Kualitas Pelaksanaan Perizinan Usaha di Kabupaten Solok,

perumusan perda yang menyangkut perizinan usaha. Untuk Kabupaten Solok boleh dikatakan perumusan perda yang dihasilkan serta sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintahan Kabupaten Solok relatif lebih baik dibandingkan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Kukar. Yang paling buruk adalah Kabupaten Kukar. Hal ini konsisten dengan penilaian yang diberikan oleh KPPOD tahun 2005 dalam soal kelembagaan di mana Kabupaten Solok dinilai sangat baik dengan nilai A, sementara Sukoharjo dan Kukar dinilai agak buruk dengan nilai C.

7.4.3. Kualitas Pelaksanaan Perizinan Usaha di Kabupaten Solok,

Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Kukar Setelah sebelumnya diuraikan proses perumusan dan sosialisasi Perda tentang Perizinan, berikut akan dibahas kualitas pelaksanaan perizinan di daerah penelitian. Sebagai informasi awal dapat dijelaskan bahwa perizinan usaha di Kabupaten Solok sudah menggunakan model One Stop Service OSS dengan nama Pos Pelayanan Terpadu yang kemudian sejak 5 Mei 2007 berubah menjadi Kantor Perizinan. Sementara di Kukar dan Sukoharjo urusan perizinan usaha masih ada pada dinas-dinas terkait. Sukoharjo baru merencanakan meng-install OSS pada tengah tahun 2007 ini. Sementara Kukar sama sekali belum ada niatan untuk membuat perizinan dengan sistem OSS. Berikut akan diberikan gambaran umum Proses Pelayanan Perizinan di Kabupaten Solok yang menggunakan Sistem OSS dan di Sukoharjo dan Kukar yang masih diurus oleh dinas-dinas terkait.

7.4.3.1. Pos Pelayanan Umum satu Pintu Plus Kabupaten Solok

Pos Pelayanan Umum satu Pintu Plus itulah nama pelayanan Perizinan dan juga non Perizinan di Kabupaten Solok. Dengan pelayanan tersebut, Kabupaten Solok bisa menjalankan prinsip-prinsip penadbiran baik dan mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya. Keberhasilan tersebut ditunjukkan oleh hal-hal berikut : a Penyederhanaan proses pengurusan perizinan dan non perizinan bagi masyarakat. b Tercipta standarisasi proses perizinan dan non perizinan yang memudahkan unit kerja teknis dan masyarakat pengurus perizinan c Efisiensi SDM dan sarana prasarana dalam pengelolaan perizinan dan non perizinan d Efisiensi waktu pengurusan perizinan dan non perizinan e Efisiensi Biaya Pengurusan Perizinan f Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan perizinan dan non perizinan g Transparansi Waktu h Transparansi Biaya i Transparansi Prosedur Keberhasilan-keberhasilan di Solok tersebut setelah peneliti konfirmasi langsung ke pelaku usaha memang terbukti. Sebagaimana nanti akan ditunjukkan dari hasil tabulasi kuesioner, seluruh responden perusahaan di Solok mengatakan tidak perlu mengeluarkan uang tambahan untuk menyuap petugas. Pembayaran pengurusan izin sesuai dengan yang ada di papan pengumuman dan waktu penyelesaiannya juga tepat, bahkan kadang-kadang lebih cepat. Enam perusahaan yang didatangi untuk konfirmasi langsung terhadap pelayanan di Posyantu plus menyatakan kepuasannya. Berikut petikan komentar salah satu perusahaan yakni C.V Linda Sentosa yang memproduksi rendang di Kabupaten Solok : “Proses perizinan di Kabupaten Solok sudah menunjukkan kemudahan dalam pengurusannya, terbukti sekarang sudah ada pelayanan satu pintu one stop service, waktu pengurusan perizinan usaha ini hanya memerlukan waktu satu minggu. Izin- izin lain seperti izin HO dan SIUP sudah menunjukkan biaya pengurusan yang telah dibakukan. Saya membayar Rp 100 000 izin HO dan untuk SIUP saya membayar Rp 75 000. Pelayanannya cepat dan ramah, ruangannya nyaman ” Apa yang dikatakan oleh Ny. Linda tersebut terbukti benar ketika peneliti datang langsung ke Kantor Perizinan nama saat ini, sebelumnya namanya Posyantu Plus. Prosedur, biaya dan waktu perizinan semua transparans. Peneliti sendiri mempunyai pengalaman yang memuaskan ketika sedang mengurus izin penelitian ini di Kantor Perizinan Pelayanan Satu Pintu Plus. Prosesnya cepat dan memang gratis. Ruangannya juga sangat nyaman dan pelayanannya juga ramah, hampir sama dengan pelayanan di Bank-Bank Swasta yang bagus di Jakarta. Kantor perizinan ini juga membuka kritik luas dari masyarakat dan setiap pengguna pelayanan diberikan kuesioner untuk mengevaluasi pelayanan yang diberikan. Gambaran suasana perizinan di Kabupaten Solok dapat dilihat pada Lampiran 4. 7.4.3.2. Pelayanan Perizinan di Dinas Perindagkop dan Penanaman Modal Kabupaten Sukoharjo Pelayanan perizinan di Sukoharjo masih ditangani oleh dinas-dinas terkait. Misal untuk pelayanan perizinan industri dan perdagangan ditangani oleh dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal. Untuk memberikan gambaran pos pelayanan perizinan di Sukoharjo, peneliti hanya menganalisis Pemberian Izin di Dinas Perindagkop dan Penanaman Modal Sukoharjo. Jenis-jenis Perizinan dan Pendaftaran yang dilaksanakan pada Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal Kabupaten Sukoharjo terdiri dari 2 dua Jenis Perizinan dan 2 dua Jenis Pendaftaran yaitu: 1. Izin Usaha Industri IUI 2. Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP 3. Tanda Daftar Perusahaan TDP 4. Tanda Daftar Gudang TDG Dibandingkan dengan Kabupaten Solok, pelayanan perizinan di Sukoharjo sangat jauh kualitasnya. Prosedur Perizinan memang secara transparans diumumkan di papan pengumuman, tetapi tidak dicantumkan lama waktu dan biayanya, sehingga hal ini menimbulkan peluang untuk penyuapan. Pada hal dalam Perda yang mengatur perizinan di Sukoharjo telah diberikan berapa lama waktu penyelesaian perizinan dan biayanya. Tentu saja ini merupakan bagian dari attitude birokrasi, yang belum mau lebih transparans dan terbuka, apalagi berperilaku lebih helpfull. Sebagaimana nanti akan diuraikan, bahwa pola pelayanan perizinan di Sukoharjo banyak dikeluhkan oleh pengguna pelayanan perusahaan, karena tidak ada kepastian waktu dan biaya. Dan akibatnya, mereka akan menyuap petugas dalam mengurus izin ini. Suasana proses perizinan di Sukoharjo disajikan pada Lampiran 5.

