peluang bagi semua unsur manajemen agar berfungsi seperti apa yang diinginkan dan meningkatkan kinerja karyawan. Tetapi dalam
kenyataannya lingkungan kerja yang kondusif sulit untuk dicapai karena sulit untuk menyatukan visi dan misi semua karyawan perusahaan yang
memiliki latar belakang berbeda. Dari hasil wawancara dan pengamatan mengenai iklim perusahaan, responden menginginkan suatu iklim
perusahaan yang kondusif untuk meningkatkan kinerja mereka. Hal ini dibuktikan bahwa variabel ini merupakan variabel indikator yang
memberikan pengaruh ketiga tertinggi dalam model ini untuk mempengaruhi budaya perusahaan dengan kontribusinya sebesar 0.87,
berarti 13 lebih rendah dari norma perusahaan. Nilai SMC variabel ini adalah 0.37 37 . Untuk itulah dalam melakukan program budaya
perusahaan, diperlukan persiapan yang berupa penciptaan lingkungan kerja dengan paradigma yang disepakati untuk mencapai tujuan
perusahaan dengan cara yang lebih efektif dan efisien.
3. Variabel Laten Terikat Produktivitas Kerja Karyawan
Variabel indikator yang diamati sebagai pembentuk produktivitas kerja karyawan ada enam yaitu, perilaku kerja Y
1
, dedikasi karyawan Y
2
, disiplin karyawan Y
3
, loyalitas karyawan Y
4
, kerjasama karyawan Y
5
, dan kematangan karyawan Y
6
. Keenam variabel tersebut berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan karena mempunyai t-value di atas 1.96
tingkat signifikansi 5 . Berdasarkan analisa data, didapatkan bahwa dedikasi karyawan Y
2
mempunyai nilai λ tertinggi, yang artinya bahwa
dedikasi karyawan mempunyai pengaruh yang sangat tinggi dalam pembentuk produktivitas kerja karyawan. Sedangkan kematangan karyawan Y
6
, memiliki nilai
λ yang terendah, yang berarti bahwa kematangan karyawan Y
6
memiliki kontribusi terendah dalam mempengaruhi produktivitas kerja karyawan. Berikut ini merupakan uraian secara rinci mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan :
a. Perilaku Kerja Y
1
Untuk mendapatkan perilaku kerja karyawan seperti saat ini, PT. Interbis Sejahtera telah melakukannya dengan cara melakukan recruitment
pada individu yang tepat serta menempatkannya pada posisi yang sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing individu. Perilaku kerja
karyawan PT. Interbis dapat diukur melalui kejujuran dan keikhlasan dalam menyelesaikan pekerjaan, tanggung jawab terhadap pekerjaan dan
kemauan untuk mempelajari hal yang baru. Kontribusi sebesar 0.92 atau 8 lebih rendah dari dedikasi karyawan Y
2
dengan nilai SMC = 0.26 26 dan merupakan urutan kedua yang paling berpengaruh dalam
membentuk produktivitas kerja karyawan cukup beralasan karena responden menilai bahwa perilaku kerja yang baik merupakan syarat
penilaian prestasi kerja mereka. Dengan perilaku karyawan yang baik tentulah memberikan keuntungan bagi perusahaan yaitu akan
meningkatkan produktivitas karyawan dan perusahaan. Ini diperkuat oleh Siagian 2002 bahwa salah satu fungsi budaya organisasi ialah penentu
batas-batas perilaku yang seyogianya ditampilkan atau dielakkan, dan nantinya akan berujung kepada produktivitas kerja karyawan.
b. Dedikasi karyawan Y
2
Tingginya penilaian responden terhadap dedikasi dalam mempengaruhi produktivitas dengan menempati urutan pertama dan
menjadi variabel patokan atau pembanding dengan nilai sebesar 1.00 dan SMC = 0.31 atau 31 , sesuai dengan teori menurut Siagian 2002 bahwa
sumberdaya manusia merupakan elemen yang paling strategik dalam organisasi. Peningkatan produktivitas kerja hanya mungkin dilakukan oleh
manusia. Sebaliknya sumberdaya manusia pula yang dapat menjadi penyebab terjadinya pemborosan dan inefisiensi dalam berbagai bentuk
sehingga memberikan perhatian kepada unsur manusia merupakan salah satu tuntutan dalam keseluruhan upaya meningkatkan produktivitas kerja.