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah Studi Kasus di Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta Utara

1 10 12

Analisis Willingness To Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Kegiatan Penambangan Batu Gamping (Studi Kasus Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor)

1 15 213

Estimasi Nilai Kerugian dan Willingness to Accept Masyarakat akibat Pencemaran Air Tanah dan Udara di Sekitar Kawasan Industri: Kasus Industri Kabel di Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor

2 7 191

Estimasi Biaya Eksternal dan Willingness to Accept Masyarakat Akibat Pencemaran di Sekitar Kawasan Pabrik Gula Cepiring, Kendal

1 7 93

Biaya Eksternal dan Willingness to Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan

0 8 111

Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Pencemaran Di Sekitar Kawasan Industri Baja (Kelurahan Tegal Ratu, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon).

0 6 101

PERKEMBANGAN INDUSTRI SARUNG TENUN DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DESA BEJI KECAMATAN TAMAN KABUPATEN PEMALANG PADA TAHUN 1998-2012 - repository perpustakaan

0 0 15