7.4.3.3. Perizinan Usaha Bidang Industri dan Pertambangan di Kabupaten Kutai Kartanegara

Tidak berbeda jauh dengan perizinan usaha di Sukoharjo, perizinan usaha di Kabupaten Kukar juga masih ditangani oleh dinas masing-masing. Untuk perizinan bidang industri ditangani oleh Dinas Perindustrian , Perdagangan dan Koperasi Peridagkop Kabupaten Kukar. Sementara untuk perizinan bidang Pertambangan ditangai oleh Dinas Pertambangan Kabupaten Kukar. Karena Kabupaten Kukar mempunyai potensi tambang yang besar dan luas, maka penjelasan terhadap perizinan usaha di Kukar akan lebih banyak membahas perizinan dibidang pertambangan. Hal ini bukan berarti izin usaha industri tidak penting, tetapi sebagian besar izin industri di Kukar hampir mirip dengan di Kabupaten Sukoharjo. Hanya ada perbedaan sedikit. Prosedur, persyaratan dan tata cara perizinan diumumkan di salah satu papan pengumuman dan juga ada di brosur yang tersedia di Dinas Perindagkop. Biayanya pun di cantumkan . Tetapi lama waktu pengurusan tidak diumumkan. Dengan demikian publik tidak tahu berapa lama standar waktu perizinan yang diurus. Hal ini tentu saja akan memicu peluang penyuapan korupsi. Wawancara kami dengan pengusaha di Kukar sebagaimana akan dibahas nanti mengungkap banyaknya praktek “pemberian uang tambahan “ yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan perizinan bidang industri di Kukar. Suasana pelayanan bidang industri di Kabupaten Kukar dapat dilihat pada Lampiran 6. Perizinan Bidang Pertambangan di Kabupaten Kukar Sebagaimana telah diuraikan bahwa penelitian di Kukar akan memfokuskan perizinan bidang pertambangan, khususnya pertambangan Batu Bara yang sedang marak di Kutai Kartanegara, khususnya dan Kalimantan Timur pada umumnya. Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Kutai Kartanegara adalah salah satu dari 13 Kabupaten dan Kota yang ada di Kalimantan Timur. Daerah ini dikenal sebagai daerah dengan potensi sumber daya alam yang sangat berlimpah, terutama migas dan tambang batu bara. Sehingga tidak mengherankan apabila, kabupaten ini menjadi salah satu kabupaten yang terkaya di Indonesia dan menjadi primadona arus modal masuk, baik lokal, nasional, maupun internasional, untuk melakukan investasi. Intinya, Kabupaten Kutai Kartanegara Kukar adalah ”emas” bagi para investor. Namun, dibutuhkan sebuah pengelolaan aset yang baik terhadap keberadaan sumber daya tersebut, agar supaya dapat menjadi potensi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara merata. Dalam era otonomi daerah saat ini, fenomena yang cukup berkembang dan mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak, adalah pengelolaan potensi bahan galian batu bara, melalui kuasa pertambangan, yang hampir tersebar merata dalam perut bumi Kutai Kartanegara. Dari berbagai opini yang berkembang dimasyarakat, banyak yang menganggap bahwa pengelolaan sumber daya alam dengan sistem Kuasa Pertambangan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, tidak sesuai dengan harapan. Adanya tumpang tindih izin lahan Kuasa Pertambangan, banyaknya pungutan yang tidak sesuai dengan aturan yang ada, masuknya izin kuasa pertambangan di areal Hutan Lindung, besarnya biaya perizinan dan lain sebagainya, dianggap sebagai bagian kegagalan pemerintah kabupaten dalam mengelola sumber daya alam yang ada. Indikasi-indikasi tersebut menyiratkan adanya praktek-praktek kotor dan korupsi dalam pemberian izin pertambangan di Kabupaten Kukar. Acuan Pokok Perizinan Kuasa Pertambangan di Kutai Kartanegara Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 75 tahun 2001, tentang perubahan kedua atas peraturan pemerintah No 32 tahun 1969 tentang pelaksanaan undang- undang No 11 tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan, bahwa setiap usaha pertambangan bahan galian yang termasuk dalam golongan bahan galian strategis dan golongan bahan galian vital, baru dapat dilaksanakan apabila terlebih dahulu telah mendapatkan Kuasa Pertambangan. Dalam Peraturan Pemerintah No 75 tahun 2001, dituliskan bahwa Kuasa Pertambangan dapat berupa; Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum, Kuasa Pertambangan Eksplorasi, Kuasa Pertambangan Eksploitasi, Kuasa Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian dan Kuasa Pertambangan Pengangkutan dan Penjualan. Berdasarkan pada tahapan-tahapan tersebut, diatur pula bahwa izin Kuasa Pertambangan tersebut dapat diberikan oleh Menteri, Gubernur dan WalikotaBupati, sehingga untuk wilayah Kuasa Pertambangan di Kabupaten Kutai Kartanegara, maka yang berhak untuk memberikan izin Kuasa