Data Sekunder Data Primer

penelitian yang budaya feodalistiknya kuat yakni daerah Sukoharjo dan daerah yang budaya feodalitisknya rendah egaliter yakni Kabupaten Solok dengan budaya Minangkabau-nya. Sikap birokrat diukur dengan penilaian responden terhadap pelayanan perizinan oleh birokrasi Pemda.

4.3. Data dan Prosedur Memperolehnya

Persoalan utama yang sering dihadapi dalam melakukan kajian tentang korupsi adalah bagaimana memperoleh data yang reliable. Walaupun sejumlah pertanyaan dalam kuesioner telah disusun dengan hati-hati, tetapi bisa saja responden menolak menjawab atau menolak menjawab dengan jujur. Hal ini disebabkan karena sifat dari korupsi itu sendiri yang bersifat rahasia secretive. Pada umumnya, pengumpulan data melalui survei dengan kuesioner, sering menggunakan beberapa trik antara lain tidak meletakkan pertanyaan yang berhubungan dengan korupsi pada bagian awal dari suatu kuesioner, tetapi biasanya diletakkan setelah wawancara berjalan sekitar setengah dari waktu yang diperkirakan Kuncoro, 2002. Hal ini dilakukan agar rasa percaya trust responden terhadap pewawancara tumbuh seiring dengan berjalannya wawancara, sebelum pertanyaan yang krusial tentang korupsi diajukan. Trik lain yang digunakan adalah menyusun pertanyaan yang sifatnya tidak langsung. Dalam hal ini diperlukan usaha yang maksimum dan untuk memastikan data yang diperoleh reliable, beberapa pertanyaan perlu diajukan untuk memeriksa konsistensinya. Berikut akan diuraikan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini serta bagaimana memperolehnya. Secara umum jenis data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder terutama digunakan dalam analisis indikasi-indikasi awal dan bersifat makro dalam menelaah kaitan antara korupsi dengan faktor ekonomi politik dan budaya dengan menggunakan metode sebagaimana diuraikan pada sub bab 4.1. Sedangkan data primer diperoleh melalui survei lapangan.

4.3.1. Data Sekunder

Data sekunder yang akan digunakan untuk menganalisis kaitan antara korupsi dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya berasal dari data hasil survei KPPOD tentang daya saing investasi KabupatenKota dari tahun 2005 dan data-data dari DEPKEU, 2005. Data dari KPPOD tahun 2005 yang merupakan hasil survei daya saing investasi KabupatenKota di Indonesia mencakup 228 daerah KabupatenKota di Indonesia dan mewawancarai lebih dari 8000 perusahaan kecil menengah dan besar. Data KPPOD ini mencakup informasi persepsi dunia usaha tentang kondisi sosial, ekonomi, politik, keamanan, budaya, infrastruktur dan tenaga kerja. Lebih rinci informasi yang terkandung dalam data ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.3.2. Data Primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil survei yang dilakukan di tiga daerah penelitian terpilih yaitu di Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah, Kabupaten Solok Sumatera Barat dan Kabupaten Kutai Kartanegara Kaltim. Survei dilakukan pada bulan Maret – Juni 2007. Ada dua kelompok survei yang dilakukan di setiap lokasi penelitian yaitu survei ke perusahaan dengan menggunakan kuesioner dan survei ke masyarakat, Pemda, LSM, Aspekindo Asosiasi Pengusaha Kontruksi Indonesia di masing- masing daerah serta kelompok kepentingan lain yang dijadikan sebagai informan. Banyaknya perusahaan yang dijadikan sample penelitian ini sebanyak 90 perusahaan dengan rincian 30 perusahaan di setiap kabupaten. Pemilihan sample dilakukan secara purposive sampling dari kerangka sampale sample frame yang diperoleh dari data KPPOD dan data dari koordinator lokal survei ini. Wawancara untuk mengisi kuesioner dilakukan dengan menawarkan lebih dulu apakah perusahaan bersedia menjadi responden atau tidak. Jika bersedia, akan dilakukan wawancara dan jika tidak akan dicari daftar perusahaan lainnya. Survei ini dibantu oleh 5-10 surveyor di setiap daerah. Di antara 30 perusahaan di setiap daerah yang diwawancarai tersebut, ada 2 perusahaan di Sukoharjo, 6 perusahaan di Solok, dan 3 perusahaan di Kukar yang diwawancara secara mendalam oleh peneliti untuk cross check pengisian kuesioner sekaligus dilakukan pendalaman terhadap beberapa aspek, terutama pengalaman mereka ketika berinteraksi dengan birokrat dalam pengurusan izin. Daftar pertanyaan kuesioner yang digunakan dalam survei ini dapat dilihat pada Lampiran 2. Sebagian besar pertanyaan dalam kuesioner ini diadopsi dari pertanyaan yang ada dalam kuesioner KPPOD tahun 2005 dan kuesioner Survei CODB LPEM FEUI tahun 2001. Survei ke masyarakat, Pemda, Parpol, DPRD, LSM, Aspekindo Asosiasi Pengusaha Kontruksi Indonesia di masing-masing daerah serta kelompok kepentingan lain yang dijadikan sebagai informan dilakukan dengan wawancara mendalam indepth interview. Kalangan Pemda yang dikunjungi untuk wawancara mendalam antara lain : Bappeda, Bagian Hukum Sekda, dan dinas-dinas dan kantor yang terkait. Anggota Parpol yang diwawancara biasanya sekaligus anggota DPRD. Untuk Sukoharjo Parpol yang diwawancarai adalah PAN dan PDIP. Sementara untuk di Kabupaten Solok yang diwawancarai adalah PAN dan PKS serta Partai Golkar. Sedangkan di Kukar, Parpol yang diwawancara adalah PKS dan PAN. Untuk di Sukoharjo banyak LSM yang terlibat dalam penelitian ini, tetapi informan penting yang banyak membantu penelitian ini adalah LSM KEPPRAS. Di Kabupaten Solok ada tiga LSM penting yang mengambil peran dalam penelitian ini yaitu LPPI Lembaga Pengaduan dan Pengawas Independen Kabupaten Solok, LSM APPI Aliansi Pendorong Pakta Integritas dan LSM Peduli Hutan Lestari. Di Kukar ada LSM POKJA 30 yang berkantor di Samarinda dan juga informan dari GTZ yang sedang melakukan kegiatan Capacity Building di Kukar. Masih banyak infoman lain yang berasal dari masyarakat yang digunakan sebagai nara sumber dalam penelitian ini. Identitasnya tidak dicantumkan sesuai dengan permintaan mereka. V. EKONOMI POLITIK KORUPSI NASIONAL DAN FAKTOR BUDAYA YANG MEMPENGARUHINYA : SOFISTIKASI STRUKTUR RENTE WARISAN ORDE BARU

5.1. Ekonomi Politik Korupsi dan Faktor Budaya Pemicu Korupsi di Era