perusahaan, sehingga karyawan merasa nyaman dalam melaksanakan pekerjaannya dan merasa didukung atau termotivasi untuk memberikan
hasil yang terbaik bagi perusahaan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Moeljono 2005, bahwa organisasi yang budayanya
kuat berarti akan semakin banyak anggota organisasi yang menerima keterikatannya pada norma-norma dan sistem nilai-nilai organisasional
yang berlaku, dan makin meningkat pula komitmen mereka terhadap keberhasilan penerapan norma-norma dan sistem nilai-nilai tersebut.
d. Kualitas Manajemen X
8
Kualitas manajemen dapat dilihat dari keterlibatan dalam pelaksanaan kegiatan kerja, pemahaman terhadap konsep serta tujuan
perusahan dan kesesuaian tujuan perusahaan dengan tujuan kerja karyawan. Pada umumnya, PT. Interbis Sejahtera memiliki manajemen
yang berkualitas, hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan yang dilakukan. PT. Interbis Sejahtera memberikan perhatian yang sama dalam
visi dan strategi terhadap karyawannya, karena perhatian yang sama tersebut merupakan salah satu cara untuk mengendalikan pelaksanaan
secara bersama dan memberikan dorongan bagi setiap karyawan untuk melakukan perubahan. Karyawan PT. Interbis Sejahtera memiliki
keinginan untuk belajar dan melakukan perubahan, namun antara pihak manajemen dan karyawan ternyata kurang sinergi, sehingga dirasakan
kualitas manajemen yang ada belum mendukung karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan baik oleh
perusahaan maupun karyawan bahwa dengan terjadinya sinergi antara kedua belah pihak, maka akan tercipta budaya perusahaan yang kondusif
untuk bekerja dan apabila hubungan antara kedua belah pihak tidak sinergi, maka budaya perusahaan yang tercipta tidak akan harmonis
sehingga karyawan merasa tidak nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Dengan kualitas manajemen yang ada belum mendukung menyebabkan
kualitas manajemen memberikan kontribusi terendah sebesar 0.74 atau 26 lebih rendah dari norma perusahaan, dengan nilai SMC sebesar 0.27
27 . Nilai kontribusi dan tingkat penjelas yang rendah dapat diartikan bahwa kualitas manajemen memegang peranan yang tidak begitu penting
dalam pembentukan budaya perusahaan. Hal diatas didukung oleh Ndraha 2005 dengan menyatakan
bahwa kegagalan program budaya perusahaan sebagian besar disebabkan oleh kurangnya komitmen dan kualitas dari manajemen puncak dan
karyawan. Komitmen berarti memberikan pelatihan, alat-alat, sumberdaya, kekuasaan, tanggung jawab, kebebasan dan dorongan. Hal
itu mempunyai arti mengerjakan sesuatu menurut tatacara yang telah diatur. Komitmen juga berarti bertanya, mendengarkan, melakukan,
memberitahukan dan mengarahkan. Hal ini berarti manajemen yang tidak berkualitas akan menyebabkan kegagalan dalam pelaksanaan program
budaya perusahaan.
e. Peraturan Perusahaan X
9
Peraturan perusahaan X
9
dapat ditunjukkan melalui aturan yang dibuat perusahaan secara tegas beserta sanksi dan reward-nya. Variabel
ini memiliki kontribusi diurutan kedua terbesar setelah norma perusahaan yang mempengaruhi budaya perusahaan sebesar 0.88 artinya 12 lebih
rendah dibandingkan dengan norma perusahaan, dengan SMC sebesar 0.38 atau 38 . PT. Interbis Sejahtera dapat melihat kekuatan peraturan
yang dibuat dari sikap dan perilaku disiplin para karyawannya, karena disiplin dapat mempunyai dampak kuat terhadap suatu perusahaan untuk
mencapai keberhasilan dalam mencapai tujuan yang direncanakan. Misalnya, setiap karyawan dibagian produksi diwajibkan memakai tutup
kepala, sarung tangan, sepatu dll pada saat bekerja. Ini dilakukan untuk menjaga keselamatan karyawan pada saat bekerja sehingga tanpa
disuruhpun karyawan akan sadar untuk memakainya karena berguna juga