Politik, Kekuasaan, dan Perbudakan

rintangan yang tak dapat di atasi dalam penyatuan kami. Tetapi aku tak ingin diperbudak. Aku akan membalaskan rasa sakitku; jika aku tak dapat merasakan cinta, aku akan menyebarkan rasa takut, terutama kepada kau, musuh besarku, karena kau, penciptaku, aku merasakan kebencian yang tak dapat dipadamkan. Berhati-hati lah; aku akan berada dibalik kehancuranmu, tak akan berhenti sampai aku menghancurkan hatimu, agar kau menyesali kelahiranmu” Shelley: 148.

4.4.5 Politik, Kekuasaan, dan Perbudakan

Novel Mary Shelley Frankenstein diyakini sebagai senjata politik yang digunakan oleh Shelley, mengingat ia berasal dari keluarga yang berlatar belakang politisi ayahnya adalah seorang filsuf radikal, dan ibunya seorang feminis. Dalam novel ini Shelley menggambarkan unsur-unsur politik, kekuasaan, dan perbudakan melalui bentuk satir sindiran, yang diungkapkan oleh perspektif beberapa tokoh, terutama Victor Frankenstein dan Sang Monster. Berikut ungkapan Sang Monster ketika Victor menolak untuk membuatkannya pasangan hidup: The Monster: Slave, I before reasoned with you, but you have proved yourself unworthy of my condescension. Remember that I have power; you believe yourself miserable, but I can make you so wretched that the light of day will be hateful to you. You are my creator, but I am your master; -- obey Shelley: 172. Sang Monster: Budak, sebelumnya aku sudah beralasan denganmu, namun kau tak menerima kerendahan hatiku dengan baik. Ingat aku memiliki kekuasaan; kau merasa dirimu sengsara, tapi aku mampu membuatmu sangat menyedihkan bahkan sinar matahari pun seakan membencimu. Kau adalah penciptaku, namun aku adalah tuanmu; -- patuhi lah” Shelley: 172. Universitas Sumatera Utara Pernyataan kekuasaan Sang Monster didasari atas ketidakmampuan Victor dalam menuruti permintaannya. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa terjadi pesengketaan politis antara siapa yang lebih dominan menguasai, dan siapa yang menjadi budaknya. Victor: ”If this rule were always observed; if no man allowed any pursuit whatsoever to interfere with the tranquillity of his domestic affections, Greece had not been enslaved; Caesar would have spared his country; America would have been discovered more gradually; and the empires of Mexico and Peru had not been destroyed” Shelley: 56. Victor: ”Jika peraturan ini selalu ditelusuri; jika tidak ada orang yang diperbolehkan untuk ikut campur dalam hal ketenangan dari tempat bermukimnya, Yunani tidak akan diperbudak; Caesar akan mengasihani negaranya; Amerika akan perlahan-lahan ditemukan; dan kerajaan Mexico dan Peru tidak akan dihancurkan” Shelley: 56. Pernyataan di atas merupakan suatu ungkapan hati Shelley mengenai pandangan liberalnya. Victor digunakan sebagai bentuk representasi pengarang terhadap kekuasaan dominasi politik negara, yang dilambangkan dengan awal kegagalannya dalam penciptaan monster. Secara tidak langsung, ini merupakan suatu perlambang dominasi dunia yang dilatar belakangi oleh ekspansi kerajaan monarki dan kolonialisasi yang terjadi di Eropa ketika abad ke-19. Untuk mengungkap permasalahan politik dalam novel ini, maka diperlukan penyertaan konsep representasi, dekonstruksi, dan postrukturalisme untuk mengetahui makna di balik struktur. Dikarenakan hal tersebut adalah fokus permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti akan lebih lanjut membahas tentang unsur-unsur politik tersebut pada bab selanjutnya. Universitas Sumatera Utara

4.5 Konflik Batin Victor Frankenstein