Pertambangan adalah Bupati. Selain mengacu pada aturan secara nasional, dalam otonomi daerah seperti saat ini, pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara juga telah membuat sebuah regulasi, dalam bentuk Peraturan Daerah Perda. Perda yang mengatur tentang pengelolaan aset sumber daya alam adalah Perda No 2 tahun 2001 tentang Izin Pertambangan Umum Daerah. Sedangkan mekanisme aturannya didasarkan pada Surat Keputusan Bupati No. 180.188HK-2512001, tertanggal 21 April 2001, tentang Pelaksanaan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Pertambangan Umum di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara. Surat Keputusan ini mengatur banyak hal tentang perizinan Kuasa Pertambangan, baik tahapan izin Kuasa Pertambangan, sampai pada ketentuan iuran dan retribusi yang harus di bayarkan oleh pemohon izin Kuasa Pertambangan. Proses Perizinan Kuasa Pertambangan. Berdasarkan Lampiran SK Bupati No. 180.188HK-2512001, tahapan bentuk perizinan operasional pertambangan umum adalah sebagai berikut: 1. Surat Keterangan Izin Peninjauan SKIP. 2. Surat Izin Bekerja. 3. KP Penyelidikan Umum. 4. Perpanjangan KP Penyelidikan Umum. 5. KP Eksplorasi. 6. Perpanjangan KP Eksplorasi 7. KP Eksploitasi. 8. Perpanjangan KP Eksploitasi. 9. KP Pengolahan dan Pemurnian. 10. Perpanjangan KP Pengolahan dan Pemurnian. 11. KP Pengangkutan dan Penjualan. 12. Perpanjangan KP Pengangkutan dan Penjualan. 13. Ralat Batas dan Luas Wilayah Kuasa Pertambangan. 14. Pengakhiran Kuasa Pertambangan. 15. Pemindahan Kuasa Pertambangan. Mencermati aturan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi, sebenarnya, mengurus proses perizinan Kuasa Pertambangan bukanlah sesuatu yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun pada kenyataannya, diakui oleh banyak pihak, proses ini bisa berjalan sampai berbulan-bulan untuk satu tahap proses perizinan saja. Semua tergantung pemohonnya, karena ada banyak cara yang bisa dilakukan, termasuk di dalamnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Proses pemberian izin pertambangan ini banyak yang melanggar aturan dan tidak transparans. Dalam proses perizinan Kuasa Pertambangan ini, akan dicermati dua hal. Pertama, adalah jenis perizinan Kuasa Pertambangan dan ke-dua, adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan pengusaha dalam proses perizinan Kuasa Pertambangan. Kelompok Usaha dan Jenis Perizinan Kuasa Pertambangan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Kalimantan Timur tahun 2006, di Kutai Kartanegara, terdapat 347 perusahaan yang telah memperoleh izin Kuasa Pertambangan KP, dengan keseluruhan luas areal konsesi sebesar 572 751.42 ha. Melihat data tersebut, proses perizinan Kuasa Pertambangan, dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama, adalah perusahaan yang telah mengantongi izin Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum, Kelompok ke-dua, adalah perusahaan yang telah mengantongi izin Kuasa Pertambangan Eksplorasi dan kelompok ke-tiga, adalah perusahaan yang telah mengantongi Izin Kuasa Pertambangan Eksploitasi. Perbandingan jumlah ketiga perizinan tersebut bisa dilihat dalam Tabel 27 berikut ini: Tabel 27. Persebaran Jumlah Perizinan Menurut Jenis Perizinan Kuasa Pertambangan KP di Kaltim No Status Perizinan Jumlah Perusahaan Luas Konsesi ha 1 Izin KP Penyelidikan Umum 108 267 222.47 2 Izin KP Eksplorasi 169 263 338.85 3 Izin KP Eksploitasi 70 42 190.40 Jumlah 347 572751.72 Tabel: diolah dari data Dinas Pertambangan dan Energi Kaltim, tahun 2006 Namun, sampai pada bulan Juni tahun 2007, masih ada beberapa perusahaan dengan kepemilikan tiga jenis perizinan diatas yang belum tertulis dalam data yang dimiliki oleh dinas pertambangan propinsi. Beberapa diantaranya diberikan pada Tabel 28 berikut: Tabel 28. Beberapa Perusahaan yang Memiliki Izin Kuasa Pertambangan KP No Nama Perusahaan Status Perizinan 1 PT. Sadan Kaltim Mining KP Penyelidikan Umum 2 CV. Studio Banggeris KP Penyelidikan Umum 3 PT. Mulya Group KP Penyelidikan Umum 4 PT. Thies KP Penyelidikan Umum 5 PT. Sumalindo Lestari Jaya KP Penyelidikan Umum 6 Cipta Kridatama KP Eksplorasi 7 RPP KP Eksplorasi 8 Hutama Karya KP Eksplorasi 9 Surveyor CCI KP Eksplorasi 10 Indominco KP Eksploitasi 11 Lama Haritan KP Eksploitasi 12 PT. Leithon Indonesia Trevor Howie KP Eksploitasi Tabel: diolah dari berbagi macam sumber, sampai Juni 2007 Meskipun proses perizinan Kuasa Pertambangan melalui beberapa tahap dengan kriteria luas areal konsesi, namun menurut Kepala Sub Bagian Pelayanan Usaha, Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Kutai Kartanegara, pemberian Izin Kuasa Pertambangan terhadap sebuah perusahan di dasari pada tiga kriteria jenis usaha. Pertama adalah perusahaan Perseroan Terbatas PT dengan luas areal konsesi antara 250 sampai dengan 5.000 Ha. Kedua, adalah perusahaan CV dengan luas areal konsesi berkisar 50 sampai dengan 250 Ha. Ketiga, adalah Koperasi dengan luas areal konsesi berkisar 30 sampai dengan 100 Ha. Tabel 29. Jumlah Izin Kuasa Pertambangan KP Menurut Jenis Usaha di Kaltim Tahun 2006 Jumlah Izin KP No Jenis Usaha KP PU KP Eksplorasi KP Eksploitasi Luas Areal KP Ha 1 Koperasi - 18 28 3 836. 