Byronic Hero Sebagai Representasi Kesenjangan Kelas Sosial Masyarakat

Untuk mengetahui adanya suatu unsur dekonstruksi dalam karya sastra, selain menyertakan hermeneutika dan arketaipal, maka peneliti merasa perlu untuk mengaitkannya dengan representasi; karena kedua hal tersebut saling berkaitan untuk mengungkap makna tersembunyi di dalam teks. Representasi yang dimaksud dalam hal ini berarti penampilan atau perwakilan wilayah studi kultural, tempat dikonstruksi dan ditampilkannya berbagai fakta sosial dalam karya sastra yang dimaksud. Berkaitan dengan fakta tersebut, maka peran peneliti adalah untuk menemukan tampilan studi kultural dalam berbagai fakta sosial masyarakat barat yang terjadi di dalam novel. Lebih lanjut mengenai hal ini akan dijabarkan, sbb:

6.4.1 Byronic Hero Sebagai Representasi Kesenjangan Kelas Sosial Masyarakat

Revolusi Industri dianggap telah menyebabkan banyak perubahan di berbagai negara Eropa. Perubahan yang paling signifikan adalah munculnya suatu kelas masyarakat baru, yakni masyarakat kelas menengah. Keberadaan kelas baru tersebut direalisasikan dengan terbukanya lapangan pekerjaan baru, yakni home industry. Namun di lain sisi, pemerintah Inggris sangat khawatir terhadap keberadaan bentuk usaha baru tersebut. Sebagai akibatnya, pemerintah Inggris melakukan sistem upeti dari hasil keuntungan usaha-usaha tersebut, terutama ke pabrik-pabrik dan para pemilik tanah. Hal tersebut mengakibatkan kesenjangan sosial yang sangat nyata terhadap golongan si kaya dan si miskin. Selain itu, pada era tersebut perbudakan sudah dihapuskan, namun di Inggris dan Perancis, jenis pekerjaan seperti pembantu Universitas Sumatera Utara rumah tangga sering dijadikan suatu cara untuk menghidupkan kembali sistem perbudakan sistem perbudakan baru. Dalam novel, Shelley menguraikannya dalam sudut pandang Victor Frankenstein, sebagai berikut: “…there is less distinction between the several classes of its inhabitants; and the lower orders being neither so poor nor so despised, their manners are more refined and moral. A servant in Geneva does not mean the same thing as a servant in France and England” Shelley: 66. “Justine, thus received in our family, learned the duties of a servant, a condition which, in our fortunate country, does not include the idea of ignorance and a sacrifice of the dignity of a human being” Shelley: 66. “…hanya sedikit perbedaan di antara beberapa kelas sosial di sini; kelas bawah tidak lah terlalu miskin dan hina, perilaku mereka lebih sopan dan bermoral. Seorang pembantu rumah tangga di Genewa tidak lah sama dengan pembantu di Perancis dan Inggris” Shelley: 66. “Oleh karena itu, Justine, di terima di keluarga kami sebagai pembantu rumah tangga, yang mana di negara kaya tempat kami berasal, tidak terdapat gagasan tentang kebodohan dan pengorbanan harga diri manusia” Shelley: 66. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa Shelley berusaha menyindir sistem pemanfaatan SDM pembantu rumah tangga di Perancis dan Inggris yang sarat dengan eksploitasi dan berkasta. Shelley membandingkan keadaan pembantu rumah tangga lainnya di negara-negara yang dimaksud dengan keadaan Justine yang diperlakukan secara layak di keluarga Frankenstein di Genewa. Universitas Sumatera Utara Tema tentang kemiskinan juga diangkat oleh Shelley dalam monolog Sang Monster ketika memperhatikan keluarga De Lacey, sbb: … I discovered one of the causes of the uneasiness of this amiable family; it was poverty; and they suffered that evil in a very distressing degree. Their nourishment consisted entirely of the vegetables of their garden, and the milk of one cow, who gave very little during the winter, when its masters could scarcely procure food to support it” Shelley: 114. …aku menyadari penyebab kekhawatiran keluarga yang ramah ini; kemiskinan; dan mereka menderita kejahatan ini dalam tahap yang sangat kacau. Harta benda yang mereka miliki hanyalah sayur- mayur di kebunnya, dan susu dari satu sapi, yang hanya menghasilkannya sedikit sekali selama musim dingin, di mana majikannya sangat membutuhkan makanan untuk hidup” Shelley: 114. Shelley juga memasukkan satir tentang kemiskinan sebagai akibat dari perampasan lahan yang terjadi pada era pencerahan. Ungkapan tersebut disampaikan oleh Victor, sbb: “Alas what freedom? such as the peasant enjoys when his family have been massacred before his eyes, his cottage burnt, his lands laid waste, and he is turned adrift, homeless, pennyless, and alone, but free” Shelley: 193. “Aduh Kebebasan seperti apa? bagaikan petani yang seakan senang ketika keluarganya dibantai di depan matanya, pondoknya dibakar, lahannya disia-siakan, kemudian ia terkatung-katung; tunawisma, tak punya uang, dan kesepian, namun bebas” Shelley: 193. Pada tahun 1818, di Inggris terjadi perampasan yang dilakukan oleh kaum industrialis terhadap lahan-lahan milik masyarakat kelas buruh. Sebagai akibatnya, Universitas Sumatera Utara para petani tersebut terpaksa harus memilih antara menjadi buruh pabrik di pabrik- pabrik milik kaum industrialis atau kehilangan harta benda sama sekali.

6.4.2 Byronic Hero Sebagai Representasi Diskriminasi Ras Manusia