cenderung dapat disalahgunakan dan dapat mengaburkan persepsi untuk alasan kebaikan atau kehancuran.
Victor: “So much has been done, exclaimed the soul of Frankenstein--more, far more, will I achieve; treading in the steps
already marked, I will pioneer a new way, explore unknown powers, and unfold to the world the deepest mysteries of creation”
Shelley: 49.
Victor: “Banyak hal sudah pernah dilakukan, kata jiwa Frankenstein--jauh, lebih jauh, akan kucapai; mengikuti jejak yang
sudah dilakukan, aku akan menjadi seorang pelopor dalam suatu cara baru, menjelajahi kekuatan-kekuatan yang tak diketahui, dan
mengungkap misteri penciptaan di dunia” Shelley: 49.
Walton: “What may not be expected in a country of eternal light? I may there discover the wondrous power which attracts the needle
and may regulate a thousand celestial observations that require only this voyage to render their seeming eccentricities consistent
forever. I shall satiate my ardent curiosity with the sight of a part of the world never before visited, and may tread a land never before
imprinted by the foot of man” Shelley: 15-16.
Walton: “Apa yang tak dapat diperkirakan dalam negara yang bercahaya abadi? Aku mungkin akan menemukan kekuatan luar
biasa sebagai pelopor dan mengatur hibuan observasi tata bintang dengan cara melakukan perjalanan demi membentuk konsistensi
eksentrik mereka selamanya. Aku akan mengenyangkan rasa keingintahuanku dengan pemandangan bagian dunia yang tak
pernah dikunjungi sebelumnya, dan akan menjejaki dataran yang tak pernah diinjak oleh kaki manusia” Shelley: 15-16.
4.4.3 Ambisi dan Kegagalan
Novel Mary Shelley Frankenstein menggambarkan tokoh-tokoh seperti Victor Frankenstein dan Kapten Robert Walton sebagai orang-orang yang sangat ambisius,
Universitas Sumatera Utara
yang mana pada akhirnya mendapati kegagalan. Baik Victor dan Walton berkeinginan untuk mencapai suatu kemahsyuran melalui terobosan ilmu sains yang
dipeloporinya sendiri. Victor menunjukkan ambisi tersebut dengan cara menciptakan seorang makhluk hidup melalui eksperimen sainsnya; yang mana pada akhirnya
makhluk tersebut tidak sesuai dengan harapannya, dan berujung meneror dirinya sendiri. Sementara Walton berambisi menjelajahi lautan dan samudera untuk
menemukan Kutub Utara. Namun selama perjalanan, banyak awak kapal Walton yang terbunuh dikarenakan terjadinya badai; yang mana pada akhirnya membatalkan
rencananya tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ambisi yang berlebihan dapat menggiring seseorang menuju kegagalan. Ungkapan-ungkapan
tersebut disampaikan, sbb: Victor: ”You seek for knowledge and wisdom, as I once did; and I
ardently hope that the gratification of your wishes may not be a serpent to sting you, as mine has been” Shelley: 30.
Victor: ”Kau mencari pengetahuan dan kebijaksanaan, seperti yang pernah kulakukan dulu; dan aku sangat berharap kepuasan akan
keinginan-keinginanmu tidak akan menjadi ular yang menggigitmu, seperti yang pernah kualami sendiri” Shelley: 30.
Walton: ”There is something terribly appalling in our situation, yet my courage and hopes do not desert me. Yet it is terrible to reflect
that the lives of all these men are endangered through me. If we are lost, my mad schemes are the cause” Shelley: 215.
Walton: ”Terjadi sesuatu hal yang buruk sekali, namun keberanian dan harapanku tidak mengecewakanku. Namun menyesali bahwa
banyak nyawa awak-awak ini yang hilang karenaku. Jika kami tersesat, rencana gila-ku lah penyebabnya” Shelley: 215.
Universitas Sumatera Utara
4.4.4 Prasangka, Ketidakadilan, dan Rasa Dendam
Pada umumnya manusia cenderung mengukur dan menilai sesuatu dari apa yang tampak di permukaannya saja. Hal tersebut digambarkan secara jelas oleh sikap
masyarakat yang mengucilkan Sang Monster karena berprasangka bahwa seorang makhluk yang buruk rupa berpotensi jahat, barbar, atau berbahaya. Namun jika
dicermati, Sang Monster, pada hakikatnya berhati baik dan manusiawi. Penilaian yang salah seperti ini lah yang kerap terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.