68 2 CV 21 71 22 14 735.44 3 PT 87 80 20 554 179.60 Jumlah 108 169 70 572751.72 Tabel: Diolah dari Data Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Kalimantan Timur, 2006 Koperasi Wanita Sekar Wangi tidak memiliki luasan areal konsesi. CV. Brian Utama tidak memiliki luasan areal konsesi. Berdasarkan klasifikasi tiga kriteria perusahaan atau jenis usaha Kuasa Pertambangan dan data Dinas Pertambangan dan Energi propinsi Kalimantan Timur tahun 2006 tersebut, maka luas konsesi areal, jumlah dan izin Kuasa Pertambangan dari tiga kriteria tersebut dapat dilihat dengan rinci pada Tabel 29. Dalam aturan perizinannya, perusahaan dengan kriteria PT akan melalui tahapan perizinan, mulai dari pemberian Surat Keterangan Izin Peninjauan SKIP, Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum PU, Kuasa Pertambangan Eksplorasi, Kuasa Pertambangan Eksploitasi, dan Kuasa Pertambangan Pengangkutan dan Penjualan. Perusahaan dengan kriteria CV akan melalui tahapan perizinan seperti pada perusahaan dengan kriteria PT, namun tanpa ada SKIP. Sedangkan, bagi Koperasi, tahapan perizinannya hanya melalui tiga tahapan, dengan terlebih dahulu melalui survei atau pengamatan fisik areal yang dimaksudkan, yaitu izin Kuasa Pertambangan Eksplorasi, izin Kuasa Pertambangan Eksploitasi, dan izin Kuasa Pertambangan pengangkutan dan penjualan. Penentuan adanya tidak SKIP atau KP Penyelidikan Umum, bukan didasari oleh luasnya areal konsesi yang dimiliki oleh sebuah perusahaan, melainkan lebih ditekankan pada status jenis usahanya, seperti PT, CV dan Koperasi. Permasalahannya, dalam prosedur Jenis Perizinan KP, tidak dijelaskan tentang klasifikasi jenis usaha, melainkan dengan klasifikasi Kuasa Pertambangan dan Pertambangan Skala Kecil PSK yang luas areal konsesinya kurang atau sama dengan 100 Ha. Sehingga, sebuah PT bisa saja masuk dalam klasifikasi Pertambangan Skala Kecil, seperti misalnya; PT. Batuah Bara Mitra yang hanya memiliki areal KP Eksplorasi seluas 90 Ha. Prosedur Perizinan Kuasa Pertambangan. Dalam wawancara dengan Kepala Sub Bidang Pelayanan Usaha Dinas Pertambangan dan Energi Kutai Kartanegara dikatakan bahwa yang membedakan tahap proses perizinan antara perusahaan dengan izin pertambangan skala besar dan skala kecil adalah tidak adanya proses SKIP dan Peninjauan Umum bagi izin pertambangan skala kecil, contohnya Koperasi. Namun, diakui oleh Kepala Sub Pengawasan di instansi yang sama, bahwa proses SKIP wajib dilalui oleh setiap perusahaan yang mengajukan Izin Kuasa Pertambangan. Perlu diketahui bahwa SKIP bukan merupakan Izin Kuasa Pertambangan, melainkan aktifitas survei awal atau orientasi lapangan. Berdasarkan edaran kantor Dinas Pertambangan dan Energi, untuk Kuasa Pertambangan dengan luasan areal kurang atau sama dengan 100 ha, maka proses perizinannya tidak melalui perizinan Penyelidikan Umum PU. Sedangkan untuk perusahaan Kuasa Pertambangan dengan luasan areal konsesi lebih dari 100 ha, maka akan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : Secara umum, proses perizinan dapat dibagi ke dalam dua tahapan besar. Pertama, tahap pra perizinan dan kedua, tahap perizinan. Tahap Pra Perizinan Kuasa Pertambangan. Dalam masa tahap pra-perizinan, setiap jenis usaha, baik perorangan, koperasi, CV dan PT, yang akan mengajukan izin Kuasa Pertambangan harus memiliki peta lokasi. Setelah memiliki peta lokasi, dilakukan chek site terhadap deposit kandungan bahan galian batubara yang ada dalam peta tersebut. Selain itu, pengecekan awal ini juga diharapkan bisa menjadi acuan mengenai status lahan yang akan diajukan izin Kuasa Pertambangannya, untuk menghindari terjadinya tumpang tindih lahan. Hal-hal yang harus disiapkan oleh semua jenis usaha dalam tahapan ini adalah badan hukum perusahaan dan dukungan dari masyarakat dan disposisi dari bupati. Meskipun masih dalam tahap penjajakan, para pemilik jenis usaha, sudah harus menyiapkan strategi untuk menggolkan proses selanjutnya. Langkah- langkah