didasarkan pada 1 fakta yang terjadi saat ini yakni betapa sulitnya mencari pemimpin yang berkualitas negarawan, 2 kekhawatiran bahwa korupsi telah
membudaya. Jika korupsi sudah menjadi nilai budaya, maka makin sulit usaha memberantas dan menekan korupsi.
Berdasarkan uraian diatas, secara umum pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana kaitan antara faktor ekonomi politik dan budaya dengan terjadinya
korupsi di berbagai daerah di Indonesia. Secara terperinci pertanyaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bagaimana mekanisme dan pola perumusan regulasiPerda dan keterkaitannya dengan terjadinya korupsi ?
2. Seberapa besar tingkat korupsi terjadi dalam perumusan, pelaksanaan dan pengawasan regulasi di beberapa daerah di Indonesia dan apakah korupsi
sudah membudaya? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat, perusahaan swasta
dalam memilih instrumen untuk mengatasi koersi yang disebabkan oleh adanya suatu regulasi yang tidak sesuai dengan keinginan?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis keterkaitan faktor ekonomi politik dan budaya dengan terjadinya korupsi di berbagai daerah
di Indonesia di era otonomi daerah. Secara terinci, penelitian ini bertujuan: 1. Menganalisis bagaimana suatu Perda dirumuskan, menemukan polanya
dan keterkaitannya dengan terjadinya korupsi di beberapa daerah kabupatenkota di Indonesia serta menguji adanya korupsi yang
dilakukan dengan cara mempengaruhi proses perumusan kebijakan sehingga terbentuk regulasi yang melegalkan suatu perilaku korup
hingga lahirnya korupsi yang terlegalisasi legalized corruption. 2. Menganalisis seberapa besar tingkat korupsi yang terjadi dalam
perumusan, pelaksanaan dan pengawasan regulasi di beberapa daerah di Indonesia dan menganalisis apakah korupsi benar-benar sudah
membudaya? 3. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor ekonomi politik dan budaya
yang mempengaruhi masyarakat, perusahaan swasta dalam memilih
instrumen untuk mengatasi koersi yang disebabkan oleh adanya suatu regulasi yang tidak sesuai dengan keinginan.
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Dunia akademik dalam memperkaya khazanah pengetahuan tentang
korupsi di Indonesia, terutama pengetahuan tentang akar masalah korupsi yang terjadi di berbagai daerah pada era desentralisasi saat ini.
2. Pemerintah daerah eksekutif dan legislatif, sebagai bahan masukan dalam proses perumusan, pelaksanaan dan pengawasan
kebijakanregulasi yang bisa mengekang menekan terjadinya korupsi di daerah
3. Masyarakat, swasta dan pemerintah daerah untuk mempraktekkan prinsip-prinsip penadbiran baik good governance dalam proses
pembuatan, pelaksanaan dan pengawasan regulasi yang yang melibatkan mereka.
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Studi
Karena sangat luasnya pengertian korupsi, maka studi ini difokuskan pada korupsi yang terjadi dalam proses perumusan, pelaksanaan dan pengawasan
regulasi di daerah kabupatenkota di Indonesia. Studi ini dibatasi pada pengertian korupsi yang terjadi pada anggaran publik APDB dan korupsi
dalam konteks sebagai pengurang biaya yang dilakukan melalui manipulasi regulasi perizinan. Dalam konteks ini, korupsi mencakup perilaku koruptif
corruptive behaviour yang dapat berbentuk penyuapan, aktivitas pencarian rente rent seeking activity dan penggelembungan mark up biaya. Oleh
karena itu pengertian kajian ekonomi politik dalam studi ini adalah studi keterkaitan dan interaksi antara fenomena ekonomi dengan fenomena politik
atau secara kongkrit, studi yang mempelajari bagaimana interaksi ekonomi politik pembuat kebijakan pemerintahan membuat regulasi untuk kepentingan
ekonomi masyarakat danatau negara. Regulasi yang menjadi kajian dalam kaitan dengan terjadinya korupsi
dalam studi ini dibatasi pada regulasi yang mengatur aktivitas perekonomian
masyarakat di suatu daerah kabupatenkota, terutama Perda tentang APBD dan Perda yang terkait dengan perizinan usaha yang muncul menjelang dan setelah
desentralisasi fiskal diberlakukan mulai tahun 2001. Oleh karena dalam proses perumusan, pelaksanaan dan pengawasan
regulasi, masyarakat, perusahaan swasta, birokrasi dan eksekutif serta legislatif merupakan pemangku kepentingan yang akan menentukan proses tersebut, maka
kajian ini mencakup analisis terhadap interaksi masyarakat, perusahaan, pemerintah daerah dan DPRD, parpol dan akademisi serta LSM dalam
merumuskan dan merespon setiap regulasi. Secara makro, daerah yang akan dianalisis merupakan daerah
kabupatenkota seluruh Indonesia, tetapi secara spesifik studi ini akan memfokuskan pada studi kasus tentang perumusan, pelaksanaan dan
pengawasan Perda di tiga daerah yaitu Kabupaten Solok, Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Ketiga daerah tersebut dipilih secara sengaja
purposive dengan pertimbangan kondisi kelembagaan tata-aturan ekonomi dan politik daerah, aspek budaya daerah yakni antara budaya feodalistik dan
egaliter, dan “kekayaan” daerah yakni antara kaya dan miskin akan sumber daya alam. Kabupaten Solok dipilih karena dari sisi kelembagaan merupakan daerah
penyelenggara otonomi terbaik ke-dua dari seluruh kabupaten di Indonesia KPPOD, 2005 dan dari sisi budaya, daerah ini cenderung egaliter. Sementara
itu, Kabupaten Sukoharjo dipilih karena secara kelembagaan merupakan daerah dengan kualitas kelembagaan terburuk ke-tiga di Jawa KPPOD, 2005 dengan
budaya cenderung feodalistik, karena dari sisi historis-kultrural daerah ini sangat dekat dengan pusat kebudayaan Jawa. Sedangkan, Kabupaten Kutai Kartanegara
dipilih karena merupakan daerah yang kaya akan sumber daya alam, terutama batu bara dan migas, perkebunan, dan kehutanan, dan sebagai kabupaten yang
mempunyai sumber daya keuangan APBD terbesar di Indonesia, tetapi secara kelembagaan daerah ini memiliki peringkat nilai kelembagaan yang cenderung
buruk KPPOD, 2005.
II. TINJAUAN TEORI DAN PUSTAKA
2.1. Korupsi dan Perilaku Pencarian Rente