E. Model Dalam Budaya Perusahaan
Menurut Sidal 2003, kajian-kajian yang dilakukan mengenai budaya perusahaan telah menghasilkan beberapa model tertentu, antara lain :
1. Budaya Perusahaan Autoritarian Budaya perusahaan jenis ini bertumpu pada command and control.
Kuasa dan autoritas dalam perusahaan biasanya terpusat kepada
pemimpinnya yang seringkali disanjung sebagai hero. Pekerja akan diharapkan untuk memperlihatkan kesetiaan yang tinggi kepada
pemimpin. Arahan dan peraturan dibuat dari atas menuju ke dasar perusahaan. Bentuk budaya ini sering dilaksanakan dalam perusahaan
yang berukuran cukup kecil, seperti perusahaan keluarga, syarikat kecil, dan firma sederhana. Asas kepercayaan didasarkan kepada unsur
nepotisme, kronisme, atau pribadi. Dengan demikian, hubungan personal yang erat dengan pihak atasan adalah faktor penting dalam kelancaran
pekerjaan dan kenaikan pangkat. 2. Budaya Perusahaan Birokratik
Budaya perusahaan birokratik ini berasaskan kepada konsep bahwa perusahaan diurus dengan kaedah yang bersifat impersonal,
rasional, autoritas, dan formalitas. Impersonal artinya setiap pekerja takluk kepada peraturan dan prosedur yang sama dan harus menerima layanan
yang sama. Peraturan dan prosedur tersebut dilaksanakan secara formal untuk mengingatkan pekerja akan etika dan keperluan yang dikehendaki.
Jabatan dalam perusahaan disusun mengikuti hirarki agar tanggung jawab, penyeliaan, autoritas, dan akuntabilitas jelas dan mudah diikuti.
3. Budaya Perusahaan Fungsional Perusahaan-perusahaan kerja di daerah Barat sering mengamalkan
budaya perusahaan fungsional atau project-based ini. Dalam konsep fungsional, kerja dalam perusahaan dibagi dan ditugaskan kepada individu
atau sekelompok orang tertentu. Proyek yang paling penting akan diserahkan kepada pekerja atau sekumpulan pekerja yang paling
berkemampuan. Apabila proyek tersebut selesai, maka tugas individu atau kumpulan tersebut selesai dan akan dibentuk kumpulan baru pula untuk
melaksanakan proyek yang lain. Oleh karena itu, struktur kumpulan tersebut fleksibel dan interaksi didasarkan pada kemahiran dan saling
menghormati. Bekerja secara bersama dalam mengerjakan suatu proyek akan membentuk solidaritas pekerja dan mendorong penyesuaian antara
personality yang berbeda karena adanya tanggungjawab bersama terhadap
perusahaan. 4. Budaya Perusahaan Individualistik
Dalam perusahaan yang mengamalkan budaya ini, individu tertentu menjadi tumpuan utama, karena mempunyai reputasi, kredibilitas,
kepandaian, dan keterampilan. Kenaikan pangkat sepenuhnya bergantung kepada meritokrasi, karena setiap orang perlu membuktikan bahwa mereka
memberi sumbangan yang lebih daripada orang lain kepada perusahaan. 5. Budaya Perusahaan Tawar Menawar
Dalam budaya perusahaan jenis ini, serikat pekerja merupakan bagian utama dalam perusahaan. Serikat pekerja berfungsi untuk menjaga
kepentingan pekerja dan membantu pengurusan mencapai tujuan perusahaan. Perundingan dan tawar menawar berlangsung berdasarkan
perundangan dan prosedur yang diakui oleh kedua belah pihak, yaitu antara perusahaan dan serikat pekerja tersebut.
6. Budaya Perusahaan Kolektif Perusahaan sangat menghargai para karyawannya dan menganggap
mereka sebagai pemilik proses kerja, sehingga lebih mengetahui tentang sistem dan tatacara melaksanakan kerja dibandingkan orang lain. Oleh
sebab itu, pekerja diberi peluang untuk mengemukakan cadangan dan kreativitas untuk memperbaiki proses kerja, sistem, dan prosedur. Budaya
jenis ini biasanya diaplikasikan pada perusahaan-perusahaan Jepang. Sebagai contoh, semua jabatan seperti pakar, profesional, pengurus, juru
teknik, dan pekerja sokongan akan melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab mereka dengan adanya kepercayaan dari
perusahaan. Tetapi mereka akan bergaul secara sama di tempat kerja, di meja makan, dan pada saat istirahat, sehingga komunikasi di tempat kerja
berlangsung dengan lancar. Pengurus dan pekerja sama-sama berusaha
menyelesaikan suatu masalah yang artinya penghargaan dan keuntungan tidak didasarkan pada individu melainkan sekelompok orang.
F. Komponen-Komponen Dalam Budaya Perusahaan
Menurut Daud 2003, budaya perusahaan dikaitkan dengan sistem nilai, norma, sikap, dan etika kerja yang dimiliki bersama oleh setiap
karyawan yang menjadi asas dalam setiap tingkah laku karyawan, cara mereka berfikir, berhubungan antara satu sama lain, dan berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya. Daud 2003 kembali menjelaskan tentang komponen-komponen
dalam budaya perusahaan tersebut, yaitu sebagai berikut : ¾ Nilai, merupakan tanggapan dan penerimaan individu dari sudut
pemikiran masing-masing, yang didasarkan karena setiap individu meletakkan satu nilai berdasarkan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan
atau bagaimana mereka mentafsir keadaan yang berlaku. ¾ Norma, adalah nilai-nilai yang diterima oleh suatu kelompok sebagai
nilai-nilai bersama yang mencerminkan keinginan kelompok tersebut. Dengan kata lain, norma merupakan peraturan-peraturan hidup dan
amalan yang diterima dalam masyarakat. Dalam konteks perusahaan, norma adalah cara bekerja yang diterima umum dan diamalkan dalam
perusahaan, yang menjadi nilai budaya perusahaan tersebut. ¾ Sikap, adalah kesediaan seseorang dari segi mental dan fisik untuk
bertindak terhadap sesuatu. Sikap mempunyai peranan penting sebagai faktor pendorong dalam tindakan manusia untuk menerima atau menolak
sesuatu. ¾ Etika, adalah prinsip-prinsip kerja yang terbentuk dari gabungan unsur
nilai, norma, dan sikap yang dilakukan secara bersama-sama dalam suatu kelompok. Apabila setiap orang dalam perusahaan memiliki satu tujuan
yang sama, maka akan terwujud keharmonisan dalam perusahaan tersebut untuk mengamalkan etika kerja yang sama. Nilai, norma, dan sikap yang
dilakukan secara positif, akan menerbitkan prinsip-prinsip kerja yang baik, yang nantinya akan rnewujudkan satu budaya perusahaan yang baik secara