yang dilakukan oleh para pengusaha, menurut seorang informan 10 , yang terpenting dalam tahapan ini adalah mencari kontak atau kedekatan dengan orang-orang yang berada di sekitar pemberi izin kuasa pertambangan. Upaya ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penyangkalan terhadap potensi yang sudah ditemukan. Dengan begitu, diharapkan akan lebih mempermudah segala 10 Informan ini merupakan salah satu pengusaha KP aktif yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara. Beberapa kali dia telah menggolkan izin pertambangan beberapa perusahaan. Dia juga merupakan salah satu pemilik KP yang terdaftar sebagai pemegang izin Kuasa Pertambangan Eksplorasi pada data Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Kalimantan Timur, tahun 2006. Namun, dia baru mengetahui status izin KP perusahaannya tersebut setelah disodori daftar izin kuasa pertambangan yang berada dalam wilayah kabupaten Kutai Kartanegara. urusan perizinan yang akan dilakukan kedepannya. Selanjutnya, pengusaha mengajukan aplikasi untuk memperoleh Surat Keterangan Izin Peninjauan SKIP dari Bupati. SKIP bukan merupakan Kuasa Pertambangan atau Surat Izin Pertambangan Daerah SIPD, seperti yang sudah diatur dalam peraturan daerah dan Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara. SKIP KP Penyelidikan Umum Pengumuman Setempat KP Eksplorasi Peninjauan Lapangan Presentase KP Eksploitasi KP Pengolahan dan Pemurnian KP Pengangkutan dan Penjualan Gambar 12. Urutan Perizinan Kuasa Pertambanga Catatan: Dalam pertambangan Batu Bara, tahapan Pengelolaan dan Pemurnian tidak dilakukan, karena tahapan ini hanya ada pada pertambangan bahan mineral logam. Tahap Perizinan Kuasa Pertambangan Setelah keluarnya SKIP, yang diberikan untuk jangka waktu dua bulan, dimulailah aktifitas awal untuk memperoleh Izin Kuasa Pertambangan. Aktifitas-aktifitas yang dilakukan dengan keluarnya SKIP antara lain mengambil contoh batubara yang tersingkap, melakukan pengeboran dangkal, dan melakukan pemetaan atau peninjauan fisik sesuai koordinat yang dilampirkan dalam SKIP. Setelah berakhirnya SKIP, pihak yang bersangkutan harus memberikan laporan tentang hasil peninjauan beserta permohonan lokasi kuasa pertambangan kepada Bupati cq. Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Kutai Kartanegara. Apabila dalam jangka waktu tujuh hari setelah berakhirnya SKIP, tidak ada laporan dan permohonan Kuasa Pertambangan, maka tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pemegang SKIP, lokasi peninjauan menjadi kosong kembali dan dapat diberikan kepada pihak lain. Dalam proses SKIP ini, pihak pengusaha sudah mengeluarkan biaya yang cukup besar. Setelah proses SKIP berakhir dan dianggap telah memenuhi syarat, selanjutnya masuk pada tahap memperoleh izin usaha Kuasa Pertambangan. Berikut salah satu contoh prosedur pengurusan izin Usaha KP Eksploitasi . Izin usaha pertambangan KP Eksploitasi adalah izin kuasa pertambangan untuk melakukan usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan galian dan manfaatnya. Izin Kuasa Pertambangan Eksploitasi ini, pemegang izin juga dibagi atas dua, berdasarkan luas areal konsesi yang dimilikinya, namun dalam proses perizinannya tidak memiliki perbedaan. Berikut ini adalah mekanisme proses perizinan KP Eksploitasi. Adapun mekanisme proses perizinan KP Eksploitasi dan Pertambangan adalah sebagai berikut: Tidak Setuju Tidak Setuju Pemohon Bupati cq. Dinas Pertambangan dan Energi Evaluasi persyaratan administrasi Izin prinsip bupati Izin diterbitkan UPIPWP Ditolak Izin tidak diproses Setuju Pengumuman setempatBAP Gambar 13. Mekanisme Proses Perizinan KP Eksploitasi dan Pertambangan Sisi ”Gelap” Perizinan Kuasa Pertambangan . Menurut seorang informan 11 , dalam proses perizinan, ada dua jenis motivasi pihak dalam pengurusan Izin Kuasa Pertambangan. Pertama, adalah pihak yang termotivasi untuk mencari izin saja tanpa modal usaha yang jelas. Menurutnya, pihak ini mengurus izin Kuasa Pertambangan untuk kemudian dijual kembali kepada pihak lain yang memiliki modal yang besar, namun diketahui belum memiliki data atau informasi tentang areal konsesi yang memiliki kandungan deposit batu bara yang menguntungkan secara ekonomis 12 . Kedua, adalah pihak profesional. Pihak ini mengajukan permohonan izin Kuasa Pertambangan, dengan dorongan untuk melakukan aktifitas sampai pada tahap penjualan hasil produksi. Mereka adalah pengusaha-pengusaha yang memang memiliki modal yang cukup besar. Munculnya pihak yang hanya mengurus perizinan untuk diperjualbelikan atau para ”mafia-mafia” perizinan