a. Perilaku Kerja Y
1
Untuk mendapatkan perilaku kerja karyawan seperti saat ini, PT. Interbis Sejahtera telah melakukannya dengan cara melakukan recruitment
pada individu yang tepat serta menempatkannya pada posisi yang sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing individu. Perilaku kerja
karyawan PT. Interbis dapat diukur melalui kejujuran dan keikhlasan dalam menyelesaikan pekerjaan, tanggung jawab terhadap pekerjaan dan
kemauan untuk mempelajari hal yang baru. Kontribusi sebesar 0.92 atau 8 lebih rendah dari dedikasi karyawan Y
2
dengan nilai SMC = 0.26 26 dan merupakan urutan kedua yang paling berpengaruh dalam
membentuk produktivitas kerja karyawan cukup beralasan karena responden menilai bahwa perilaku kerja yang baik merupakan syarat
penilaian prestasi kerja mereka. Dengan perilaku karyawan yang baik tentulah memberikan keuntungan bagi perusahaan yaitu akan
meningkatkan produktivitas karyawan dan perusahaan. Ini diperkuat oleh Siagian 2002 bahwa salah satu fungsi budaya organisasi ialah penentu
batas-batas perilaku yang seyogianya ditampilkan atau dielakkan, dan nantinya akan berujung kepada produktivitas kerja karyawan.
b. Dedikasi karyawan Y
2
Tingginya penilaian responden terhadap dedikasi dalam mempengaruhi produktivitas dengan menempati urutan pertama dan
menjadi variabel patokan atau pembanding dengan nilai sebesar 1.00 dan SMC = 0.31 atau 31 , sesuai dengan teori menurut Siagian 2002 bahwa
sumberdaya manusia merupakan elemen yang paling strategik dalam organisasi. Peningkatan produktivitas kerja hanya mungkin dilakukan oleh
manusia. Sebaliknya sumberdaya manusia pula yang dapat menjadi penyebab terjadinya pemborosan dan inefisiensi dalam berbagai bentuk
sehingga memberikan perhatian kepada unsur manusia merupakan salah satu tuntutan dalam keseluruhan upaya meningkatkan produktivitas kerja.
PT. Interbis Sejahtera menyadari bahwa dedikasi karyawan merupakan hal yang penting dalam pemeliharaan sumberdaya manusia,
sehingga PT. Interbis Sejahtera berusaha meningkatkan dedikasi karyawan melalui beberapa hal seperti pelatihan, jenjang karir serat fasilitas kerja
yang memadai.
c. Disiplin Karyawan Y
3
Menurut Mathis dan John 2002, disiplin adalah bentuk pelatihan yang menegakkan peraturan-peraturan perusahaan dan yang bisasanya
dipengaruhi oleh sistem disiplin didalam perusahaan adalah para karyawan yang bermasalah. Salah satu aspek kekuatan sumberdaya
manusia itu dapat tercermin pada sikap dan perilaku disiplin, karena disiplin dapat mempunyai dampak kuat terhadap suatu perusahaan untuk
mencapai keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan. Variabel ini mempengaruhi produktivitas kerja karyawan dengan
kontribusi sebesar 0.74, berarti 26 lebih rendah dari norma perusahaan. Nilai SMC variabel ini adalah 0.16 16 . Nilai yang cukup besar ini
diduga karena responden menilai bahwa PT. Interbis Sejahtera menitikberatkan melalui aturan dan sanksi yang tegas tetapi juga
memberikan reward terhadap mereka yang mentaati aturan yang telah dityentukan, karena PT. Interbis Sejahtera menganggap bahwa segala
macam kebiijaksanaan tidak akan mempunyai arti kalau tidak didukung oleh disiplin para pelaksananya. PT. Interbis Sejahtera melaksanakan
disiplin kepada perilakunya bukan kepada karyawan secara pribadi, karena alasan untuk pendisiplinan adalah untuk meningkatkan kinerjanya. Hal ini
diperkuat menurut teori Mathis dan John 2002, bahwa displin secara positif dapat dikaitkan dengan kinerja, dimana hal ini mengejutkan orang-
orang yang beranggapan bahwa disiplin dapat merusak perilaku. Para karyawan bisa saja menolak tindakan disiplin yang tidak adil dari
manajernya, namun tindakan yang diambil untuk mempertahankan standar