Sementara, penampilan fisik seseorang tidak dapat sepenuhnya menjamin baik atau buruk perilakunya. Hal seperti ini dapat mengakibatkan adanya suatu ketidakadilan,
yang mana pada akhirnya dapat mengakibatkan pengucilan dan penghujatan. Di lain sisi, ketidakadilan tersebut dapat menyebabkan timbulnya perasaan benci, bahkan
dendam bagi mereka yang tersudutkan. Ungkapan-ungkapan ini lebih sering disampaikan oleh Sang Monster, sebagai korban ketidakadilan masyarakat karena
keburukan rupanya. Untuk itu, mari kita simak ungkapan-ungkapan, sbb: “All men hate the wretched; how then, must I be hated, who am
miserable beyond all living things” Shelley: 102. “I was benevolent and good; misery made me a fiend. Make me
happy, and I shall again be virtuous” Shelley: 103. “Semua manusia membenci sosok yang buruk rupa; lalu bagaimana,
harus kah aku dibenci, siapa yang lebih malang melebihi semua makhluk hidup” Shelley: 102.
“Dulunya aku baik hati; kemalangan lah yang membuatku menjadi iblis. Buat lah aku senang, dan aku akan kembali berbudi luhur”
Shelley: 103.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai reaksi dari ketidakadilan yang disebabkan oleh rupanya yang buruk. Sang Monster kemudian memaksa Victor untuk menciptakan makhluk yang serupa
dengannya sebagai pendampingnya. Hal tersebut dilakukan Sang Monster sebagai suatu harapan agar ia dapat merasa diterima oleh sesama kaumnya. Mari kita simak
ungkapan pernyataan berikut: ”I am alone and miserable; man will not associate with me; but one
as deformed and horrible as myself would not deny herself to me. My companion must be of the same species and have the same
defects. This being you must create” Shelley: 146. ”Aku kesepian dan menyedihkan; manusia tidak ingin bergaul
denganku; namun seseorang yang sama cacatnya denganku tidak akan menolak diriku. Pendampingku harus lah berasal dari spesies
yang sama cacat. Makhluk ini lah yang harus kau ciptakan” Shelley: 146.
Menyadari akan permintaan Sang Monster, Victor menolaknya. Sang Monster kemudian menyampaikan pembelaan sekaligus ancaman terhadap penciptanya, yang
diungkapkan dalam uraian, sbb: “...Shall I respect man when he condemns me? Let him live with me
in the interchange of kindness, and instead of injury I would bestow every benefit upon him with tears of gratitude at his acceptance.
But that cannot be; the human senses are insurmountable barriers to our union. Yet mine shall not be the submission of abject slavery.
I will revenge my injuries; if I cannot inspire love, I will cause fear, and chiefly towards you my arch-enemy, because my creator, do I
swear inextinguishable hatred. Have a care; I will work at your destruction, nor finish until I desolate your heart, so that you shall
curse the hour of your birth” Shelley: 148. “...Haruskah aku menghormati orang yang mengutukku? Biar lah ia
hidup denganku dalam hal pertukaran kebaikan, daripada kecacatan yang kupikul terhadapnya dengan cucuran air mata atas rasa terima
kasihku. Namun ini tidak mungkin; indra-indra manusia adalah
Universitas Sumatera Utara
rintangan yang tak dapat di atasi dalam penyatuan kami. Tetapi aku tak ingin diperbudak. Aku akan membalaskan rasa sakitku; jika aku
tak dapat merasakan cinta, aku akan menyebarkan rasa takut, terutama kepada kau, musuh besarku, karena kau, penciptaku, aku
merasakan kebencian yang tak dapat dipadamkan. Berhati-hati lah; aku akan berada dibalik kehancuranmu, tak akan berhenti sampai
aku menghancurkan hatimu, agar kau menyesali kelahiranmu” Shelley: 148.
4.4.5 Politik, Kekuasaan, dan Perbudakan