KP disebabkan oleh besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk tahapan perizinan selanjutnya. Menurut beberapa informan studi kasus ini, apa yang diperjualbelikan oleh para ”mafia” ini adalah data-data tentang peta kawasan, besarnya deposit, kualitas kalori batu bara dan lain-lain. Dalam proses perizinan KP, proses yang mereka jalani hanya sampai pada tahap KP Penyelidikan Umum PU. Besarnya harga jual data dan informasi 13 , termasuk pengalihan kuasa perizinan KP kepada pihak lain yang menginginkan, sangat tergantung kepada luasnya areal yang ada. Menurut pengalaman seorang informan, luas areal konsesi 1.000 sampai dengan 3.000 ha, yang diyakini memiliki nilai ekonomis yang cukup besar, bisa mencapai harga 7 milyar rupiah. Sedangkan, untuk areal pertambangan dengan skala kecil, bisa mencapai harga 2 sampai 3 milyar rupiah. Meskipun telah diatur sedemikian rupa berdasarkan Peraturan Daerah dan surat Keputusan Bupati, namun proses perizinan masih menjadi dunia para 11 Informan merupakan seorang konsultan, pengusaha dan mahasiswa pasca sarjana Universitas Mulawarman, program Ilmu Lingkungan, dan sedang merancang penulisan thesis tentang kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam. Wawancara berlangsung di kantornya, pada tanggal 9 Juni 2007, di sebuah ruko kawasan pusat perbelanjaan Mall Lembuswana Samarinda. 12 Lihat berita di Harian Umum Pos Kota Kaltim tgl 13 April, 2007 13 Data yang dijual harus merupakan data yang menghampiri kebenaran. Artinya, kedua belah pihak akan melakukan survey lapangan secara bersama-sama, untuk membuktikan kebenaran data laporan, sebelum kesepakatan pengalihan take over disetujui. ”mafia” pertambangan. Kuatnya faktor kedekatan dengan pihak-pihak yang memiliki pengaruh terhadap kebijakan telah menjadi ”syarat” yang harus dimiliki dalam proses perizinan. Tidak mengherankan jika dalam studi kasus ini, ditemukan juga izin Kuasa Pertambangan, yang diduga kuat, adalah milik keluarga pejabat pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara 14 . Selain pejabat-pejabat dalam pemerintahan kabupaten, ada juga beberapa pejabat legislatif Kabupaten Kukar yang diduga, memiliki atau menjadi kontraktor pelaksana izin Kuasa Pertambangan sebuah Koperasi Unit Desa atau perusahaan. Data ini diungkapkan oleh informan yang pada awalnya menjalin sebuah kemitraan dengan perjabat bersangkutan, namun dalam prosesnya dia tidak dilibatkan lagi tanpa mendapat apa-apa atau ganti rugi terhadap dana yang sudah diinvestasikannya 15 . Selain faktor kedekatan dengan pejabat pemerintahan daerah, ada juga beberapa pengusaha Kuasa Pertambangan yang diduga kuat mendapatkan ”bekingan” oknum Jendral dan dukungan modal dari seorang pengusaha nasional di Jakarta. Menurut informan, perusahaan-perusahaan yang diduga kuat mendapatkan dukungan tersebut antara lain adalah PT. Kutai Energi, PT. Adi Mitra dan PT. Indo Mining 16 . Ketiga perusahaan ini adalah perusahaan yang mendapatkan izin Kuasa Pertambangan dan masih dalam sengketa lahan dengan PT. Nusa Mineral yang mengantongi izin PKP2B. 14 Misalnya pemilik Kuasa Pertambangan PT. Latahzan di Kecamatan Tenggarong Seberang, yang menurut beberapa sumber, merupakan milik dari ibu Kepala Dinas Pertambangan dan Energi. Contoh lain adalah izin Kuasa Pertambangan miliki PT. Kutai Energi, di Kecamatan Muara Jawa, desa Teluk Dalam. Seorang informan mengatakan bahwa ada indikasi kuat jika proses perizinan perusahaan tersebut mengatasnamakan salah satu anak bupati Kutai Kartanegara. Kemudian Izin Eksplorasi seluas 2023 ha di Muara Muntai Muara WIS untuk P.T. Citra Karya Utama yang menurut salah seorang informan perusahaan tersebut milik salah satu pejabat di Kukar yang dekat dengan Bupati. 15 Menurut pengakuan informan, dia sudah menghabiskan dana sebesar 3 milyar rupiah untuk membantu KUD Wijaya Kusuma di Kec. Sebulu. Anggota legislatif yang diduga kuat terlibat atau memiliki hubungan kerjasama dengan pemilik izin Kuasa Pertambangan adalah bapak Made Sarwa dan bapak Setia Budi. 16 Menurut informan, meskipun izin KP merupakan wewenang bupati sebagai kepala daerah di tingkat Kabupaten, namun, akan lebih mudah dalam proses perizinan jika si pemohon memiliki kedekatan atau mendapatkan dukungan modal dari oknum jendral atau pengusaha besar nasional. Salah satu jendral dan pengusaha nasional yang diduga kuat memiliki pengaruh besar dalam proses percepatan izin Kuasa Pertambangan di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah Luhut Pandjaitan, mantan Wakapolri Adang Dorojatun dan Prayogo Pangestu. Selain