6.1.1 Era Absolutisme 1500-1650
Pada era tersebut, negara-negara di Eropa dikuasai oleh suatu bentuk kekuasaan feodal yang merupakan gabungan antara kekuasaan monarki, aristokrasi,
dan gerejawi. Negara-negara barat yang merupakan mayoritas Katolik dikuasai oleh suatu monarkisme yang bertindak secara absolut dan mengatasnamakan perintah
agama. Atas dasar landasan tersebut, monarkisme dianggap sebagai satu-satunya kekuasaan yang resmi dalam sebuah negara tidak ada bentuk kekuasaan lain yang
berhak menguasai satu negara. Salah satu hal yang menyebabkan kekuasaan Absolutisme tersebut dapat diterima masyarakat adalah karena suatu ilmu
pengetahuan hanya dapat dipelajari dan diperoleh dari kaum gerejawan yang memposisikan dirinya sebagai sumber pengetahuan. Dengan kata lain, Ilmu
pengetahuan tersebut tidak dapat dipelajari secara bebas di masyarakat tanpa adanya peran serta kaum gerejawan.
Era Absolutisme ditandai dengan adanya doktrin-doktrin kekuasaan yang disamarkan dengan ideologi agama terutama Katolik oleh peran Monarkisme.
Sebagai akibatnya terjadi pemaksaan keyakinan beragama dan dominasi atas agama lain. Absolutisme sendiri dimaksudkan sebagai suatu pengelabuan terhadap
masyarakat, di mana keluarga kerajaan dan kaum gerejawan adalah keturunan dari Tuhan. Dengan memposisikan dirinya sebagai keturunan Tuhan, maka penguasa
dapat bertindak semena-mena terhadap rakyatnya: rakyat diharuskan mengikuti semua keinginan penguasa atau dijatuhi hukuman termasuk eksekusi mati.
Universitas Sumatera Utara
Monarki Louise XIV di Perancis adalah tonggak sejarah absolutisme di Eropa. Pengaruh absolutisme tersebut disuburkan oleh Jacques-Bénigne Bossuet
1627-1704, seorang uskup dan pakar teologi Kerajaan Louise XIV di Perancis, yang menyatakan bahwa Kekuasaaan Monarkisme adalah kekuatan yang diturunkan dari
Tuhan; barangsiapa yang menentang kekuasaan tersebut maka ia menentang kekuasaan Tuhan. Doktrin tersebut mulai diterima dan diterapkan di negara-negara
Eropa lainnya seperti Spanyol, Belanda, dan Austria. Negara-negara tersebut menggunakan kekuasaan untuk penyebaran agama Katolik di wilayah Eropa. Turki,
di bawah Kesultanan Ottoman, adalah negara Eropa yang memeluk agama Islam dan menolak penyebaran agama Katolik. Akibatnya sering terjadi peperangan yang
mengatasnamakan penyebaran agama serta perampasan lahan antara negara-negara penganut absolutisme melawan Kesultanan Ottoman.
6.1.2 Era Pencerahan 1650-1800