itu, salah satu bentuk persaingan para pengusaha KP untuk mendapatkan pengaruh dalam memperlancar proses perizinan KP adalah dengan metode lobby dan pendekatan ini. Demi memenangkan kepentingan untuk mendapatkan izin kuasa pertambangan biasanya, selain memiliki kedekatan dengan kalangan pejabat, baik pusat maupun daerah, setiap perusahaan yang ingin mengajukan perizinan, juga harus memiliki dukungan dari organisasi-organisasi primordial kesukuan masyarakat lokal yang ada. Dukungan ini bisa berbentuk pengerahan massa atau pengumpulan tanda tangan dukungan untuk mendesak pihak-pihak lain yang dianggap menghambat proses perizinan yang sedang berjalan. Sementara itu dari sisi biaya, perizinan KP di Kukar tidak transparans sama sekali. Menurut pegakuan seorang pengusaha Kuasa Pertambangan, dalam pengurusan izin Kuasa Pertambangan, mulai dari proses pengajuan sampai pada izin eksplorasi, pihak pemohon perusahaan akan mengeluarkan biaya pengurusan izin sampai milyaran rupiah. Menurutnya, memang ada pembayaran yang sudah diatur sesuai dengan peraturan yang ada di pemerintah, namun setiap pengusul harus mengeluarkan juga biaya entertainment kepada pejabat agar segala urusan bisa menjadi lancar. Biaya inilah yang biasanya membuat biaya yang sewajarnya menjadi sangat tidak wajar high cost. Menurut seorang informan yang memiliki pengalaman dalam proses perizinan KP di Kabupaten Kutai Kartanegara, mengatakan bahwa; ” besarnya biaya dalam proses perizinan ditentukan oleh proses negosiasi awal pengurusannya. Biaya-biaya tidak resmi atau siluman ada di semua tahapan dalam pengurusan izin Kuasa Pertambangan”. Dia mencontohkan bahwa dalam proses keluarnya SKIP Surat Keterangan Izin Peninjauan saja, seseorang sudah harus mengeluarkan dana yang cukup besar. Dana ini berkisar 10 sampai 20 juta rupiah. Biaya ini belum termasuk dalam tahap izin Kuasa Pertambangan. Setelah masuk ke dalam tahap izin KP, dimulailah tahapan negosiasi-negosiasi 17 . Tahapan inilah yang dianggap, oleh banyak pihak, sangat menentukan berhasil tidaknya memperoleh izin Kuasa Pertambangan. 17 Informan mencontohkan bahwa untuk jenis pertambangan skala kecil saja, seorang pengusaha, ada yang berani, menegosiasikan pemberian fee sebesar 1 sampai dengan 2 dollar Amerika untuk setiap ton hasil produksinya kepada pihak yang pemberi izin Kuasa Pertambangan. Jika mengacu pada Peraturan Daerah No. 2 tahun 2001 dan SK Bupati No. 180.188HK-2512001, mengenai biaya-biaya yang harus diselesaikan oleh pihak pemohon izin KP, maka angka milyaran rupiah, dalam proses perizinan, merupakan angka yang sangat fantastis. Tabel 30 memuat biaya administrasi resmi yang harus dibayarkan oleh pemohon Kuasa Pertambangan mulai dari tahap Penyelidikan Umum sampai tahap Eksploitasi: Tabel 30. Biaya Administrasi Resmi yang Harus Dibayarkan oleh Pemohon Kuasa Pertambangan Luas Ha Biaya KP Penyelidikan Umum Rp Biaya KP Eksplorasi Rp Biaya KP Eksploitasi Rp Biaya KP Pengolahan dan Pemurnian Rp Biaya KP Pengangkutan Rp Biaya KP Penjualan Rp 1000 500 000 750 000 1 000 000 500 000 500 000 750 000 1001- 2000 750 000 1 000 000 1 500 000 750 000 750 000 1 000 000 2001- 3000 1 000 000 1 250 000 2 000 000 1 000 000 1 000 000 1 250 000 3001- 4000 1 250 000 1 500 000 2 500 000 1 250 000 1 250 000 1 500 000 4001- 5000 1 500 000 2 000 000 3 000 000 1 500 000 1 500 000 2 000 000 Tabel: Dikutip dan diolah dari lampiran Peraturan Daerah No. 2 tahun 2001, Dinas Pertambangan dan Energi Kukar, 2002. Menanggapi soal pembiayaan dalam proses perizinan, pihak Dinas Pertambangan, melalui Kepala Bidang Pelayanan Usaha, mengatakan bahwa: ”Memang benar dalam setiap tahap perizinan, setiap pemohon akan membayarkan iuran atau pembayaran lain biaya-biaya lain, namun semua itu sudah diatur dalam Surat Keputusan Bupati. Cuma saya tidak hafal berapa besaran dalam setiap tahapannya, tapi itu ada diatur disana. Yang saya ingat cuma retribusi yang harus dibayar oleh setiap perusahaan pemegang KP sebesar ½ dollar Amerika, setiap ton hasil produksinya”. Menurut pengakuan informan lain, selain membayar retribusi per ton dari hasil produksi perusahaan kepada kas daerah 18 , biasanya, pengusaha pemegang izin Kuasa Pertambangan, juga menyetorkan 1 dollar Amerika setiap ton hasil produksinya kepada bupati. Setoran ini merupakan setoran kompensasi atas 18 Mengacu pada SK Bupati No. 180.188HK-2512001 tertanggal 21 April 2001, pasal 73 ayat 1 dituliskan ”pungutan pembangunan daerah adalah pungutan yang wajib dibayar pemegang IUP untuk pembangunan daerah sebesar US 0.50ton lima puluh sen US dollar per ton dari hasil produksi”. dikeluarkannya surat izin Kuasa Pertambangan mereka dan telah disepakati pada tahap negosiasi proses perizinan. Motif lain dari kompensasi ini adalah kepemilikan beberapa persen saham perusahaan kepada Bupati. Jika motif kedua ini dipilih sebagai imbalan oleh pemegang izin dalam tahap negosiasi awal, maka penyetoran 1 dollar per ton hasil produksi kepada pemberi izin, tidak berlaku lagi 19 . Para pemegang izin Kuasa Pertambangan juga mengakui adanya pembiayaan diluar dari biaya resmi lainnya. Biaya-biaya ini disebut biaya entertain. Biaya entertain diakui telah menggelembungkan biaya proses perizinan Kuasa Pertambangan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Menurut salah seorang pengusaha pemilik izin Kuasa Pertambangan; ”...biaya ini dibayarkan hampir kepada semua struktur birokrasi pada instansi terkait dinas pertambangan, mulai dari pegawai dengan level yang terendah, yang bertugas hanya untuk memantau kehadiran kepala bagian atau kepala dinas untuk memastikan ada tidaknya mereka di kantor menjadi mata-mata calon pegusaha Kuasa Pertambangan, sampai pada kepala bagian atau kepala dinas sendiri”. Dana ini diluar dari biaya di lapangan, misalnya biaya untuk mereka yang membantu untuk memperoleh dukungan dari masyarakat dan disposisi dari Kepala Daerah Bupati. Intinya bahwa semua membutuhkan kedekatan dengan pihak kekuasaan atau orang ”dalam” yang dapat mempengaruhi pengambilan kebijakan. Selain biaya-biaya di atas, masih dalam proses perizinan, dalam Surat Keputusan Bupati diatas, juga terdapat pembiayaan seperti pada pasal 66 tentang biaya Jasa Penelusuran Informasi, Pencadangan Wilayah dan Kompensasi Informasi Data yang melalui Daftar Rencana Kerja Unit Pelayanan Informasi dan Pencadangan Wilayah Pertambangan DRK-UPIPWP. Besarnya biaya UPIPWP ini diatur dalam lampiran 11 SK Bupati dengan rincian sebagai termuat dalam Tabel 31 berikut: 19 Hasil wawancara dengan beberapa pihak, pada tanggal 3 dan 4 Juni 2006, yang mengetahui dan memiliki pengalaman dalam perizinan Kuasa Pertambangan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Tabel 31. Besarnya Biaya untuk Unit Pelayanan Informasi dan Pencadangan Wilayah Pertambangan UPIPWP di Kabupaten Kukar No Kegiatan Keterangan Biaya Rp 1 Penelusuran Informasi -. Wilayah Bebas Untuk 15 Menit -. Tarif Kelebihan waktu setiap 5 menit 150.000 75.000 2 Pencadangan Pemblokiran Wilayah -. 100 Ha. -. 100 sd 1.000 Ha. -. 1.000 sd 5.000 Ha. -. 5.000 sd 10.000 Ha. -. 10.000 sd 20.000 Ha. -. 20.000 sd 30.000 Ha. -. 30.000 sd 40.000 Ha. -. 40.000 sd 50.000 Ha. 7.500.000 10.000.000 15.000.000 17.500.000 20.000.000 22.500.000 25.000.000 27.000.000 3 Percetakan Peta -. Ukuran A0 -. Ukuran A1 -. Ukuran A3 -. Ukuran A4 4.000.000 2.000.000 1.000.000 500.000 4 Percetakan Peta Lampiran SKIP Percetakan Peta Lampiran IUP -. Ukuran A4 -. Tarif blok lokasi -. Khusus PSK dan Perorangan 500.000 2.000.000 1.000.000 Tabel: Dikutip dan diolah dari lampiran Peraturan Daerah No. 2 tahun 2001, Dinas Pertambangan dan Energi Kukar, 2002. Pengurusan UPIPWP adalah dalam tahapan perizinan Kuasa Pertambangan, mulai dari Kuasa Pertambangan KP penyelidikan Umum, sampai pada KP Eksploitasi, baik untuk KP skala besar maupun untuk yang skala kecil. Sedangkan, pada pasal 75, ayat 3 dituliskan juga bahwa Hasil Produksi Batu Bara atau bagian pemerintah sebesar 13.5 termasuk didalamnya iuran eksploitasieksplorasi produksi. Hasil produksi batu bara atau bagian pemerintah ini dibayar dalam bentuk mata uang US Dollar Amerika Serikat. Sehingga, selain harus membayar iuran pembangunan daerah sebesar ½ dollar AS per ton hasil produksi, pengusaha juga wajib menyetor 13.5 hasil produksi yang mana di dalamnya termasuk iuran eksploitasi dan eksplorasi. Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik benang merah tentang proses dan mekanisme perizinan KP yang ada di Kab. Kutai Kartanegara. Pertama, kuatnya faktor kedekatan dengan pemegang kebijakan dalam proses perizinan Kuasa Pertambangan, menjadi peluang besar munculnya mafia-mafia perizinan. Ke- dua, kuatnya otoritas Kepala Daerah dalam penentuan izin Kuasa Pertambangan, mendorong upaya negosiasi tertutup dan tidak transparans. Ke-tiga, panjangnya jalur birokrasi dalam proses perizinan membuka ruang-ruang penyelewengan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di hampir semua tingkatan birokrasi yang ada. Ke-empat, banyaknya pos retribusi dan iuran mengakibatkan terjadinya biaya tinggi high cost dalam proses perizinan.

7.4.4. Persepsi Pengusaha terhadap Proses Perizinan